Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Mencari Nuri
Devan yang melihat kapal itu, dia segera berdiri, dan melambaikan tangan kearah kapal itu, berharap orang yang dikapal itu melihat dirinya dan juga kekasihnya Cindy.
Kapal itu segera menuju kearah Devan dan Cindy, saat melihat Devan melambai-lambaikan tangan padanya.
Cindy tersenyum senang, karena kapal itu kearahnya, begitu juga Devan, keduanya senang dan gembira, setidaknya keduanya sudah tidak takut lagi dengan cuaca yang belum mereka tau akan buruk.
"Mas, dia kearah kita, kita akan aman." Ujar Cindy senang.
"Iya sayang, semoga aja orang dikapal itu mau menolong kita." Jawab Devan juga tersenyum pada Cindy, gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta saat di pulau.
Kapal itu tidak terlalu besar, dan sepertinya itu kapal nelayan yang mencari ikan.
Setiba didepan Devan dan Cindy, kapal itu segera berhenti, mulanya kapal itu tidak berniat menolong, tapi karena melihat ada gadis cantik, pemilik kapal itu segera keluar dan bertanya.
"Hei, sedang apa kalian disini ?" tanya pemilik kapal pada Devan dan Cindy.
Walaupun bertanya pada Devan, pemilik kapal itu, matanya tidak beralih menatap Cindy.
Saat melihat pemilik kapal itu menatapnya tidak seperti biasa, Cindy merasa ada sesuatu dalam benak pemilik kapal itu.
"Pak, tolong kami, kami ingin kembali ke kota, kamu hanyut sudah beberapa hari." Ujar Devan berbohong pada pemilik kapal agar mau menolongnya.
Tanpa banyak bicara lagi, pemilik kapal itu segera menyuruh Devan dan Cindy naik.
Saat Devan mau naik, Cindy mencegah. "Mas," cegah Cindy dengan cara menggeleng agar tidak didengar oleh pemilik kapal itu.
"Ada apa, ayo naik, bukankah ini yang kita tunggu-tunggu, ayo, orang ini akan membawa kita Kesarat.
Dengan ragu-ragu akhirnya Cindy naik juga. Walaupun perasaannya tidak enak, seperti curiga pada pemilik kapal itu, Cindy mencoba menepis firasatnya.
Benar kata Devan, inilah yang diharapkan oleh keduanya, kesempatan sudah berada didepan mata, tidak mungkin Cindy menyia-nyiakan kesempatan ini.
Dibantu oleh Devan, akhirnya Cindy berhasil berada didalam kapal itu.
Setelah Devan dan Cindy berada dikapal, pemilik kapal itu tidak berkata apapun, dia hanya menyeringai, dan setelahnya langsung masuk kedalam ruang kemudi.
***
Dirumah sakit, Nyonya Reisa sudah sadar, namun saat dia membuka mata tidak ada seorangpun didalam ruangannya.
Nyonya Reisa melirik ke seluruh ruangan, dia melihat ruangan berbeda dari kamarnya.
Nyonya Reisa mencoba mengingat, ternyata dia pingsan dijalan setelah bertemu dengan temannya.
"Ternyata aku dirumah sakit." Gumamnya.
Tidak lama kemudian, seorang perawat masuk kedalam ruangan itu untuk mengecek pasien yang ternyata sudah siuman.
"Nyonya sudah bangun ?" sapa perawat itu, kemudian perawat itu memeriksa keadaan Nyonya Reisa.
"Sus, aku sakit apa ?" tanya Nyonya Reisa setelah perawat memeriksa kondisinya.
"Nyonya, tidak sakit, Nyonya hanya kelelahan dan terlalu berpikiran." Jawab perawat.
"Nyonya tidak boleh lelah lagi, dan jaga agar tidak terlalu berpikiran," Lanjut perawat lagi mengingatkan Nyonya Reisa.
"Iya sus, terimakasih, tapi siapa yang membawa ku kesini ?"
Belum sempat perawat itu menjawab, pintu ruangan VIP itu terbuka lagi.
Tuan Bagas yang baru sampai, dia segera masuk kedalam ruangan itu.
"Ma, bagaimana kondisimu, apa yang terjadi ?" tanya Tuan Bagas khawatir dan segera menghampiri dan memeluk Nyonya Reisa.
"Nyonya sudah tidak apa-apa, Nyonya hanya kelelahan, dan pikiran berlebihan, tapi sekarang kondisinya sudah stabil." Sahut perawat menjelaskan kondisi Nyonya Reisa.
