Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alia Vs Lena
Di sore hari, ketika rintik hujan membahasi kota, hawa dingin yang menyelimuti membuat orang lebih malas untuk keluar rumah.
Alia yang sedang dalam mobil saja, ingin segera pulang supaya bisa menikmati teh hangat favoritnya.
Seperti biasa, Alia selalu mengendarai mobilnya dengan relatif pelan. Dia juga tak begitu suka ngobrol saat mengendalikan setir. Cuma memang saat bersama Arya, dia suka tak tenang kalau terus diam-diaman. Apalagi sekarang saat Alia bisa merasakan kalau Arya sedang kepikiran akan sesuatu.
"Ada apa, Sayang?" tanya Alia, mata dia masih sangat fokus ke jalan di depannya.
"... Gak ada apa-apa kok, Tante."
Alia tahu betul jawaban tersebut tidaklah jujur. "Jangan suka menyimpan masalah sendiri! Bicara aja! Siapa tahu aku bisa bantu."
Arya masih diam tak bersuara.
"Apa di kampus ada yang mem-bully kamu?" tebak Alia, tangannya di atas setir menegang.
"Eh? Nggak kok! Bukan itu! Gak ada yang nge-bully aku di kampus!"
"Terus kenapa dong?"
Arya merenung sejenak, hingga beberapa detik kemudian berkata, "Soal gadis di kampus yang kemarin Tante temui."
"Gadis?" Alia berpikir sejenak. "Maksud kamu gadis yang ada di depan gerbang pas aku jemput kamu. Gadis yang punya perasaan ke kamu itu"
Arya mengangguk, "Iya. Dia."
Alia jadi penasaran, "Memangnya ada apa dengan dia? Apa dia menyatakan cintanya sama kamu, dan kamu gak tahu caranya menolak dia?"
"...."
"Kalau kamu bingung, tinggal pura-pura aja bilang kalau aku ini pacar kamu, terus kita juga bisa menunjukkan kemesraan kita di depannya supaya dia menyerah."
"...."
Arya speechless. Sebab apa yang Alia katakan tidak bisa dikatakan salah. Bahkan sebelum ini pun Arya sudah bohong dan mengatakan kalau Alia adalah pacarnya. Sekarang, yang perlu dilakukan memang adalah menunjukkan kemesraan di depan Lena di acara ulang tahunnya nanti.
"Gimana, ide aku bagus kan?"
Alia dapat ide semacam ini dari novel-novel online yang sering dia baca. Pura-pura pacaran, terus jadi pacar beneran, adalah hal klise di novel online yang dia harap bisa terjadi pada hidupnya.
Arya pun lalu menjelaskan soal undangan Lena kepada mereka. "Aku bingung apa harus datang ke acara itu atau tidak," tambahnya. "Aku takut kedatangan kita malah akan buat acara ulang tahun Lena jadi rusak."
Bisa dibayangkan kalau pria yang kau cintai malah mesra-mesraan dengan wanita lain, dan itu terjadi pas acara ulang tahunmu, pasti bakal bisa jadi hal yang traumatik. Mau bagaimana pun Arya tak mau menyakiti hati Lena.
"Kalau begitu jangan datang aja," ucap Alia cuek.
"Tapi ... Nanti Lena jadi gak akan mau nyerah?" balas Arya.
"Ya gak apa. Lena mau nyerah atau tidak adalah haknya. Nolak dia juga adalah hak kamu. Lagi pula, dia tampaknya gak pernah menggunakan cara licik untuk mendekati kamu, bukan? Jadi biarkan aja, nanti juga dia nyerah sendiri."
Alia yakin Lena tidak akan pernah bisa merebut Arya darinya. Jadi Alia juga tak merasa perlu melawan gadis tersebut secara langsung.
Dan Arya memikirkan perkataan Alia dengan seksama. Dia tak mengiyakan, tapi tak juga menolaknya.
Alia pun membiarkan Arya berpikir seraya dia kembali fokus hanya ke jalan di depannya.
...----------------...
Tiba di apartemen.
