Senin, Jumat
“APA?! Jadi kamu pembunuh?!”
Lise membeku.
Matanya membesar, lalu
“ASTAGA! Jadi kekasihku SEORANG PEMBUNUH? Ya ampun, senangnyaaaaa~!! 😍❤️”
Kevin cuma bisa bengong.
Ia pikir Lise bakal kabur... ternyata malah makin nempel dan mulai nanya-nanya, “Korban pertamamu siapa?”
“Berarti... kamu bakal bunuh siapa pun yang nyakitin aku, kan?”
Kevin terdiam, lalu mengangguk. "Tentu saja"
Lise tersenyum lembut, tapi gila.
🔪❤️✨
✨Ini kisah tentang Lise, gadis biasa yang cuma pengen hidup damai. Tapi semua berubah sejak dia bertemu Kevin, pria pendiam dengan masa lalu yang... berdarah.
Tapi entah kenapa, cinta justru tumbuh di antara dua jiwa yang tak seharusnya bersatu.
Lise tak takut. Bahkan ketika kenyataan paling kelam muncul, dia tetap memilih untuk bertahan.
kadang... cinta tidak datang dari tempat yang aman. Tapi dari seseorang yang diam-diam... bersedia membunuh dunia, demi kamu.
[Novel ini masih dalam tahap REVISI, akan ada sedikit perubahan dan pasti ada TYPO juga😌]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
// Bab 34 - Sesederhana itu? //
**CHAPTER VI**
**🌸🌸🌸**
.
.
.
Pagi cerah cemerlang, para burung bercuit cuit dan hinggap di pepohonan, sebagian berterbangan dengan bebas. kota Clief yang penuh dengan keindahan gedung pencakar langit. dimana kekayaan materi yang tertumpuk di setiap sisi kota itu.
seperti biasa lise yang sudah bersiap setelah sarapan, ia akan pergi ke sekolah. "mau di anterin gak?"
tanya kevin kepada gadis yang sering ia jahili akhir akhir ini.
"What? dianter? kamu sendiri gak pergi ke sekolah" ujar Lise yang kesal, melihat kevin tersenyum jahil, seolah senang karena dia tidak perlu pergi ke sekolah untuk belajar.
"oh, atau aku masukin kamu ke kelas onstu aja kali ya? " kevin berkata dengan nada sedikit menjengkelkan.
Lise menggeram sebelum menarik keras rambut Kevin yang kini merintih "ouch sayang, sakit tahu"
"kamu tau gak sih kalo kamu itu nyebelin?" pekik Lise. "aduh, iya sorry sorry"
kevin melemah dalam kata katanya
"sorry sorry, sok english kau Keke" ujar Lise yang masih saja kesal
sekejap kecupan kecil mendarat di pipi Lise. hangat, hingga membuat jantungnya sontak berdebar. "sekarang di maafin kan?" tanya kevin dengan wajah yang memelas.
Lise membeku sesaat sebelum pipinya kini terlihat bersemu merah. "A-apasih keke!, tiba tiba banget!" teriaknya.
"tapi kamu suka kan?, mau disini nggak?" ucapnya dengan nada yang menggoda, ujung jarinya menyentuh bibir lise lembut.
"hiiy!! kamu ini! A-aku mau sekolah tau!"
Lise menepis tangan Kevin yang menyentuh bibirnya dan berlari menjauh.
"pfft, imutnya~ Lise-ku."
DRTT~. DRTT~
Kevin menatap ponselnya sebelum diraihnya dan mengangkat panggilan yang masuk.
"Ke, datanglah. Ada yang mau di bicarakan" sahut seseorang di balik telepon itu.
"iya" jawab Kevin singkat.
Dengan helaan nafas panjang, Kevin bergegas mengambil jaketnya dan pergi ke garasi dengan niat mau pergi dengan motornya.
"CK! Yang benar saja"
namun baru ingat, ketika ia ke garasi, motornya tak ada disana. karena ya, ia meninggalkan motornya saat ia terkepung oleh musuh saat itu.
mau bagaimana lagi, Kevin kini menaiki mobilnya dan mulai berkendara di jalanan kota. "kayaknya harus beli motor baru"
ujarnya sambil melajukan mobil yang kini sampai di gedung pencakar langit yang besar.
Langkah kakinya yang tegas, menuntunnya ke lantai gedung paling atas.
🌸🌸🌸
Sesampainya di sana, Kevin pun membuka pintu itu. Dilihatnya sosok pria tua yang duduk di meja kerjanya, wajah yang berkerut dengan mata yang tajam, tubuhnya yang masih terlihat gagah membuatnya tampak sangat berwibawa.
Kevin menatap sosok ayahnya itu, sekejap ingatannya berkelana.selama ini, ayahnya bekerja keras untuk mempertahankan segalanya dan menguak apa yang terjadi. Tanpa sosok istrinya yang begitu dicintai, membanting tulang membabi buta mencari kebenaran di balik keras-kejamnya dunia yang mungkin telah menjadi takdirnya yang mutlak, tak bisa berubah maupun diubah.
Begitu banyak ular berbisa yang melilitkan dan menusukkan racun ke dalam lingkup lemahnya yang dibentengi kebencian dan milyaran amarah.
Ancaman, kekerasan sekalipun yang menerjangnya tanpa henti, tak membuatnya goyah. terlalu telat untuk merasakan bagaimana rasanya mati rasa.
Kakinya yang tetap berdiri di atas bayang bayang seluk beluk kegelapan yang terus memakan dan menggerogoti layaknya zombie yang kelaparan akan otak manusia.
Tegap
Kaki itu tetap berdiri tegap, mengarahkan suatu jalan benar kepada satu satunya putra yang dimilikinya, satu satunya keturunan dari kekasih tercinta yang telah lama meninggal. kekasih yang telah lama menjadi bidadari bayangan yang tak pernah bisa dipeluk, tak bisa di genggam, tak bisa di raih. Hanya bisa dirasakan kehadirannya dengan perasaan rindu yang terkunci di dalam seluk dalam hati dan jiwa.
itulah yang selama ini ia bawa, makna dari kehilangan, adalah rasa sakit yang bahkan tak bisa digantikan apapun, bahkan tak bisa digantikan oleh luasnya semesta dan melimpahnya sebuah harta.
____________________________
semangattt/Determined//Determined/