Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kawin Dadakan
Devan Ganendra yang saat ini dalam perjalanan menuju Jogja. Meski sudah magrib ia tidak segera berhenti, agar segera sampai di kampung budhe Watik. Karena tempatnya masih jauh.
Braaakkk.....!!!
Ciittt...ciiiittt....!!!
Gubraaaakkkk....!!!
Devan menabrak seorang wanita yang mengendarai sepeda.
Beruntung wanita tersebut hanya oleng kemudian terjatuh.
Sementara Devan terkapar di aspal jalanan hingga membuatnya terluka.
Pemuda dua puluh empat tahun itu segera berdiri. Ia berjalan tertatih ke arah wanita yang di tabraknya. Bukan tabrak sih, tapi terserempet kemudian oleng dan menabrak pagar tanaman.
"Maaf mbak!, tidak apa-apa?" Tanya Devan sambil mengambil sepeda yang menindih wanita tersebut.
"Tak apa bagaimana!, ini jatuh!, sakit lagi. tolongin napa!, malah sepeda duluan!"
"Ehh, iya mbak!"
Devan segera memapah wanita itu menuju pos ronda, dekat tempatnya terjatuh. Sementara motor Devan masih berada di aspal jalanan kampung dan terkapar disana.
Kemudian Devan mengambil motornya dan di taruh dekat dengan sepeda wanita itu.
"Tanggung jawab!!" teriak wanita itu kepada Devan.
"Iya!, iya." Sahut Devan, kemudian mencari dompetnya yang ada di saku celana.
Sialnya Devan, celana yang berisi dompet ada di celana bagian dalam pakaian balapnya.
Karena susah, ia membuka jaketnya dahulu kemudian celana balapnya.
"Woy!, woy, woy!!!"
"Mesuuuummm!!!
Teriak seseorang yang baru pulang dari masjid. Membuat beberapa warga berlarian menuju ke pos ronda tempat Devan berada.
Bugghh...!!!
Bugghh...!!!
Bugghh...!!!
"Jangan woyyy!!" Teriak wanita yang bersama Devan sambil melerai warga yang menghajar Devan.
Wanita itu bernama Nisa, salah satu warga kampung sebelah.
Apes memang bagi Devan. Habis jatuh, dipukulin warga lagi.
"Alah kalian sama saja, Janda gatel!!" teriak salah satu warga yang di sinyalir sebagai anak juragan sapi yang sangat membenci Nisa. Dia adalah Wondo, anak dari juragan sapi di kampung sini.
"Kamu sama saja Nisa!!, suami sudah meninggal, malah pelampiasan ke orang!" Suara ketus keluar dari salah satu mulut warga.
Nisa yang mendengar itupun menjadi geram. "Dia itu jatuh, bukan mau mesum!" Ketus Nisa.
Nisa adalah janda tanpa anak yang ditinggal mati suaminya.
Banyak yang bilang, jika Nisa janda gatel karena sering akrab dengan lelaki. Entah di jalan atau di tempat kerja.
"Berhenti...!!" Teriak seseorang yang memakai peci warna putih.
"Kalian main hakim sendiri aja!, ditanyain dulu baik-baik!, bukannya langsung main jotos begitu!" ucapnya kemudian mendatangi Devan yang nyaris tidak di kenali karena pukulan dari warga.
Wajahnya sudah tak terlihat tampan. Karena mukanya memar dan bengkak.
"Mesum di pos pak kaum!" Ucap salah satu warga berteriak.
"Kawinin aja udah, daripada godain laki orang!" Teriak salah satu wanita paruh baya. Yang seringkali suaminya terpergok berjalan bersama dengan Nisa.
Devan masih diam membisu, tidak paham dengan warga yang ada disini. Apalagi bahasanya yang campur-campur membuatnya pusing.
Pak kaum menatap Devan dan Nisa secara bergantian.
"Kawinin aja pak kaum!"
"Kawin!"
"Kawin!"
"Kawin!"
"Kawin!"
"Kawin!"
Pak Kaum sampai pusing, setiap kali mendengar tentang Nisa. Padahal Nisa tidak seperti yang mereka katakan.
Sebab Pak Kaum kenal baik kakaknya Nisa, yaitu Hasan.
"Aku panggil Hasan dulu!" Ucap Pak Kaum kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Hasan.
Tak lama kemudian Hasan datang seorang diri menggunakan motor bututnya.
"Ada apa kang?"Tanya Hasan kepada pak kaum.
"Ini lho....!!"
Belum selesai pak kaum mengucapkan kata-kata, tiba-tiba warga berteriak.
"Nisa San!, arep semah Nang pos lho. Wes lah kawinkan saja!" Teriak salah satu warga yang bernama Wondo tadi.
"Iyoooo!, daripada lakiku yang di godain terus San!"Teriak wanita paruh baya yang masih memakai mukena.
