NovelToon NovelToon
Langit Jingga Setelah Hujan

Langit Jingga Setelah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Keluarga / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Chicklit / Fantasi Wanita
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: R²_Chair

Jingga seorang gadis cantik yang hidupnya berubah drastis ketika keluarga yang seharusnya menjadi tempat pulang justru menjadi orang pertama yang melemparkannya keluar dari hidup mereoka. Dibuang oleh ayah kandungnya sendiri karena fitnah ibu tiri dan adik tirinya, Jingga harus belajar bertahan di dunia yang tiba-tiba terasa begitu dingin.

Awalnya, hidup Jingga penuh warna. Ia tumbuh di rumah yang hangat bersama ibu dan ayah yang penuh kasih. Namun setelah sang ibu meninggal, Ayah menikahi Ratna, wanita yang perlahan menghapus keberadaan Jingga dari kehidupan keluarga. Davin, adik tirinya, turut memperkeruh keadaan dengan sikap kasar dan iri.

Bagaimanakan kehidupan Jingga kedepannya?
Akankan badai dan hujannya reda ??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dunia Arjuna

Arjuna menutup laptopnya pelan.Ruangan kerjanya di kampus mulai terasa sepi, hanya menyisakan suara kipas pendingin udara yang berdengung lembut. Ia merenggangkan tubuh setelah berjam-jam memeriksa proposal tugas akhir para mahasiswanya. Lelah, tentu saja. Tetapi di antara lelah yang menumpuk, ada satu hal kecil yang selalu bisa membuatnya tersenyum…

Foto Jingga.

Ia menyandarkan punggung pada kursi,lalu melirik pigura di sudut meja. Foto itu hasil jepretan diam-diam,Jingga yang seolah memancarkan cahaya hangat. Mata gadis itu teduh, pipinya dihiasi rona halus, dan rambutnya yang sedikit berantakan malah membuatnya terlihat alami.

“Jingga…” lirihnya.

Nama itu selalu mampu menyentuh relung hatinya yang paling dalam.

Sudah berbulan-bulan ia tidak kembali ke desa itu. Kesibukan di kampus membuatnya sulit pulang ke Desa itu,tempat yang begitu banyak kenangan dan rahasia. Tapi bukan itu saja alasan sebenarnya. Arjuna takut, takut terlalu berharap. Takut bertemu lagi dengan gadis yang membuatnya merasa seperti orang gila setiap kali ia menatap wajahnya lewat kamera,membuatnya ingin membawanya kedalam kehidupannya.

Namun malam itu, sebelum ia sempat terlarut dalam pikirannya, suara lembut mengetuk pintu ruang kerjanya.

“Mas, belum pulang?”

Arjuna menoleh. Senyum hangat muncul di wajahnya begitu melihat perempuan paruh baya yang berdiri di depan pintu.

“Ibu,” sapanya.

Bu Nadira, ibu tirinya, masuk sambil membawa kotak makan. “Ibu masak sup jamur kesukaanmu. Kamu pasti belum makan kan?”

Arjuna terkekeh pelan. “Dari mana ibu tahu?”

“Arjuna itu kalau sibuk selalu lupa waktu.” Ia meletakkan kotak makan itu di meja. “Ibu cuma nggak ingin kamu sakit.”

Arjuna menatap perempuan itu dengan penuh sayang. Banyak orang luar mengira hubungan mereka renggang karena status “ibu tiri”, apalagi Arjuna sudah mengalaminya sejak kecil. Namun nyatanya, Bu Nadira adalah orang terbaik yang pernah masuk dalam hidupnya setelah sang ayah. Perempuan itu mengasuhnya, mengurusnya, mencintainya tanpa perhitungan.

“Sudah malam, Mas,” kata Bu Nadira. “Ayo pulang. Lusa kan kamu ngajar pagi.”

Arjuna mengangguk. Ia bereskan barang-barangnya, memasukkan laptop ke dalam tas. Sebelum mematikan lampu, ia sempat melirik foto Jingga sekali lagi. Ada desir lembut yang sulit ia jelaskan.

Ibu dan anak itu berjalan bersama sambil sesekali tertawa karena obrolan ringan dari keduanya.

Rumah mereka berada di tengah kota,rumah besar yang bahkan lebih besar dari rumah keluarga Jingga. Baru beberapa bulan lalu ayahnya meninggal akibat serangan jantung mendadak. Rumah itu sempat terasa kosong, tapi berkat kekompakan mereka bertiga Arjuna, Bu Nadira, dan adiknya kehangatan pelan-pelan kembali.

“Mas Arjuuunnnaaa!”

Baru saja membuka sepatu, Arjuna langsung diserbu sosok remaja tujuh belas tahun yang melompat seperti anak kecil.

“Apa-apaan sih, Nay?” Ucap Arjuna pura-pura mengelak.

“Aku lulus ujian matematika! Nilai 87!” seru Nayya, adiknya. “Tuh, kan! Aku bilang juga apa, aku bisa!”

Arjuna mengacak rambutnya. “Bagus, Nay. mas bangga.”

Bu Nadira tersenyum melihat keduanya. “Arjuna, mandi dulu. Ibu siapkan makan malam.”

“Siap, Bu.”

Rumah mereka mungkin tidak sempurna, tapi penuh cinta. Air hangat mengalir di kamar mandi, menghalau lelah yang menumpuk seharian. Tapi seperti biasa begitu ia menatap pantulan wajahnya di cermin, bayangan Jingga muncul lagi.

