NovelToon NovelToon
MENGANDUNG BENIH SI BOSS

MENGANDUNG BENIH SI BOSS

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pernikahan rahasia / Perjodohan / CEO / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:214
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Mira tiba-tiba terjebak di dalam kamar hotel bersama dengan Angga—bosnya yang dingin, arogan, dan cuek. Tak disangka, setelah kejadian malam itu, hidup Mira benar-benar terbawa oleh arus drama rumah tangga yang berkepanjangan dan melelahkan.
Mira bahkan mengandung benih dari bosnya itu. Tapi, cinta tak pernah hadir di antara mereka. Namun, Mira tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Hingga suatu waktu, Mira memilih untuk mundur dan menyudahi perjuangannya untuk mendapatkan hati Angga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LOVE YOU

Keesokan harinya.

Angga bangun pukul dua siang. Sejak Mira ijin pulang kampung, hari minggu adalah hari untuk tidur bagi pria itu.

"Masak apa, Bik?" tanya Angga dengan wajah lesu. Dia sudah mandi dan hanya berbaju kaos oblong dan celana santai.

"Koloke dan cap jay, Mas," sahut Bik Wati.

"Heeemmbb, saya mau makan, lapar banget. Tolong bikinin jus semangka dan jus melon, ya. Kayaknya tekanan darah saya tinggi. Kurang tidur dan banyak pikiran," kata pria itu.

"Baik." Bik Wati mengangguk paham.

Saat Angga sedang makan, tiba-tiba ada motor ojol berhenti di depan rumah. Ya, itu adalah Mira. Angga terbelalak sekaligus senang. Senyum mengembang tersemat di bibirnya, sampai Bik Mira pun berdehem pelan.

"Ehem ... jusnya, Mas."

"Eh, iya, Bik, makasih,"

Bik Wati segera membuka pintu saat mendengar bel berbunyi.

"Assalamualaikum, Bibik," kata Mira dengan tawa bahagia.

"Wa alaikum salam, ya ampun ... bibik sampai kangen." Bik Wati pun memeluk Mira seperti memeluk anaknya sendiri.

Mira dan Bik Wati bercengkrama cukup heboh, mereka terlihat saling melepas rindu. Mira masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa. Dia terlihat sangat lelah. Angga sesekali memperhatikan istrinya lewat celah penyekat di ruang makan.

"Saya ke kamar mandi dulu, Bik," kata Mira tanpa menanyakan kabar suaminya kepada Bik Wati.

Dia langsung masuk ke kamar mandi privat di dalam kamar tamu yang biasa ia tempati. Mira berlama-lama mandi dan membersihkan tubuhnya.

"Heemmmbbb, segarnya. Uhuu ... uhuu ...." Dia bahkan bernyanyi dengan begitu merdu di dalam kamar mandi.

Angga tersenyum senang saat mendengar istrinya konser di kamar mandi. Pria itu masuk ke kamar Mira dan duduk di tepi ranjang. Dia berlama-lama menunggu Mira yang tengah asik di kamar mandi.

Setelah puas membersihkan dirinya, Mira pun membuka kamar mandi dan dia berjingkat saat melihat Angga sudah ada di dalam kamarnya.

"Lhohh? Pa Pa Pak Angga? Bapak di rumah?" Mira terbata sambil memegangi handuk di dadanya.

"Ini kan hari minggu," kata Angga dengan dingin.

"Biasanya kalau minggu keluar ke mall sama Carla?" Mira mencebik.

"Heemmmbb, lagi malas," kata Angga spontan..

"Bapak keluar dong, saya mau ganti baju," sahut Mira dengan wajah menekuk.

"Ganti baju aja, kita kan suami istri." Angga pun tersenyum ringan.

"Udah sanaaaa ... saya mau ganti baju ...." Mira mendorong tubuh suaminya agar keluar dari kamar itu.

"Mir, maaf ya waktu itu aku ngatain kamu seperti pelacur." Pria itu menjeda seraya menahan tangan istrinya.

"Ya, kemarin saya memang sempat marah. Tapi, sepertinya cibiran itu memang benar. Saya menikah demi uang. Yah, mirip pelacur. Hehehehe." Mira terkekeh.

"Sudah lah, silahkan Bapak keluar. Saya mau ganti baju," pungkasnya.

Angga pun keluar dan bergegas ke dapur. Dia meminta Bik Wati ke pasar untuk membeli beberapa macam buah. Kemudian ... Angga duduk santai di depan TV.

