Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggapai Restu Ayah
Sesuai janji, sepulang dari jalan-jalan Jenaka dan Mandala hanya sebentar berada di rumah untuk mandi dan bersiap-siap lalu pergi ke rumah kedua orang tua Jenaka.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Malam minggu, waktu yang tepat untuk pacaran.
Jenaka senyum-senyum sendiri di dalam mobil. Hatinya amat senang. Bisa bermalam minggu bersama Mandala adalah suatu anugerah untuknya. Kesempatan yang amat langka tentunya.
Jenaka jadi teringat masa SMA-nya dulu. Saat istirahat, Jenaka hanya bisa melihat dari jauh Mandala yang makan sambil dikelilingi banyak cewek cantik. Mau mendekat saja Jenaka rasanya minder. Siapa dia? Cantik? Dulu Jenaka tidak secantik sekarang. Terkenal? Biasa aja, terkenal agak rusuh sih iya.
Pesona Mandala memang tak terbantahkan lagi. Kaya, ganteng, pinter dan multitalent. Siapa yang tidak suka?
Namun Mandala bukan tipikal cowok yang memanfaatkan kepopulerannya. Ia tak pernah digosipkan mempermainkan hati perempuan. Semua yang mendekat hanya sebatas teman saja baginya.
Jenaka yang biasanya hanya melihat Mandala sampai lupa berkedip, kini bahkan menghirup udara yang sama dalam satu mobil. Wajahnya bersemu bahagia. Ia memeluk dirinya sendiri sambil tersenyum.
Jenaka kembali mengingat kejadian tadi siang, saat bibir Mandala melu mat bibirnya. Bermain-main dengan lidahnya, membayangkannya saja sudah membuat wajah Jenaka bersemu merah apalagi kalau sampai terulang lagi?
"Kenapa kamu Jen? Senyam-senyum sendiri enggak jelas!" celetuk Mandala. Hari ini Ia menyetir mobilnya sendiri, tidak menyuruh Pak Sahrul.
"Lagi bayangin Kak Mandala." jawab Jenaka dengan jujurnya.
"Bayangin apa? Aku di samping kamu, kenapa harus dibayangin?"
"Iya juga sih. Aku tuh lagi inget saat kita sekolah dulu. Kak Mandala kalo main basket keren banget!"
Mandala tersenyum. "Iyalah. Kamu aja sampai mencetak fotoku dan menaruhnya di figura kan? Segitu ngefansnya ya kamu sama aku?"
Jenaka mengangguk tanpa ragu. "Iya dong. Aku ngefans banget sama Kakak. Memang Kak Mandala enggak pernah inget aku? Setiap Kak Mandala bertanding, aku selalu teriak-teriak menyemangati Kakak loh!"
"Jujur aja aku lupa soalnya yang berteriak dan menyemangati aku bukan cuma kamu doang, Jen. Banyak. Bahkan ganggu konsentrasi aku, bukannya malah kasih semangat saking berisiknya!"
"Yah... Sia-sia dong aku semangatin Kakak?"
"Tuh nyadar."
"Yaudah kalo teriak-teriak malah ganggu konsentrasi, aku mau semangatin Kakak nyetir sambil peluk Kakak aja deh!" tanpa ijin Mandala, Jenaka melingkarkan tangannya di lengan Mandala.
"Heh Jen apa-apaan sih kamu? Aku tuh lagi nyetir tau enggak?!" omel Mandala yang kaget dengan tingkah spontan Jenaka.
"Cuma peluk aja, Kak Mandala pelit!" Jenaka melepaskan tangannya dan membuang pandangannya ke jendela. Pura-pura ngambek tentunya.
"Ya aku lagi nyetir, Jen. Bahaya tau enggak?!"
Jenaka tak menjawab. Ia masih membuang muka.
"Iya deh. Selain peluk. Jangan marah lagi!" Mandala nyerah, tak mau Jenaka ngambek.
Merasa diberi satu permintaan yang tak akan Mandala tolak tentu saja membuat Jenaka diatas angin. Tak akan Ia sia-siakan kesempatan ini.
"Aku mau kalau Kakak lagi nginep di rumah, kita tidur satu kamar!" pinta Jenaka.
"No! Aku enggak bisa tidur kalo sama kamu, Jen!" tolak Mandala tanpa pikir panjang. Bayangan akan ditendang Jenaka membuatnya menolak permintaan Jenaka tak peduli meski Jenaka kecewa sekalipun.
"Tuh kan! Nyebelin!"
"Yang lain Jen jangan itu." nego Mandala.
"Yaudah cium!" Jenaka memajukan bibirnya.
Mandala geleng-geleng kepala dibuatnya. "Tadi siang kan udah!" tolak Mandala lagi.
"Ini enggak boleh, itu enggak boleh! Kak Mandala nyebelin!" Jenaka berbalik badan, Ia benar-benar ngambek sekarang.
Mandala terus saja menyetir karena rumah Jenaka sudah terlihat. "Ayo turun!" ajak Mandala setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jenaka.