Gadis itu hadir di tengah hidupnya secara tiba-tiba seperti hujan yang turun saat langit terlihat biasa-biasa saja. Ringan, namun membekas.

Dan entah kenapa, ia tidak bisa melupakannya meski sudah berusaha.

"Kenapa kamu terus menghantui fikiranku Jingga " Lirihnya

°°°

Setelah makan malam, Arjuna duduk di ruang keluarga. Di tangannya ia memegang kamera lamanya,kamera yang dulu pernah ia pinjamkan kepada Jingga saat pertama kali memotret. Di meja, ia meletakkan sebuah album berisi foto-foto yang pernah ia ambil di desa tempat Kake Arga tinggal.

Di salah satu halaman ada foto pohon besar di pinggir sungai tempat yang sering dilalui Jingga.

“Apa kamu masih suka motret di sana…?” gumamnya.

Belakangan ini, ia tanpa sengaja menemukan akun media sosial Jingga.Membuatnya jadi tau tentang Jingga disana. Nama pengguna gadis itu berbeda, namun gaya fotonya mirip,terlihat lembut, cahaya yang natural, dan objek sederhana yang terasa hidup. Itu jelas sekali gaya yang dipelajari dari dirinya.

Arjuna tersenyum tipis. Ada rasa bangga yang menghangatkan dadanya.Gadis itu ternyata berbakat bahkan mungkin lebih berbakat darinya ketika memulai dulu.

“Mas lagi lihat foto-foto?” tanya Bu Nadira yang baru keluar dari dapur.

“Iya, Bu,” jawabnya, tak menyembunyikan senyum.

Bu Nadira duduk di sampingnya. “Itu gadis yang kamu ceritakan waktu itu?Yang kamu temui di desa?”

Arjuna tertegun. “Ibu ingat?”

“Tentu. Kamu jarang sekali bercerita tentang perempuan, Arjuna.” Nadira mengedip nakal. “Jadi ibu hafal.”

Ia menghela napas lembut, menutupi sedikit kegugupannya. “Nggak ada apa-apa, Bu. Dia cuma seseorang yang membuatku ingin kembali ke sana.”

“Kalau memang kamu ingin bertemu dia lagi, kenapa nggak kembali?”

“Belum saatnya, Bu,” jawab Arjuna lirih.

Bu Nadira menatapnya lama, lalu mengelus pundaknya. “Kalau hatimu sudah menemukan seseorang yang membuatmu betah diam di tempat,jangan biarkan dia pergi terlalu jauh.”

Arjuna terdiam. Kata-kata itu menusuk lembut ke dalam dirinya.

“Mas…” Bu Nadira tersenyum lembut. “Ayahmu pasti akan senang kalau kamu menemukan kebahagiaanmu sendiri.”

Arjuna mengangguk pelan. Ada luka yang belum sepenuhnya sembuh sejak kepergian sang ayah. Ia merasa masih harus kuat untuk ibu tirinya dan adiknya. Tapi Jingga membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda.Perasaan ingin melindungi, ingin memahami, ingin hadir.

Dan ia mulai bertanya-tanya.

Apa Jingga merasakan hal yang sama?

Malam semakin larut, setelah ibu dan adiknya tidur, Arjuna duduk di depan meja kerja. Lampu meja menyinari foto Jingga yang telah lama ia pajang.

Jari-jarinya menyentuh tepi pigura.

Kerinduan itu hadir lagi, semakin kuat.

“Seharusnya aku nggak jatuh hati padamu,” bisiknya lirih. “Tapi aku nggak bisa berhenti.”

Ia membuka laptop, lalu melihat akun sosial media Jingga. Foto terbaru gadis itu memenuhi layar foto dedaunan basah seusai hujan, potret siluet di tepi kolam, dan satu foto pemandangan desa yang terasa sangat familiar.

“Jadi kamu masih di sana…” gumamnya.

Hatinya berdebar.

Sangat kuat.

Seperti dorongan untuk pulang dan kembali.Bukan sekadar pulang.Tapi kembali kepada seseorang.

Arjuna menggigit bibirnya pelan. Besok ia ada kelas. Lusa ia harus rapat. Minggu depan ada seminar yang wajib dihadiri. Semuanya menumpuk, dan ia tidak tahu kapan bisa pergi ke desa itu lagi.

Namun malam itu untuk pertama kalinya, Arjuna membiarkan dirinya berharap.

Bahwa suatu hari nanti, ia akan bertemu Jingga lagi.Bahwa mereka bisa duduk di tempat yang sama, memotret bersama seperti dulu.Bahwa ia tidak salah jatuh hati pada gadis yang datang dalam hidupnya secara tiba-tiba dan diam-diam membawa pergi setengah hatinya.

Arjuna menutup laptop, mematikan lampu, lalu berbaring.Tapi sebelum tidur, ia memandangi foto Jingga sekali lagi.

“Selamat malam, Jingga…” bisiknya.

Meski jarak memisahkan, hatinya tetap tertambat. "Tunggu aku,sebentar lagi.."

...🍀🍀🍀...

...🍃Langit Senja Setelah Hujan🍃...

1
Danny Muliawati
hingga gmn dg kuliah nya yah
Puji Hastuti
Aq suka ceritanya kk 💪💪💪
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
punya bapak kok bego bgt, gak percaya ma anak sendiri, suatu saat dia akan menyesal...
𝐈𝐬𝐭𝐲
baru baca bab awal udah bikin nyesek ma emosi thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!