"Bik Wati kemana?" tanya Mira sambil keluar dari kamarnya.

"Keluar," kata Angga dengan datar.

"Heeemmmb." Mira mencebik lalu mengambil air minum ke dapur.

"Kenapa baru pulang?" Tiba-tiba Angga sudah berada di belakang Mira.

"Menenangkan pikiran," jawab wanita itu.

"Kenapa tak pernah berkabar?" Angga memegang pundak istrinya dari belakang.

"Buat apa?" kata Mira.

"Kan kita ini suami istri, kabar itu penting!" Angga menimpali.

"Ini pernikahan kontrak, kan?" Wanita itu masih memunggungi suaminya.

"Jangan bilang begitu, kamu ingat apa kata Mama? Pernikahan kontrak itu dosa." Angga pun berbisik.

"Ya memang kenyataannya ini memang seperti pernikahan kontrak, kan, Pak? Setelah tiga bulan, semuanya bisa kita akhiri." Mira berucap lirih.

Wanita itu melepas tangan suaminya, dan pergi ke ruang tengah, dia duduk sambil mengupas jeruk untuk sekedar menghilangkan rasa gerogi saat berduaan dengan Angga di rumah.

Angga tiba-tiba menghampiri Mira dan duduk di sebelahnya. Mira pun tak banyak bicara. Dia menggeser bokongnya agar sedikit menciptakan jarak.

"Mir ...." Pria itu berbicara pelan.

"Heeemmmmbb." Mira pun menyahuti.

"Kita ini suami istri, kan?" Angga menoleh, lalu memberikan jeruk yang sudah ia kupaskan untuk istrinya.

"Ya," sahut Mira dengan jutek.

"Kamu benci sama saya?" tanya pria itu.

Mira menggeleng.

"Kenapa kamu jarang membalas pesan dari saya? Apakah kamu illfeel kepada saya?" Angga menatap Mira dengan lekat.

"Saya kan bukan siapa-siapa Bapak, bukan prioritas Bapak juga. Jadi buat apa sering berbalas pesan?" Mira tersenyum sinis.

"Memangnya kalau bukan prioritas, gak boleh saling berkirim pesan?" Kening Angga mengkerut.

"Heemmmm." Wanita itu pun mengangguk pelan.

"Kenapa kamu sering berbalas pesan dengan Deva? Kamu juga bukan prioritas bagi dia, lho." Pria dingin itu terkekeh.

"Pak Deva baik," kata Mira sekenanya.

"Baik dari Hongkong?" Angga mendesis.

"Terus maksudmu ... saya ini jahat gitu?" sungutnya.

"Iya," sahut Mira ngasal.

Angga terbelalak. Dia langsung mendekatkan tubuhnya yang mulai memanas ke tubuh istrinya hingga Mira terjepit di antara sandaran sofa dan tubuh suaminya.

"Katakan padaku, jahatku dimana?" bisiknya dengan tatapan lekat.

"Bapak plin plan, Bapak tukang ghosting, Bapak tukang PHP ...!" Mira terkejut kenapa mulutnya bisa berbicara begitu.

Angga menelan saliva berulang kali.

"Bisa gak sih jangan panggil Bapak? Emangnya saya ini sudah tua amat, ya?" dengusnya.

"Panggil Mas, kek ..., Abang, kek ... Kakak, kek ... Sayang, kek .... Heeemmmm." Angga tiba-tiba terdiam, dia merasa sudah kelewat batas. Dia yang biasanya dingin, kini tiba-tiba menjadi bawel dan cerewet.

"Wekekeke. Wekekeke. Wekekeke."

Sepasang suami istri itu pun menertawakan tingkah mereka masing-masing, tingkah yang sering random dan tak bisa ditebak.

"Mira ..."

"Heemmb ..."

"Kita ini suami istri, kan?"

"Heemmb ..."

"Kenapa kita tidak mengulangi kejadian malam itu lagi?" Jari Angga tiba-tiba meraba bibir Mira dengan lembut.

SNNNGG

Mira pun merasa ada sengatan hangat di dalam dirinya.

"Kita bisa melakukannya dengan baik dan saling menikmati. Bukankah itu adalah hal yang wajar bagi sepasang suami istri?" Angga berbisik di telinga istrinya dan memepet dada sang istri yang kini sudah menempel tepat di dadanya.

"Tapi, Pak ..." Mira masih ragu.

Tiba-tiba Angga memegang wajah Mira, nafasnya sudah memburu, dan ...