"Alhamdulillah, syukur kamu tidak apa-apa. Terimakasih suster." Ujar Tuan Bagas lega karena Nyonya Reisa tidak apa-apa.
"Kalau begitu, saya permisi dulu Tuan, Nyonya." Ucap perawat berbalik badan melangkah kepintu.
Namun belum sempat sampai di pintu, langkah perawat itu terhenti karena suara seseorang.
"Tunggu sus, kamu belum menjawab pertanyaanku tadi." Ujar Nyonya Reisa saat mengingat kalau dia belum mendapatkan jawaban siapa yang membawanya kerumah sakit dari perawat itu.
Tuan Bagas juga mengarahkan pandangannya pada suster, dia juga belum tau jawaban apa yang dinginkan istrinya dari perawat itu.
"Memangnya Mama tanya apa sama suster ?" tanya Taun Bagas pada Nyonya Reisa istrinya.
"Tadi sebelum Papa datang, Mama nanya sama dia, siapa yang membawa Mama kesini, Mama ingin berterimakasih padanya." Jawab Nyonya Reisa.
Perawat yang hampir tiba di pintu, dia membalikkan tubuhnya, dan kembali menghampiri Nyonya Reisa dan tuan Bagas.
"Yang membawa Nyonya kesini seorang perempuan, tapi dia tadi buru-buru ingin pergi." Jawab perawat itu.
Nyonya Reisa mengernyit, kenapa perempuan yang membawanya itu pergi dengan buru-buru.
"Kenapa pergi buru-buru, seharusnya tunggu aku datang." Sahut Tuan Bagas.
"Tidak tau Tuan, dia tidak bilang apa-apa, tapi saya lihat dia seperti ketakutan." Ujar perawat lagi.
Sekarang bukan Nyonya Reisa lagi yang bingung, tapi Tuan Bagas juga ikut bingung, karena kata perawat perempuan yang menolong Nyonya Reisa itu seperti ketakutan.
"Pa, tolong cari dia, Mama ingin meminta terimakasih padanya, kalau tidak ada dia mungkin Mama sudah--" Nyonya Reisa tidak melanjutkan kata-katanya lagi, karena Tuan Bagas sudah mendekapnya.
Tuan Bagas tidak ingin mendengar istrinya itu mengatakan hal yang tidak baik, apa lagi berkata tentang kematian, Tuan Bagas tidak mau itu, dia sangat mencintai Nyonya Reisa.
Nyonya Reisa, bukan wanita kota, atau dari kalangan atas. Nyonya Reisa hanyalah wanita kampung yang sederhana, tapi Tuan Bagas jatuh cinta padanya karena Nyonya Reisa menolongnya.
Bukan hanya itu, Tuan Bagas jatuh cinta pada Nyonya Reisa karena kecantikannya, sopan santun, dan lembut, serta penuh kasih sayang, Nyonya Reisa juga tidak pernah meminta apa-apa dari Tuan Bagas, bisa dibilang Nyonya Reisa bukan cewek matre.
"Iya, Papa akan mencarinya, tapi kemana, Papa juga gak kenal bagaimana wajahnya." Ujar Tuan Bagas.
"Pokoknya Papa cari, minta tolong perawat yang tadi, dia pasti tau wajah orang itu." Nyonya Reisa tetap memaksa, karena dia takut tidak bertemu lagi dengan orang yang menolongnya itu.
"Baik lah, Papa akan segera mencarinya." Tuan Bagas segera keluar dari ruangan rawat istrinya.
Tuan Bagas memerintahkan semua orangnya untuk mencari perempuan yang menolong istrinya, dia juga mengajak perawat yang tadi agar mengenal perempuan itu.
Beberapa menit telah berlalu, berkat keyakinan dan kerja keras orangnya, akhirnya Tuan Bagas menemukan perempuan yang menolong istrinya.
"Maaf Buk, kami diperintahkan untuk membawa Ibuk bertemu dengan Tuan dan Nyonya kami." Ujar orang Tuan Bagas setelah bertemu dengan Nuri saat hendak menaiki bus.
"Tidak, aku tidak mau, siapa kalian, aku juga tidak kenal sama. Tuan atau Nyonya kalian." Berontak Nuri tidak mau dibawa karena takut, dan tidak kenal siapa Tuan yang mereka maksud.
Melihat Nuri ketakutan, perawat yang tadi menjelaskan pada Nuri, agar mau ikut bertemu Tuan Bagas dan Nyonya Reisa.
Bersambung.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..