Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghukummu
Ceklek
Pintu pun terbuka. Heri dan Ziva yang awalnya terlarut dalam perasaan, dengan cepat mereka berdua langsung menjauh dan canggung satu sama lain.
"Eh, ayah?"
Mendengar seseorang menyapanya, Heri langsung menoleh sembari tersenyum kaku dan melirik Ziva sekilas. Setelah tahu jika yang membuka pintu itu adalah Victor, Heri langsung mengubah ekspresi wajahnya.
"Ah, kamu baru pulang?"
"Ya. Em, ayah lagi ngapain di sini?"
Heri terdiam sebelum menjawab, ia malah melirik Ziva lagi yang sedang menunduk.
"Itu.. Ayah membawakan bubur untuk Ziva sekalian mengompresnya. Demam ia sangat tinggi." Ujarnya, sedikit gugup.
Victor terkejut, dengan cepat ia mendekat ke arah Ziva dan memastikan keadaannya.
"Sayang, kamu gak papa? Apa ada bagian yang sakit?" Ujarnya, menangkup wajah Ziva dengan raut wajah cemasnya.
Ziva menggeleng pelan sebelum menjawab. "Ya, aku baik-baik saja, sayang."
Meski Victor selalu bersikap cuek, sebenarnya dia sangat perhatian. Namun, ia menunjukannya tidak di sembarang tempat.
Heri beranjak dari duduknya, ia merasa canggung jika harus berlama-lama di tempat yang seharusnya ia tak ada. Tangannya mulai mengepal, ia merasa gila karena sudah memendam rasa pada menantunya sendiri.
"Ayah keluar dulu. Kamu suapin isterimu makan, jika butuh apa-apa, ayah ada di ruang baca."
Victor menoleh lalu mengangguk. Berbeda dengan Ziva, wanita itu melirik Heri dan menatapnya cukup intens. Heri pun sadar akan tatapan menantunya, namun ia dengan cepat mengalihkan pandangannya dan segera pergi dari sana.
Kini, hanya ada Ziva dan Victor di kamar. Pria itu mengambil mangkok berisi bubur dan menyuapi sang isteri dengan hangat. Entah kenapa, perasaan Ziva sedikit terguncang, ia malah teringat akan wajah mertuanya dan mengabaikan suaminya yang kini ada di depan mata.
"Hei, kenapa malah bengong? Ayo makan, kamu harus minum obat setelah ini." Ujar Victor.
Ziva terkejut dan lamunannya langsung buyar. "Ah, ya, maaf."
Dan setelah itu....
Ziva kembali beristirahat. Tak hanya itu, Victor setia menemani sang isteri dan bahkan memeluknya sampai Ziva tertidur.
Drrrttt..
Drrrttt..
Suara ponsel Victor tiba-tiba bergetar, dengan cepat ia mengambil ponsel dari sakunya dan melihat siapa nama kontak yang meneleponnya.
"Kantor pusat? Ada apa mereka meneleponku jam segini?" Gumamnya, mengerutkan dahi.
Karena pasti telepon penting, Victor mencoba melepaskan pelukannya kemudian ia pun turun dari ranjang. Ziva pun terusik dan akhirnya terbangun, ia pun menatap punggung Victor yang sedang berjalan keluar kamar.
"Dia mau kemana? Sepertinya ada telepon penting? Harusnya kan ia bisa angkat di sini saja."
Karena rasa penasarannya, Ziva pun turun dari ranjang dan mengikuti sang suami. Dengan langkah yang pelan, wanita itu berjalan mengendap-endap sambil memperhatikan sekitar.
"Cih, dia malah membuatku penasaran!!" Gerutunya pelan.
Bisa di bilang sifat Ziva ini sedikit keras kepala. Padahal dirinya sedang sakit, tapi ia malah menuturkan egonya karena rasa penasarannya.
"Shttt..."
Langkah Ziva terhenti, ia merasa sakit di bagian kepalanya dan pandangannya pun sedikit kabur. Bukanya beristirahat, ia malah memaksakan diri berjalan.
Srukkk
"Hap!!"
Seseorang menangkap tubuh Ziva yang hampir terjatuh ke belakang. Ziva terkejut dan langsung menoleh.
"Hei, bukannya kamu sedang sakit, kenapa malah jalan-jalan keluar?!" Sahutnya menatap tajam Ziva.
"Eh, a-ayah?"
Srukkk
Heri sedang berjalan menuju ke arah dapur, ia tak sengaja melihat Ziva yang sedang berjalan pelan dan tak tahu mau kemana. Heri yang tahu sang menantu sedang sakit, ia pun berjalan cepat mengikutinya karena khawatir terjadi apa-apa.
"Kamu mau kemana? Ayo ke kamar, biar ayah antar."
"Tidak perlu, biar aku sendiri saj-- kyaaa!!"
Heri tak menggubris, ia langsung menggendong tubuh Ziva dan membawanya kembali ke kamar. Wanita itu terkejut dan langsung mengalungkan tangannya ke leher Heri.
"Dasar kucing nakal, aku harus menghukumnya." Gumam Heri yang masih sedikit terdengar.
Ziva seketika menoleh dan menatap mertuanya. Dalam hatinya bertanya-tanya. "Kucing nakal? Apa maksud dia adalah aku? Dan kenapa aku harus di hukum segala?"
Ceklek
Pintu kamar terbuka. Heri hanya terdiam dan tidak mengeluarkan satu kata pun. Suasana pun jadi semakin canggung, Ziva beberapa kali menelan ludahnya susah payah dan melirik sang mertua secara diam-diam.
Brukh
"Awww..!"
"Istirahatlah, jangan berani keluar kamar jika keadaanmu masih sakit." Ucap Tegas Heri.
Ziva memanyunkan bibirnya dan menatap kesal Heri. Ia merasa jika dirinya ini sudah baik-baik saja, tapi mertuanya itu malah bersikap berlebihan.
"Ck, aku baik-baik saja." Gerutunya, kesal.
"Ah, baik-baik saja, yaaa? Kalau begitu, kau pasti kuat jika aku melakukan sesuatu padamu." Ucapnya, menyeringai.
Seketika, Ziva melototkan matanya. Apa maksud dari ucapan mertuanya itu? Sesuatu apa yang akan di lakukan olehnya?
"Apa maksud ay--"
Cup
...----------------...
Ini mertua main cup cup aja🏃🏻♀️