Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.
Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.
Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?
cover by perinfoannn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ferry of Fear
Tiba di pelabuhan, kapal feri telah bergerak. Seluruh anggota Cyber Crime berhamburan keluar dari sedan Timor. Empat orang melompat ke atas speedboat yang meraung, siap mengejar kapal, sementara sisanya bergegas mencari bantuan keamanan kapal untuk menemukan Bos klub malam dan seorang gadis berusia 17 tahun.
Agatha dan Reza baru saja tiba di pelabuhan ketika telinga mereka menangkap percakapan tentang Komandan Haris, ayah Agatha, yang sedang memimpin pengejaran ke kapal feri.
Raut wajah Agatha mengeras. Ia tak bisa tinggal diam. Tanpa ragu, ia menyewa speedboat lain untuk menyusul ayahnya.
Jam tangan digital di pergelangan tangannya, yang biasanya memancarkan cahaya biru lembut, kini berubah merah menyala. Seolah firasat buruk menimpa Larast.
“Yakin loe?” tanya Reza, ragu namun tetap mengikuti langkah lebar Agatha menuju speedboat.
Agatha berhenti sejenak, menoleh dengan tatapan tajam. “Aku harus menyelamatkan Larast. Kamu tidak perlu ikut. Pulang saja, terima kasih sudah mengantarku,” ucapnya cepat, lalu melompat ke speedboat yang sudah menunggu.
Reza tertegun sesaat, lalu menggeleng keras. “Gak mungkin gue ninggalin loe!” serunya, ikut melompat ke speedboat tepat sebelum tali pengikat dilepas.
Mesin speedboat meraung, membelah ombak menuju kapal feri yang semakin menjauh.
Di dalam kapal, Bos rentenir dan pengawalnya panik. Mereka terus mencari cara untuk menghilang di antara ratusan penumpang. Larast, yang masih belum sadarkan diri, menjadi beban yang menyulitkan pergerakan mereka.
“Sial! Kenapa dia belum bangun juga?!” gerutu Bos rentenir, menyeka keringat dingin di dahinya.
Pengawalnya celingukan, matanya liar mengawasi sekeliling. “Kita sembunyi di mana, Bos?”
Bos rentenir berpikir keras. Matanya tertuju pada deretan peti kemas yang tersusun di buritan kapal. “Kita sembunyi di sana!” putusnya, menyeret Larast menuju peti kemas terdekat.
Speedboat yang dikemudikan dengan lihai oleh seorang petugas mendekat ke lambung kapal feri yang menjulang.
Ombak ganas menghantam lambung speedboat, membuat perahu kecil itu oleng tak terkendali. Ayah Agatha, dengan wajah tegang, memegang erat pegangan di depannya.
“Siapkan tali dan kait!” perintahnya lantang, suaranya nyaris tenggelam oleh deru mesin dan deburan ombak.
Dua orang anggota Cyber Crime dengan sigap meraih tali tambang yang dilengkapi kait baja di ujungnya. Dengan sekali ayun, mereka melemparkan kait itu ke atas, berusaha meraih pagar pembatas di dek kapal feri. Kait pertama gagal, terhempas kembali oleh angin. Kait kedua berhasil menancap dengan kuat.
“Tarik!” seru Ayah Agatha.
Satu per satu, anggota tim mulai memanjat tali. Ombak terus menghantam speedboat, membuat mereka kesulitan menjaga keseimbangan. Beberapa kali tangan mereka tergelincir, nyaris membuat mereka terjatuh ke laut.
Sementara itu, speedboat yang membawa Agatha dan Reza juga berusaha mendekat.
“Ayah, aku juga mau ikut!” teriak Agatha.
Komandan Haris menoleh, ia melihat putranya berada di speedboat bersama Reza dan seorang pengawas.
“Apa yang kau lakukan? Pulang!” teriak Ayahnya Agatha.
Setelah berhasil naik dek kapal, Haris segera menuju ke awak kapal untuk memberikan informasi jika ada penyusup yang memasuki kapal.
Anggota lainnya mulai ikut naik ke kapal dan menyebar mencari pria yang menculik Larast. Agatha dan Reza pun tidak tinggal diam. Mereka meminta satu anggota polisi yang masih di speedboat untuk membantu mereka naik ke kapal.
“Tidak bisa, ini berbahaya!” ucap rekan ayahnya.
“Di sana ada temanku, jika dia mati, aku pun akan mati,” ucap Agatha. Ia ingin mengatakan jika terjadi hal buruk pada Larast, Agatha memiliki perasaan tidak akan pernah bisa kembali lagi di masa ini. Padahal, ia masih menginginkan kesempatan untuk merubah kematian Ibunya.
“Tidak,” ucap rekan ayahnya tegas.
“Aku mohon, Pak. Jika anda tidak mengizinkan ku naik ke atas, mereka tidak akan bisa menemukan Larast dengan cepat, hanya aku yang bisa tahu di mana dia berada. Jika sampai nyawa gadis itu lenyap, aku yakin Bapak akan menyesal seumur hidup,” tegas Agatha, berusaha membujuk.
Rekan ayahnya diam sejenak, lalu menatap Agatha.
“Ya sudah, jika kalian menemukan sesuatu jangan bertindak gegabah. Cepat hubungi komandan dan anggota lainnya.”
Tali itu kembali dikaitkan ke dek kapal, membantu Agatha dan Reza naik ke atas kapal.
Agatha segera mencari Larast di setiap sudut sambil terus berteriak memanggil namanya berulang kali. “Larast!”
Reza juga ikut menyebar mencari Larast, meskipun dia sendiri sedikit lupa bagaimana wajah Larast.
Jam di pergelangan tangan Agatha masih menyala merah, membuat Agatha semakin panik. Ia juga merasakan tubuhnya seolah semakin ringan dan kepalanya terus berdenyut.
“Bantu aku tunjukkan di mana dia? Jangan hanya diam saja!” keluh Agatha pada jamnya.
Jam itu kini mengeluarkan cahaya garis lurus ke depan berwarna merah, seperti laser yang seolah membimbing nya untuk menemukan Larast.
Hingga ia melihat seorang pengawal yang pernah ia temui di klub sedang berdiri di lokasi tak jauh dari peti kemas. Membuatnya segera mendekat.
Sementara pengawal itu mengetahui langkah Agatha mendekat segera berlari melarikan diri, tidak membiarkan bosnya sampai ketahuan karena sembunyi di antara peti kemas.
“Woy, tunggu!” teriak Agatha mempercepat langkahnya.
Dengan sigap Agatha menarik napas dalam-dalam. Ia berlari mengejar pengawal itu, yang kini menoleh ke belakang dengan mata membulat. Saat jarak mereka semakin dekat, Agatha meluncurkan diri ke depan, tubuhnya merendah seperti peluru yang ditembakkan.
Namun, pengawal berhasil menghindar ke arah samping. Ia memberikan serangan balik, memanfaatkan kelengahan Agatha yang kehilangan keseimbangan. Satu pukulan keras meluncur ke arah wajah Agatha.
Bug!
Agatha dengan gerakan lincah langsung menangkis pukulan itu dengan lengan nya, meski tetap merasakan nyeri yang menusuk.
Saat pengawal itu melayangkan tendangan, Agatha dengan cepat menangkap kaki itu dan menariknya dengan kuat, hingga pengawal itu kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke depan.
“Rasakan ini!” seru Agatha, menyeringai tipis.
Dengan gerakan cepat dan terukur, Agatha meraih lengan pengawal itu. Ia memanfaatkan momentum tarikan kakinya untuk melakukan bantingan ippon seoi nage. Tubuh pengawal itu terangkat ke udara, berputar sejenak, lalu terbanting keras ke dek kapal.
Agatha tidak memberinya kesempatan untuk bernapas. Ia segera menindih tubuh pengawal itu, mengunci pergerakannya dengan teknik osaekomi waza. Pengawal itu meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman maut Agatha, namun usahanya sia-sia.
“Katakan dimana Larast?!” tanya Agatha dengan nada mengancam, matanya menyala penuh amarah.
Perhatian seluruh penumpang di kapal kini tertuju pada mereka. Suara gaduh perkelahian itu menarik perhatian semua orang. Hingga Komandan Haris dan anggota tim lainnya berlari ke lokasi perkelahian, menerobos kerumunan penumpang yang ketakutan.
“Katakan, dimana Larast?!” gertak Agatha, semakin menekan kuncian nya.
“Mereka... ber-bersembunyi... di pe-peti kemas,” jawab pengawal itu dengan nada terputus-putus, wajahnya memerah menahan sakit.
Anggota Tim Cyber Crime segera mengambil alih situasi. Dua orang anggota dengan sigap memborgol kedua tangan pengawal itu, sementara yang lain membantu Agatha berdiri.
Tanpa mempedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya, Agatha segera berlari ke arah deretan peti kemas. Jantungnya berdebar kencang, dipenuhi perasaan khawatir dan cemas akan keselamatan Larast.
Bersambung.
Jadi deg-degan nih dengan kondisi Larast. Semoga masih bisa diselamatkan ya guys.
tp ini keren /Heart/
scra gtu aries kn lgi ke msa lalu ... pasti ad perubahan d msa dpn