NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Sahabat

Menikah Dengan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Mereka tumbuh bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Tapi tak pernah menyangka akan menikah satu sama lain.

Nina dan Devan adalah sahabat sejak kecil. Semua orang di sekitar mereka selalu mengira mereka akan berakhir bersama, namun keduanya justru selalu menepis anggapan itu. Bagi Nina, Devan adalah tempat pulang yang nyaman, tapi tidak pernah terpikirkan sebagai sosok suami. Bagi Devan, Nina adalah sumber kekuatan, tapi juga seseorang yang terlalu penting untuk dihancurkan dengan cinta yang mungkin tak terbalas.

Sampai suatu hari, dalam situasi penuh tekanan dan rasa kehilangan, mereka dipaksa menikah demi menyelamatkan kehormatan keluarga. Nina baru saja ditinggal tunangannya yang berselingkuh, dan Devan, sebagai sahabat sejati, menawarkan sebuah solusi yaitu pernikahan.

Awalnya, pernikahan itu hanyalah formalitas. Tidak ada cinta, hanya kenyamanan dan kebersamaan lama yang mencoba dijahit kembali dalam bentuk ikatan suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Pukul dua dini hari.

Devan baru saja berhasil memejamkan mata setelah seharian bekerja dan menemaninya ke dokter kandungan. Tapi tiba-tiba…

“Devan…”

Suara lembut tapi menyeramkan itu membuat mata Devan terbuka seketika.

“Hah? Sayang? Kenapa?” Devan membalikkan badan, melihat Nina duduk di ranjang sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.

“Aku pengen rujak serut yang pake mangga muda, jambu, nanas, ditambah sambal yang ada terasinya dikit, tapi jangan terlalu pedas ya… aku nggak mau mulas nanti.”

Devan masih berusaha memproses informasi itu dalam keadaan setengah sadar. “Pukul dua pagi, Sayang… Rujak?”

Nina menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Kamu nggak sayang aku ya?”

Dan begitulah. Lima menit kemudian, Devan sudah berada di dapur dengan pakaian tidur dan jaket tebal, menggiling sambal sambil menggerutu kecil.

“Katanya cinta itu pengorbanan, tapi aku nggak nyangka pengorbanannya berupa nyari mangga jam dua pagi,” gumamnya. Ia bersyukur, seminggu sebelumnya, mertua mereka baru saja mengirimi sekeranjang buah dari kampung.

Sesampainya di kamar, Nina mencicipi satu sendok, lalu mengernyit.

“Sayang, ini sambalnya kurang terasi. Aku bilang tadi dikit, bukan nggak pakai.”

Devan nyaris menjatuhkan sendoknya. “Tapi… tadi kamu bilang jangan terlalu pedas, jangan terlalu bau—“

Nina memeluk bantal dan mulai menangis. “Kamu nggak ngerti aku lagi. Kamu beda sekarang.”

Dengan panik, Devan langsung kembali ke dapur, menambahkan terasi sedikit, mencicipi, kepedasan, lalu akhirnya kembali ke kamar membawa versi rujak revisi. Nina tersenyum manis, dan itu cukup untuk membuat seluruh perjuangan Devan jadi layak.

Keesokan harinya, mereka sarapan bersama.

“Jadi… kamu suka rujaknya semalam?” tanya Devan dengan mata panda.

Nina mengangguk sambil memandangi piring nasi goreng di hadapannya. “Iya, tapi sekarang aku pengen nasi goreng…”

Devan menatapnya dengan tatapan kosong.

“…yang dimasak pakai nasi dingin semalam, bumbunya pakai ebi, telur dadar iris, dan cabai rawit dua biji, cukup dua ya.”

Devan menoleh ke arah dapur yang masih berantakan. “Aku rasa aku harus rekrut asisten pribadi.”

Nina tertawa dan menarik tangan suaminya. “Tapi kamu hebat. Kamu suami terbaik.”

Mendengar itu, wajah Devan kembali bersinar.

Beberapa hari kemudian…

Devan menuntun Nina ke taman kecil di dekat rumah setelah sang istri ngidam suasana “adem-adem sejuk sambil minum jus alpukat, duduk di kursi taman”. Di tengah perjalanan, hujan gerimis turun.

