JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA
Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.
Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.
Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.
Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta pendapat
Setelah tiga hari tiga malam bersama, Mahesa dan dokter Agung kembali menginjakkan kakinya di bandara Internasional tempat tinggalnya. Ada senyum semringah yang menghiasi sudut bibir Mahesa disaat pria itu merangkul pundak dokter Agung.
"Terima kasih atas bantuannya," Ucapan itu mengiringi tepukan di punggung sahabatnya. Persahabatan keduanya kembali terjalin setelah sekian tahun berpisah.
Dokter Agung tersenyum dan mengangguk, baginya itulah pentingnya sahabat, membantu disaat membutuhkan.
"Mau pulang bareng?" tanya Mahesa saat membuka pintu mobilnya.
Randu ikut membuka kaca mobil bagian depan.
"Jangan, Mas! Nanti kita ketularan playboynya Agung," teriak Randu dari dalam mobil.
Mahesa hanya terkekeh melihat dokter Agung yang nampak jengkel mendengar ucapan Randu.
"Kenapa tidak?" Pria itu tetap membuka pintu mobil bagian depan, tanpa permisi dokter Agung duduk manis di samping Randu dan menyandarkan punggungnya.
Dalam perjalan, ketiganya hanya bercanda tawa mengingat masa masa mereka saat kuliah di luar negeri, dimana saat itulah ketiganya mulai membuka peribadian masing-masing.
"Apa sekarang dia juga malah galak?" tanya dokter Agung menyungutkan kepalanya ke arah Randu yang sibuk dengan setirnya.
"Masih, seperti kamu yang juga masih playboy," jawab Mahesa jelas.
"Kayaknya kita harus sholat taubat, biar bisa dapat istri yang sholehah."
Randu menjentikkan jarinya, kali ini setuju dengan pendapat dokter Agung.
"Kalau mas Mahesa nggak usah, istrinya sudah terlalu Sholehah," cetus Randu menimpali.
Seketika Mahesa membelalakkan matanya, menatap Randu dari pantulan spion.
"Apa? Sholeha?" ulang dokter Agung lalu tertawa terbahak bahak.
"Jika Camelia termasuk wanita yang sholeha, aku akan jungkir balik tanpa mengenakan baju di depan umum," kelakarnya.
Ternyata Agung belum tahu kalau Sabrina adalah istri mas Mahesa.
"Mudah mudahan kalian bisa mendapat istri yang solehah," ujar Mahesa pelan.
Kedua perjaka itu meng aminkan ucapan Mahesa dalam hati.
Setelah Agung turun di depan rumahnya, Randu melanjutkan perjalanannya, selang beberapa menit Randu membangunkan Mahesa yang sempat memejamkan matanya.
"Mas, kita pulang kemana?" tanya Randu tanpa menoleh.
"Ke rumah Sabrina," jawab Mahesa antusias.
"Kenapa mas nggak bilang kalau Sabrina adaIah istri, Mas?"
Mahesa hanya menanggapi dengan senyum simpul. Hanya menunggu waktu yang tepat. Banyak yang harus di pertimbangkan, masih ada yang harus dibicarakan dan masih banyak yang harus dijelaskan sebelum ia menunjukkan jati diri istri pertamanya dan menempatkannya di tempat yang seharusnya.
Baru saja mobil memasuki halaman rumah, Mahesa sudah memamerkan gigi putihnya saat menatap istrinya itu melambaikan tangan dari teras, wanita yang begitu anggun dengan baju gamisnya berwarna peach dan hijab yang sanada itu nampak tersenyum menyambut kedatangannya.
Dengan langkah lebar Mahesa menghampiri istrinya dan merengkuhnya erat, bahkan Mahesa sedikit mengangkat tubuh istrinya hingga saling bertatapan.
"Mas, aku malu," bisik Sabrina. Membenamkan wajahnya di pundak Mahesa, menghindari pandangan Randu dari jauh.
Berkali kali kecupan mendarat di pipi Sabrina dengan lembutnya.
"Apa mama dan papa masih di sini?"
Sabrina mengangguk, "Ibu dan Ayah memang menunggu mas pulang."
Randu mengikuti keduanya masuk ke dalam, seperti biasa pria itu menenteng beberapa oleh-oleh yang dibeli Mahesa.
Suasana ruang keluarga semakin riuh, kedatangan Mahesa melengkapi kekosongan yang beberapa hari ini melanda.
"Mama bahagia, akhirnya kamu bisa menerima Sabrina," Bu Risma mengelus punggung tangan Mahesa.