Hasan memijit kepalanya karena pusing mendengar celotehan warga sebelah kampungnya ini.
Memang, beberapa bulan yang lalu Nisa dinikahin paksa oleh juragan sapi karena ayahnya mempunyai hutang yang begitu banyak. Sehingga Nisa dipaksa nikah dengan juragan sapi, ayahnya Wondo.
"Sudah!, sudah!. Nisa!, kakang minta malam ini kalian menikah!"
"Hah..!, mas!, yang bener!" protes Nisa kepada kakaknya.
"Udah kang kaum!, Nikahin mereka di rumah saya!" Ucap Hasan sudah tidak mau di bantah.
Akhirnya warga sorak Sorai, sambil berteriak "Huuuuuu....!!!" mengolok-olok Nisa dan Devan.
Devan yang belum paham, dan masih merasa sakit hanya bisa menuruti kemauan semua warga.
Hingga tak lama kemudian mereka sampai di rumah Hasan.
Nisa sendiri juga tinggal di situ, sebab di usir ayahnya karena dituduh telah membunuh juragan sapi.
Namun bukti kuat bahwa bukan Nisa yang menyebabkan juragan sapi meninggal.
Beruntung Hasan memahami Nisa serta membelanya, hingga sementara waktu Nisa tinggal bersama kakaknya ini.
Kakaknya sudah berkeluarga, istrinya bernama Khoirul Jannah. Dua putra-putri Hasan bernama. Hanif Mustafa dan Hanifa Khoirunnisa.
"Ada apa mas?, kok rame temen?" tanya Jannah kepada suaminya, Hasan.
"Lha piye meneh dik, Nisa dituduh sana sini begitu. Tadi dikira mesum di pos ronda malahan. Ya udah aku minta nikahin saja!"
"Weladalah!, ngawur sampeyan mas!"
"Lha Nisa kenal engga sama lakinya?" Lanjut sang istri.
"Embuh!, orang yang laki di hajar warga begitu. Kalau udah berduaan kan berarti kenal!" Sahut Hasan atas pertanyaan istrinya itu.
"Ngawur sampeyan mas!, lha kalau engga kenal bagaimana?, atau malah suami orang?"
"Biarin saja!, biar orang-orang puas dengan Nisa yang sudah nikah nanti. Masalah itu nanti mas pikirkan!" Sahutnya.
Devan yang masih dengan kondisi terluka dipaksa untuk mengucap ijab Kabul saat itu juga.
"Ehh, bentar dulu!, kok nikah?" Tanya Devan yang masih kebingungan karena saat ini diminta menikahi gadis yang di serempet tadi.
Hasan pun memberikan alasan kepada Devan, jika Nisa dalam kondisi terpojok saat ini. Devan salah satu penyebabnya, hingga harus terjadi pernikahan kilat ini.
Devan membantah, kemudian memberikan alasan berada di tempat itu bersama Nisa. Tapi warga tetep kukuh dengan pendapatnya. Bahkan Devan di tuduh akan memperkosa Nisa. Mau tak mau Devan mengiyakan permintaan warga untuk menikahi Nisa.
Sementara Nisa saat ini sedang di tenangkan oleh Jannah di kamarnya. Ia menangis tersedu tidak terima dengan keputusan kakaknya itu. Apalagi omongan warga yang seakan menyudutkannya.
Jannah pun memberitahu, jika untuk sementara, Nisa menuruti kemauan kakaknya. Daripada omongan tetangga dan warganya tidak mengenakkan sama sekali, sehingga membuat Nisa sering di olok-olok dan membuatnya malu.
"Mau aku hajar itu si Wondo!, Coba aja entar!, hikksss...!" Ucap Nisa sambil sesenggukan. Hingga akhirnya menyetujui permintaan kakaknya.
Nisa pun akhirnya di ajak keluar kamar, untuk memulai akad nikahnya. Nisa pasrah, karena tidak bisa berontak apalagi banyak warga yang masih menunggu.
Devan terpaku melihat Nisa yang keluar kamar. Tadi sewaktu jatuh, Devan tidak bisa melihat dengan jelas wajah Nisa. Namun kini dalam suasana terang, akhirnya bisa menatap Nisa.
"Cantik juga si Nisa, ga beda jauh sama Dara!, ehhh...!" Ucap Devan dalam hati.
Ayah Nisa datang ke rumah Hasan dengan marah-marah karena perbuatan Nisa.
"Anak tak tahu di untung!" Ketusnya, meski ia juga siap menikahkan putrinya saat ini juga.
Beruntung rumahnya jauh dari tempat Hasan. Jadi Nisa memang jarang bertemu dengan ayahnya.
"Wes to pak!, Ndang beres!" Ucap Hasan memang tidak mau menunda-nunda pernikahan Nisa dan Devan. Hingga akhirnya pak kaum memulai acara.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