“Sayang, kita balik yuk, kamu bisa masuk angin,” kata Devan sambil memayungi Nina.

“Tapi aku belum duduk di kursi taman,” kata Nina bersikeras.

Dan begitulah. Lima menit kemudian, mereka duduk di bangku taman sambil memegang payung dan menyeruput jus alpukat dalam gerimis kecil.

“Ternyata romantis juga ya,” kata Nina.

“Kamu tahu nggak, romantis menurutku itu ketika aku harus ngulek sambal tengah malam, nyuci blender bekas alpukat, dan tetap mencintaimu walaupun mataku merah karena kurang tidur.”

Nina tertawa sampai air matanya keluar.

 

Devan mulai jadi langganan ibu-ibu di pasar. Suatu pagi, saat membeli pete dan jengkol permintaan baru dari Nina, ia ditanya oleh pedagang,

“Mas, istri mas ngidam ya?”

Devan mengangguk lelah.

“Berapa bulan?”

“Dua,” jawab Devan.

“Wah, semangat ya, mas. Nanti bulan keempat biasanya ngidamnya lebih ekstrim.”

Devan nyaris jatuh dari motornya.

Malam minggu, Nina minta ditemani nonton film drama Korea di rumah. Padahal Devan sudah mengantuk berat. Tapi ia duduk di sebelahnya, sambil memijat kaki Nina, memandangi wajah istri yang tertawa dan menangis bergantian karena alur cerita yang naik-turun.

Sesekali Nina menyuapi Devan cemilan, lalu tertawa saat Devan terbatuk karena pedas.

“Rasanya… hidup kita kayak drama ya,” gumam Nina.

“Ya, dramanya kamu, korbannya aku,” jawab Devan pura-pura kesal.

Nina mencubit perutnya. “Tapi kamu cinta kan?”

Devan menarik Nina ke pelukannya. “Lebih dari apapun. Apapun yang kamu mau, aku akan lakukan. Karena sekarang… kamu bukan cuma istriku. Kamu juga ibu dari anak kita.”

Nina menangis terharu, lalu menciumi pipi Devan sambil tertawa bahagia.

Minggu pagi, keluarga besar datang ke rumah. Ibunda Devan dan ayahnya datang membawa bubur kacang hijau. Ayah dan ibunya Nina membawakan tape ketan kesukaan anaknya.

“Kamu nggak boleh kecapekan, Nina. Kamu harus makan yang bergizi,” kata ibunya.

Devan hanya tersenyum lebar. Ia tak mengeluh meski sudah tiga hari tidur hanya 4 jam karena tugas ngidam si istri.

Saat Nina tidur siang, ibunya menghampiri Devan. “Kamu hebat, Devan. Kami bangga punya menantu seperti kamu.”

Devan hampir menangis mendengar itu.

Suatu malam, Nina terbangun dengan ekspresi panik.

“Devan! Aku mimpi kita punya anak kembar tiga!”

Devan menatap langit-langit dengan pasrah. “Oke. Kalau kamu ngidam punya anak kembar, aku siap…”

“Tapi… satu aja dulu ya, Sayang,” gumam Nina pelan sambil memeluk suaminya. “Aku cuma takut kamu terlalu capek.”

Devan mencium kening Nina. “Capek bersamamu… adalah capek yang paling aku syukuri dalam hidup.”

Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu, mereka tidur dengan tenang—dalam pelukan cinta, tawa, dan bayi kecil yang tumbuh di dalam perut Nina.

1
Eva Karmita
masyaallah bahagia selalu untuk kalian berdua, pacaran saat sudah sah itu mengasikan ❤️😍🥰
Julia and'Marian: sabar ya kak, aku kemarin liburan gak sempat up...🙏
total 1 replies
Eva Karmita
semangat semoga semu yg kau ucapkan bisa terkabul mempunyai anak" yg manis ganteng baik hati dan sopan ya Nina
Eva Karmita
semoga kebahagiaan menyertai kalian berdua 😍❤️🥰
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Herman Lim
selalu berjuang devan buat dptkan hati nana
Eva Karmita
percayalah Nina insyaallah Devan bisa membahagiakan kamu ❤️
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
Julia and'Marian: hihihi buku sebelumnya Hiatus ya kak, karena gak dapat reterensi, jadi males lanjut 🤣, makasih ya kak udah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!