"Bukan aku yang bisa menerima, tapi aku yang bahagia karena dia masih mau menerimaku setelah apa yang aku lakukan selama ini," bantah Mahesa kembali merangkul pundak sang istri.
Kemesraan keduanya tak perlu diragukan lagi, entah kenapa Mahesa merasa itu adalah awal ia jatuh cinta, bahkan itu sangat berbeda saat ia mengatakan cinta pada Camelia dulu.
Pak Yudi hanya tersenyum, akhirnya apa yang diharapkan selama ini terkabul, bahkan Mahesa sadar tanpa paksaan darinya.
"Apa Camelia juga sudah tahu kalau mas pulang?" tanya Sabrina.
Mahesa menggeleng, ia pun tak ingin membahas Camelia setelah mengetahui fakta yang sebenarnya.
"Kita harus bicara."
Sebagai istri pertama, kini Mahesa merasa kalau Sabrina berhak mengetahui masalah yang membelitnya.
Mahesa meraih tangan Sabrina dan membawanya ke kamar. Keduanya duduk di tepi ranjang menatap ke arah luar jendela yang terbuka lebar.
"Mas mau bicara apa? Apa ini tentang kita?" tanya Sabrina. Mengingat pesan absurd yang terus dikirim Mahesa saat di luar kota.
"Ini tentang Camelia."
"Kenapa dengan dia, apa ada masalah dengan kandungannya?" Sabrina nampak panik dan takut.
Wajah Mahesa nampak suram, matanya sayu dan tak bergairah.
"Dia sudah membohongiku, Camelia pernah berhubungan dengan laki-laki lain sebelum menikah denganku, tapi dia bilang aku yang menodainya disaat malam itu, aku jadi bingung dengan darah yang ada di spray waktu itu," Mahesa putus asa dengan apa yang kini menyelimutinya, hingga ia butuh sandaran untuk bisa melepas semuanya.
Ya Allah, kasihan mas Mahesa, dia menikahi dua wanita yang tidak suci lagi, aku pikir dengan menikahi Camelia, ia akan mendapatkan kebahagiaannya, tapi ternyata aku salah, andaikan aku bisa memutar waktu aku memilih untuk mati daripada membebani suamiku seperti ini.
"Aku tidak tahu masa lalu mas dengan Camelia, tapi aku ikut prihatin karena aku sendiri juga bukan wanita yang sempurna. Maafkan aku atas pernikahan ini," Sabrina merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi.
Meskipun tak menyinggung dirinya, nyata nya, statusnya tetap sama, dijelajahi pria lain sebelum menjadi istri Mahesa.
"Tapi dia sengaja, beda dengan kamu,__
"Tapi intinya kita sama, Mas. Tidak suci lagi," selak Sabrina dengan mata berkaca.
Mahesa meraih tubuh Sabrina dan merengkuhnya.
"Maafkan aku, bukan maksudku untuk mengungkit kejadian itu, aku hanya ingin meminta pendapatmu. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?"
"Mas bicarakan baik-baik dengan Camelia, jangan gunakan kekerasan, apalagi sekarang dia sedang mengandung, pasti pengennya dimanja. Pulanglah, pasti dia merindukanmu."
"Tapi aku merindukanmu, malam ini aku ingin tidur disini," Mahesa mencium kening Sabrina berulang kali, rasanya tak tak ingin berpisah dengan wanita itu walau hanya sekejap.
Aku juga merindukanmu, ucap Sabrina dalam hati.
"Aku punya sesuatu untuk kamu," Mahesa merogoh sebuah kotak kecil dari dalam saku celananya.
"Apa itu?" tanya Sabrina.
Mahesa membuka kotaknya dengan perlahan dan meletakkannya di tangan Sabrina.
"Gelang lagi?" ucap Sabrina malas.
"Kenapa? Katanya kamu suka gelang."
Sabrina mendengus.
"Suka sih iya Mas, tapi kalau setiap ke sini kamu bawa gelang, kapan aku pakainya, kalau semua di pakai, nanti ditertawakan orang, karena saking banyaknya."
"Baiklah, kamu nggak perlu pakai, tapi aku ada satu gelang yang sangat cantik, dan kamu wajib pakai kapanpun dan dimanapun," tegasnya.
"Mana?" tanya Sabrina menengadahkan tangannya.
"Seminggu lagi baru jadi, itupun kalau Rio lembur, kalau tidak, mungkin akan sampai dua minggu lagi."