Alia pergi dulu ke toilet, sementara Arya duduk merebahkan diri di sofa. Bisa terlihat kalau Arya sudah mulai terbiasa berada di sana.
Tante Alia ada benarnya. Dari pada kita datang ke acara ulang tahun itu dan merusak suasana, mending undangan Lena ditolak saja.
Kemudian, dia cepat mengeluarkan handphone. Pesan singkat lantas dia kirimkan.
Dan tak perlu menunggu waktu lama hingga hp dia itu berdering.
"Arya, kenapa kamu nolak undangan aku?" suara di ujung telepon terdengar penuh emosi.
"Maaf Lena, aku gak ada waktu," jawab Arya.
"Bohong! Kamu cuma mau menghindar aja! Dugaan aku tadi pagi tepat kan? Kamu dan wanita itu tidak benar-benar pacaran! Makanya kamu gak berani datang!"
Arya tenang. "Kamu percaya aku punya pacar atau tidak bukan hal yang penting. Kamu bebas berpikir apa pun."
"Tapi kalau begitu aku jadi gak akan nyerah untuk dapetin kamu!"
"Ya itu hak kamu. Aku gak bisa melarangnya."
"...."
Ketenangan Arya justru membuat Lena tak tenang. Sebab jika Arya terlalu bersikeras ingin menunjukkan dirinya punya pacar, Lena malah bisa jadi curiga. Sikap Arya seperti inilah yang membuat perasaan Lena tak enak.
Apa jangan-jangan wanita itu memang adalah pacarnya Arya?
Lena bertanya dalam hatinya.
"Len? ... Lena?" panggil Arya saat Lena tak bersuara cukup lama.
"Apa wanita itu sekarang ada di dekat kamu?" Lena akhirnya kembali mengatakan sesuatu.
"... Iya."
Kebetulan Alia tiba setelah dari toilet.
"Aku ingin bicara dengannya," tegas Lena.
Arya ragu mengikuti permintaan Lena itu. Tapi Alia tampaknya tahu apa yang Arya dan Lena bicarakan, dia pun mengangguk seraya mengulurkan tangannya.
Kemudian Arya memberikan handphone-nya sambil berharap kedua wanita tidak akan berkonflik.
"Hallo?" kata Alia pada Lena.
"Hallo," balas Lena pada Alia.
"...." Arya yang masih bisa samar-samar mendengar suara Lena memilih diam tak menyela.
"Apa kau benar pacarnya, Arya?" tanya Lena dibarengi nafas yang berat.
Alia menjawab, "Bukan. Aku bukan pacarnya Arya."
""....""
Baik Lena mau pun Arya sama-sama kaget dengan Jawa itu.
Tapi, Lena tak lantas bergembira. Dia kembali menanyakan hal lain yang perlu dia ketahui.
"Apa kau mencintai Arya?"
Alia menatap Arya. Dan Arya pun balas menatapnya.
Hening sesaat.
Sampai sebuah kata-kata yakin keluar dari mulut Alia.
"Ya. Aku mencintainya."
"...."
Kedua mata mereka masih bertemu. Untuk suatu alasan, Arya tak bisa berpaling dari wajah cantik Alia. Arya pun seakan belum sadar betapa gila detak jantungnya saat ini.
Lena di ujung telepon terdiam. Mungkin sebagi seorang wanita, Lena bisa merasakan kejujuran dari ucapan Alia.
"Oke." Akhirnya cuma satu kata itu saja yang bisa Lena katakan.
Kemudian, Lena pun menutup teleponnya.
"Mau aku buatkan teh sekalian?" Alia bersikap biasa seakan hal yang baru dikatakannya tadi normal.
"E-Eh? B-Boleh." Arya lah yang sama sekali tak bisa berprilaku tenang.
Setelah mengembalikan handphone ke Arya, Alia pergi ke dapur.
"...."
Ada hasrat di diri Arya yang ingin bertanya, apakah yang Alia tadi nyatakan benar atau tidak. Namun, nyali gagal terkumpul. Dia pun hanya bisa melihat punggung Alia sambil terus ditemani oleh rasa penasaran.