CUP

Dia menyesap bibir Mira dengan lembut dan terus melumatnya hingga Mira pun terangsang dan mendesah.

"Emmmpp ... emmppph ... emmppphh." Bibir Angga terus memainkan bibir Mira dengan begitu liar.

Tanpa berfikir panjang, Angga langsung menggendong Mira ke kamar tamu. Dia akan melepaskan apa yang selama berminggu-minggu ini ia tahan. Sudah hampir sebulan sejak pertama kali ia menikmati tubuh istrinya.

Di dalam kamar, Angga langsung melakukan pemanasan dan mencumbu Mira dengan penuh belaian dan sentuhan. Leher, dada, dan perut Mira, semuanya penuh akan bekas cupang.

"Ssssshhtttt .... Ah ...." Mira mendesah saat rudal jumbo itu menghujam liang miliknya.

"Love you," bisik Angga.

DEGH

Mira pun melayang, hatinya berdebar kian kencang, dan pikirannya terbang menembus awan. Dia memejamkan mata dan membiarkan Angga menuntaskan hasrat kejantanannya. Dia tiba-tiba merasa sangat bahagia saat pria itu menjamah tubuhnya.

Angga bahkan melakukan semburan berulang kali. Dia membolak balik tubuh Mira hingga semua gaya mereka lakukan. Mira juga diajari caranya bermain dengan gaya woman on top, miring, duduk, dan segala gaya sampai semburan demi semburan menghujani rahimnya.

"Pak ... aku mau pipis," bisik wanita itu.

Angga pun kian mempercepat gerakannya hingga wajahnya menegang dan ....

"Sssssshhhhh."

Mereka pun mencapai klimaks bersama. Itu adalah pertama kali Mira mencapai puncak kenikmatan.

Setelah dihujani banyak semburan, Mira langsung tertidur pulas dalam dekapan suaminya. Angga pun tersenyum puas, apa yang selama ini ia tahan, kini terpuaskan sampai beronde-ronde.

*****

Mira tidur dengan sangat nyenyak hingga ia terbangun pukul 10 malam.

"Ya ampun ... ini jam berapa?" bisiknya sambil melihat di samping, Angga ternyata sudah tidak ada.

Mira tersenyum sambil melihat gawainya.

Dia pun terbelalak, "Jam 10 ...? Aku tadi tidur jam berapa? Duh entahlah, tadi kami bermain sejak menjelang ashar sampai maghrib."

Mira tersenyum saat mengingat kejadian tadi siang.

"Love you." Begitulah kata Angga saat kedua tubuh mereka menyatu.

Mira semakin tersenyum saat mendapati seluruh dada dan payudaranya penuh dengan bekas cupang. Dia menyibak selimut dan berkaca.

"Pak Angga," bisiknya dengan hati berbunga saat melihat lehernya penuh dengan cap kemerahan.

Mira segera ke kamar mandi. Bebersih, dan memakai piyama. Sesekali ia memijit lututnya yang masih terasa kram karena tadi dia begitu bersemangat menggoyang di atas.

"Duh, lapar," bisiknya sambil berjalan ke dapur.

Mira terkejut bukan main saat melihat Bik Wati sedang makan malam.

"Kirain siapa, Bik?" sungutnya.

"Heheheh. Maaf, Mbak. Bibik tiba-tiba lapar dan pengen makan mie instan." Wanita paruh baya itu terkekeh.

Mira mengambil air putih dan pisang, lalu duduk di depan Bik Wati. Bik Wati tersenyum-senyum saat melihat di leher Mira banyak cap merah-merah.

"Eh, ini anu, Bik, digigit nyamuk," kata Mira dengan tersipu dan gelagapan.

"Tadi Bibik ke pasar, disuruh Mas Angga beli buah-buahan kesukaan Mbak Mira. Karena Bibik tidak tahu Mbak Mira sukanya buah apa ... ya sudah Bibik belikan segala macam buah di pasar buah. Bibik juga disuruh Mas Angga ke pasar malam untuk beli baju, hehehe." Bik Wati terkekeh.

"Heeemmmb ...." Mira hanya manggut-manggut.

"Dia sudah makan malam, kah?" tandasnya.

"Saya belum ketemu Mas Angga, Mbak. Saya pulang jam 7, dan mobil Mas Angga sudah tidak ada di garasi," kata Bik Wati.

"Heemmmb ..." Mira pun mencebik.

"Dia kemana ya?" gumamnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!