Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 31
"Mau menangis dulu?" tanya Axcel saat Izha masuk ke dalam mobil.
Izha tak mengira jika Axcel ada di sana juga. Izha membawa barang-barang pribadinya dari kantor. Karena hari ini juga dia mengundurkan diri dari perusahaan. Entahlah, setelah ini dia akan bekerja di mana. Dia akan mencari pekerjaan lain setelah ini. Yang pasti saya ini dia ingin bertemu dengan ibunya dulu.
"Loh Pak Axcel?" kaget Izha.
"Iya. Kenapa? Kangen? Atau butuh pelukan? Sayangnya saya tak bisa memberikan itu, karena kita belum menikah. Dan kamu masih istri orang. Jadi tahan dan sabar dulu," jawab Axcel membuat Izha memutar bola mata malas.
Ada apa dengan pria di depannya itu, padahal selama ini image yang dia tahu dari seorang Axcel adalah pria dingin yang bahkan irit bicara. Tapi kenapa Axel yang dia temui malah pria yang bawel dan juga terlalu percaya diri. Memang aneh pria yang ada di depannya ini. Pikir Izha.
"Apa kamu sudah mendapatkan surat panggilan sidang?" tanya Axcel. Izha mengangguk.
"Saya sudah mendapatkannya tadi, dan hari ini saya juga memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Mungkin mulai besok saya akan mencari pekerjaan lain dulu,"jawab Izha jujur.
"Baiklah, mulai sekarang kamu saya terima sebagai asisten pribadi,"jawab Axcel membuat Izha semakin .melongo.
"astaghfirullah, apa-apaan pria ini? siapa yang melamar pekerjaan padanya? Bahkan aku saja belum mengatakan apapun. Ya allah, hatiku masih sedikit ngilu malah ada saja gebrakannya kelakuan pria di depanku ini,"batin Izha.
"Baiklah sekarang kamu mau kemana?" tanya Axcel.
"Apa boleh saya bertemu dengan ibu?"tanya Izha.
"Tentu. Berikan alamatnya kepada Pak Adnan," jawab Axcel.
Izha menurut dan memberikan alamat rumahnya kepada Pak Adnan. Izha merasa sedikit tak nyaman duduk bersebelahan dengan Axel. Kalau pria itu tampaknya santai saja dan bahkan sibuk dengan ponselnya. Mungkin dia sedang banyak pekerjaan, tapi kenapa malah memaksakan diri menjemput dirinya. Entahlah Izha tak mau begitu memusingkannya.
"Pak Adnan, apa di belakang ada kaos oblong milikku?" tanya Axcel memecah kesunyian.
"Ada Pak, apa mau sekalian dengan celana pendeknya?" tanya Pak Adnan.
"Iya," jawab Axcel.
Izha yang tak mengerti hanya diam saja dan tak banyak berkomentar. Setelahnya Pak Andan berhenyi di tempat yang agak sepi kemudian mengambilkan pakaian milik sang atasan.
"Tolong tutup dulu gordennya dan berbalik lah. Saya mau ganti pakaian. Kami belum boleh lihat saya tanpa pakaian. Nanti bahaya," ujar Axcel sambil terkikik sedangkan Izha mencebikkan bibirnya.
"Siapa juga yang mau ngintip. Saya mendingan keluar saja dulu pak, bersama dengan Pak Adnan,"ujar Izha.
"Tidak mau. Saya tidak biasa sendirian," jawab Axcel.
"Astaga masa iya sih? Sejak kapan orang dewasa tak mau sendirian?"tanya Izha.
"Sejak hari ini," jawab Axcel santai dan mulai membuka jas miliknya.
Melihat hal itu, Izha memalingkan wajahnya. Axcel mengganti pakaian dengan yang lebih santai. celana pendek dan kaos oblong. Malah semakin membuat dia semakin tampan.
"Astaga ada apa dengan mataku? Kenapa malah memuji Pak Axcel," batin Izha.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tua Izha. Axcel memang belum mendapatkan informasi mengenai orang tua Izha. Karena dia meminta Ken hanya mencari tahu mengenai pernikahan Izha dan Derriz saja. Dia melupakan mencari informasi keluarga Izha. Sehingga sekarang dia mengganti pakaiannya, dia hanya ingin melihat bagaimana reaksi keluarganya saat Izha datang bersama dengan pria lain.
"Rumahnya yang sebelah mana Bu,?" tanya Pak Adnan.
"Itu pak yang rumah bercat biru muda," tunjuk Izha.
"Baiklah, berhenti di sini saja dan kita berjalan kaki ke rumahmu," ajak Axcel.
Izha menurut saja dan berjalan bersama dengan Axcel menuju rumahnya. perasaannya tak karuan apalagi saat melihat foto dan teriakan ibunya kemarin saat Ayahnya meminta di kirim uang dulu.
"Ampun, aku mohon ampuni aku mas, tolong jangan sik-sa aku lagi. Dan jangan terus minta uang kepada Izha. Kasihan dia, Mas! Biarkan dia hidup bahagia, jangan kamu ikut menyik-sa dia lagi. Tak cukupkah kamu menyik-saku dan kini kamu memeras anak kita! dia anak kandungmu Mas! Dia darah dagingmu! Sedangkan Andita bukanlah anakmu, Mas! Tolong sadarlah! Kamu boleh mencintai Sherly seperti itu dan menyakitiku, tapi tidak dengan anak kita! Apa kamu sudah tak menyayangi Izha?" terdengar suara Bu Anisa memohon kepada Pak Burhan.
"Heh Anisa! Kau fikir kau siapa berani bicara seperti itu! Walau Andita bukan anak kandung Mas Burhan! Tapi dia juga adalah ayahnya sekarang! Wajar saja si Izha memberikan uang untuk pernikahan mewah Anakku nanti. Sebagai seorang kakak dia wajib membantu pesta pernikahan adiknya!" suara Sherly terdengar bersamaan dengan suara teriakan ibunya.
"Rasakan itu karena sudah berani berbicara seperti itu kepada Suamiku!"
"Mas, jika memang kamu mau rumah ini dan sudah tak lagi mencintaiku! Ambilah. tapi tolong lepaskan aku. Kalaupun aku ma-ti, aku tak ingin ma-ti di tangan suamiku sendiri. Lagi pula cintaku sudah mati semenjak kamu membawa wanita mura-hanmu itu ke sini! Aku benci kamu Burhan! Kau pria bia-dab! Jangan pernah lagi kau memeras Anakku dan memanfaatkan dia demi kepentingan gun-dik dan juga anaknya!" suara Bu Anisa bahkan sudah bergetar.
"Sampai aku mendapatkan banyak uang dari anakmu itu! Kau tak akan pernah aku lepaskan. Dan kau juga tak akan ma-ti! Sekarang makan dan jangan banyak bicara! Kau tak boleh ma-ti dulu!" teriak Pak Burhan.
Braaaak
seantero perusahaan jd tau kelakuan bodoh mu kan derris
blm lg klau nanti kau d kasih liat kelakuan asli s Luna,, depresi kau nanti
gede nuhun kk outhor 👍👍👍
tah babang axcel kau udh tau lgsg kan, ga hrs cari tau ko,, cepat eksekusi az lgsg bawa ibu nya izha, lawan tuh s burhan manusia dakjal biar ga semena² pd anak n istri,,, gemes da hyang nakol pake 🔨🔨🔨🔨
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