Sambil cemberut, Jenaka masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Jenaka? Sama siapa?" Bunda menyambut kedatangan Jenaka dengan senyum dan memeluk Jenaka erat, Jenaka salim pada Bunda. Pandangan Jenaka menyisir ruang tamu dan mendapai Ayah sedang menonton TV sambil menikmati air jahe hangat. Jenaka menghampiri Ayah dan salim pada cinta pertamanya tersebut.
"Sama Kak Mandala." Jenaka menunjuk Mandala yang baru masuk ke dalam rumah.
Mandala menghampiri Ayah dan salim, setelah salim pada Bunda tentunya. Ayah yang sedang membaca koran melipat koran yang dibacanya setelah Mandala salim lalu masuk ke dalam kamarnya. Ayah menunjukkan kemarahannya pada Mandala dengan kentara. Bunda menepuk bahu Mandala, tanpa kata menyuruh Mandala bersabar.
"Bunda apa kabar? Sehat?" tanya Mandala.
"Sehat, alhamdulillah. Kalian gimana? Tumben malam-malam kesini. Ada angin apa?"
"Jenaka bawain oleh-oleh buat Bunda dan Ayah. Kak Mandala yang beliin. Jenaka habis outtiing dari kantor, Bun." Jenaka mengeluarkan keripik oncom dari plastik oleh-oleh yang Ia bawa dan memberikan pada Bunda. "Ini kesukaan Ayah, Bun."
"Kamu masih inget aja kesukaan Ayah. Kamu yang sabar ya, Ayah masih belum membuka hatinya. Nanti juga Ayah luluh." Bunda menguatkan hati Mandala dan Jenaka.
"Iya, Bun."
****
"Yey aku satu kamar lagi sama Kak Mandala!" Jenaka menaiki tempat tidurnya dengan riang. Mandala hanya geleng-geleng kepala melihat ulah Jenaka. Bukankah tadi Jenaka ngambek? Kenapa sekarang sudah baik lagi? Cepet banget marahnya?
"Tidurnya jangan rusuh! Jangan nendang aku!" ancam Mandala.
"Memangnya aku kalau tidur rusuh ya Kak? Perasaan enggak deh!" ujar Jenaka sambil merebahkan tubuhnya di samping Mandala.
"Mau aku videoin?"
"Boleh. Tapi jangan video saat kita lagi mesra-mesraan ya Kak?"
"Udah ah aku ngantuk! Ngeladenin kamu mah enggak ada habisnya, Jen!"
Baru saja Mandala memejamkan matanya, Ia merasakan pelukan di tubuhnya. "Mau ngapain?"
"Mau peluk! Biar aku enggak rusuh tidurnya, makanya Kakak harus peluk aku!"
Mandala yang sudah sangat mengantuk menuruti saja permintaan Jenaka. Tak lama terdengar suara nafas teratur. Mandala sudah jatuh tertidur.
Jenaka memeluk Mandala makin erat. Menikmati aroma tubuh Mandala yang jarang-jarang Ia nikmati. Jenaka juga ikut tertidur pulas.
Tengah malam Mandala terbangun. Bukan karena Jenaka tidurnya rusuh. Tapi karena hal lain. Ia merasa perutnya amat lapar.
"Jen! Bangun Jen!"
Dengan malas Jenaka membuka matanya. "Kenapa Kak?"
"Aku lapar. Enggak bisa tidur kalau laper begini." Ia memang belum makan lagi sejak pulang dari jalan-jalan. Jenaka sampai lupa mengajak Mandala makan malam karena tadi ngambek.
"Yaudah kita beli makan yuk!" ajak Jenaka.
"Tengah malam begini?"
"Udah ayo!"
****
Jenaka dan Mandala kini berada di dalam mobil. Membeli nasi goreng pinggir jalan dan dua es kopi lalu memakannya di tempat sepi. Untung saja saat keluar rumah tadi berpapasan dengan Bunda. Jenaka pamit keluar hendak mencari makan sekalian jalan-jalan.
Nasi goreng habis, mereka menikmati es kopi dari minimarket 24 Jam yang rasa kopinya lumayan enak.
"Kita pulang ke rumah aja ya Jen. Enggak enak bangunin Bunda tengah malam." ajak Mandala.
"Terserah Kakak aja! Aku diajakin Kakak check in di hotel juga enggak masalah." jawab Jenaka dengan entengnya.
"Ish! Siapa yang mau ngajakkin check in? Udah sana telepon Bunda. Bilang kita langsung pulang aja!"
"Iya... Iya..."
****
Hi semuanya!
Author mau minta maaf tentang part Jenaka sholat bareng dengan Mandala, karena kurangnya pengetahuan author 🙏. Author mikirnya kayak sholat berdua aja sama suami di rumah, imamku suka sholat tapi bacaannya pelan aja. Ya anggap aja begitu ya 🤭, intinya Jenaka tau kalau Mandala bacaan tajwidnya bagus. Maaf atas kekurangan Author ya 🙏
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak