Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Danis mengepalkan tangannya geram. Ia mendekat ke arah dua gadis yang sempat menfoto Rea tadi dengan emosi yang memuncak.
"Hapus foto itu atau aku akan buat kalian menyesal!" perintah Danis.
"Da-danis..." Rara tergagap, ia sempat melirik temannya kemudian dengan gugup menghapus foto-foto itu.
Tak berselang lama, Kanaya keluar. Danis langsung menarik tangannya.
"Dans, apaan sih."
"Heh, kalian. Hapus atau aku akan cekik kalian satu persatu. Dan kamu, Kay! Ikut aku pulang."
"Naik." titah Danis kepada Kanaya.
Kanaya hanya bisa menurut, Danis melesatkan motornya dengan kencang dan membawa Kanaya pulang.
"Dans, apaan kamu ini!" Pekik Kanaya saat Danis menarik tangannya dengan paksa.
"Kamu yang apaan? hah, kamu bersikap seolah-olah kamu adalah teman yang baik untuk Rea, tapi kelakuanmu sama sekali tak pantas disebut sebagai teman."
"Kenapa? kamu keberatan? bukankah kamu sendiri adalah laki-laki yang breng sek di belakang Rea!" teriak Kanaya.
"Hya aku breng sek, kita sama. Bagaimana kalau kita sama-sama mengkhianatinya?" Danis menyeringai, ia menarik Kanaya ke rumah samping gadis itu dan mendorongnya hingga menatap tembok.
Meraih dagu Kanaya dengan kasar dan menciumnya dengan liar.
"Euh... Dans, stop!" pekik Kanaya spontan mendorong Danis.
"Kenapa, heh? Apa tujuanmu menyebar gosip tentang Rea? kau ingin Rea membenciku, maka mari kita buat Rea tahu sebejat apa temannya."
"Dia nggak akan percaya apapun perkataanmu!" teriak Kanaya.
"Oh, ya? bagaimana kalau kita membuat video bareng, akan sangat seru bukan?" Danis menarik paksa pinggang Kanaya dengan senyuman devil.
"Rea nggak akan percaya, karena aku bilang padanya kalau kamu adalah saudara sepupuku!"
"Heh, sejak kapan aku punya sepupu tol*l kaya kamu!" maki Danis.
"Memang tidak ada, tapi setidaknya Rea percaya dan ia akan tetap menganggapku teman baiknya."
"Bodoh!" Maki Danis, mencengram dagu Kanaya.
"Kau yang bodoh, apa spesialnya Rea? dia tidak lebih baik dari apapun, bahkan ja lang di luaran sana sekalipun. Tapi, dia selalu memiliki keberuntungan?"
"Kau bertanya padaku? lihat dirimu sendiri, betapa menyedihkan karena merasa tak lebih baik dari Rea. Kau harus ingat satu hal, Kay! Jangan melakukan apapun pada Rea, karena yang berhak menyakitinya cuma aku!"
Danis pergi meninggalkan Kanaya yang masih tercengang di tempat, mengusap-usap dagunya karena cengkraman tangan Danis yang kasar.
"Gila, ini gila! Danis, kelak kamu akan berterima kasih padaku karena aku yang akan menyembuhkan mata rabunmu!" gumam Kanaya.
***
"Re, apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini tanpaku?" tanya Bara saat sampai di kos milik Rea.
Sedari tadi, Bara berusaha menahan diri untuk tak bertanya mengingat kedua teman Rea ikut mobilnya dan Bara membiarkan mereka bertiga asyik mengobrol sepanjang jalan. Bara pikir akan sangat canggung jika membahas perihal cinta di depan teman-teman Rea, Bara tak ingin membuat Rea tak nyaman.
"Hem, apa ya? aku ada ketemu sih kemarin sama Mas Revan dan Mba Najira."
"Kamu ketemu mereka?" tanya Bara.
"Iya, Mas."
Bara mengangguk-angguk, "ada bahas soal hubungan kita nggak?" tanya Bara penasaran.
"Ada dikit, tapi lebih banyakan bahas hubungan mereka. Mas Revan mau menikahi Mba Najira, Mas. Menurutmu gimana?"
"Ya, gak gimana-gimana! Bagus dong kalau mereka menikah dari pada berbuat dosa terus!"
"Muka kamu kayak nggak ikhlas Mas denger mereka nikah?"
Bara mengerutkan kening, bukankah ekspresinya biasa saja? tapi kenapa Rea menilai dirinya tak ikhlas, Bara bahkan ikhlas sekali jika Najira menikah dengan Revan. Bukankah itu lebih baik ketimbang hanya menjalin hubungan sebatas partner di ranjang?
"Ikhlas, Rea. Nggak ikhlas gimananya, hm?" Bara menatap Rea lekat, gadis itu malah menekuk wajahnya.
"Aku kalau ngeliat Mba Najira bawaannya horor melulu jadi kesel, makanya kemarin juga reflek debat."
"Kok bisa, Re?"
"Bawaannya bayangin yang enggak-enggak kan secara dia mantan istri Mas." bisik Rea agar tak terdengar orang lain karena kini keduanya sedang duduk di kursi halaman kos, tepatnya di bawah pohon yang teduh.
"Hahahaha, Rea kamu apa-apaan sih hm, kenapa jadi cemburuan gitu? ya gak usah dibayangin toh dia cuma mantan istriku, hey!"
"Ya gak tahu, orang itu lewat tiba-tiba di kepalaku!" gerutu Rea.
Pletak.
Bara menyentil pelan dahi Rea, "biar gak me sum terus! Rea, kalau kamu beneran sayang sama aku, kamu harus berusaha menerima bagaimanapun aku, baik sekarang maupun sebelumnya. Aku juga udah berusaha buat ngilangin trauma aku soal pernikahan. Kamu tau, akhir-akhir ini sikap mamaku menjadi sangat menyebalkan apa kamu mau bertemu dengannya?"
Rea menggeleng.
"Kok nggak mau?"
"Takut ditolak," gumam Rea dengan pandangan menunduk.
Bara menarik napas lalu menggenggam tangan Rea, berusaha meyakinkan gadis itu lebih dulu.
"Coba aja dulu, kita nggak akan tau hasilnya kalau nggak mencoba. Lagian, sebenarnya Mamaku baik kok."
"Beneran, Mas? Apa nggak terlalu buru-buru kalau sekarang?"
"Nggak, sekarang kamu mandi gih!"
Rea pun mengangguk, ia pamit masuk ke dalam kamar. Bara sedang merapalkan doa, berharap jalannya sedikit dipermudah oelh Tuhan perihal Mamanya. Bara sudah cukup kesulitan mendapatkan calon kakak ipar selingkuhan istrinya, kini ia harus menghadapi Mamanya yang sedikit egois.
Kali pertamanya Bara masuk ke kamar kosnya setelah sekian lama.
"Masih sama rupanya! Hm, berantakan." gumam Bara.
Ia juga menelisik ruang kecil itu dan masih ada baju-bajunya yang tertata rapi di lemari plastik kecil.
"Mandi lah, anak kos kan." Bara membuka kemejanya, menelisik tubuh atletis di depan kaca.
Tak butuh waktu lama bagi Bara untuk menyelesaikan mandinya, pun dengan Rea yang tengah merias wajahnya agar tak terlihat pucat bila tanpa make up.
"Mas..." panggil Rea, Bara tak keluar karena ia masih mengenakan kaosnya.
"Mas,--" Rea mematung saat Bara membuka pintu kamar kosnya.
"Aku kira udah pergi."
"Sini," pinta Bara sambil menggenggam tangan Rea dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.
"Mas, mau ngapain si kok pintunya ditutup." panik Rea.
"Nggak ada, cuma mau minta peluk."
"Kalau boleh." sambungnya memelas.
"Hm, yaudah sini." jawab Rea malu-malu. Bara pun langsung menariknya dalam pelukan, dan menghujani Rea ciuman di pucuk kepala.
"Calon istriku cakepnya gak ada obat!" pujinya setelah melerai pelukan.
"Gombal bukan maen, Mas Bara nih."
***
Bara melajukan mobil, ia sempat mengajak Rea berhenti di depan rumah lamanya. Tampak sepi karena hanya ada Pak Jovi dan Art baru disana.
"Ini rumah orang tua Mas Bara?" tanya Rea.
Bara menggeleng, "bukan, ini rumahku dan Najira sebelum kami bercerai. Baik aku maupun dia nggak ada yang mau nempatin."
"Kenapa nggak mau, Mas. Kan sayang loh, rumah dianggurin?"
Bara menggeleng sambil senyum, "kalau kamu jadi aku bagaimana? kamu mau nempatin rumah dimana kamu melihat istrimu bercinta dengan laki-laki lain?" tanya Bara hingga berhasil membuat Rea mengatupkan mulut.
Rea melihat rumah itu, "rumah yang sangat bagus dan nyaman, sayang sekali harus terkotori oleh pengkhianatan." batin Rea pilu, ia bisa merasakan kesulitan Bara. Memaafkan mungkin mudah, akan tetapi kejadian itu akan terus teringat dalam benak sekeras apapun melupakan.
"Atas nama Mas Revan, aku minta maaf Mas Bara." Rea menunduk.
"Bukan apa-apa. Karena sekarang aku ada kamu, Rea. Kamulah yang buat aku bisa melewati saat terpatahku."
Deg.
"Maaf untuk kejadian waktu itu Rea, bagaimanapun aku hanyalah laki-laki breng sek yang merampas sesuatu berharga milikmu."
Rea diam, mematung sambil menunduk dalam. Matanya basah, meski begitu ia tak bisa menyalahkan Bara.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..