Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembeli yang Aneh
Toko bunga serba ada.
Jati memarkirkan mobilnya, lalu keluar menuju toko bunga itu. Setelah tiba Jati memanggil kasir yang tampak sibuk merapikan berbagai tanaman bunga.
"Permisi, dimana pocket bunga? Saya sangat butuh sekali."
Jati menjelaskan kedatangannya mencari pocket bunga, kecil atau besar tak masalah asalkan tidak layu.
"Aduh mas, pocket bunganya sudah habis."
Sahut seorang wanita mungkin berusia dua puluhan keatas itu dengan ramah.
Jati kecewa, tapi dia penasaran kenapa bisa habis pocket bunganya.
"Kalau boleh tahu kenapa bisa habis?"
"Ya, dibeli lah mas, masa dimakan?"
Sahut wanita tersenyum lucu mendengar pertanyaan konyol itu.
"Maksudnya siapa yang membelinya? Apa diborong oleh seseorang?"
"Kok tau mas?"
Wanita itu mengamati pria itu yang bisa menebak dengan benar.
Jati menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Sudah jangan curiga, jadi siapa yang memborongnya?"
"Seorang cowok mas, dia katanya memborong buat melamar ceweknya."
Sahut wanita itu menjelaskan panjang lebar.
Jati menyipit mendengarnya.
"Corok? Cengkeh?"
"Cowok mas, bukan Corok! Cewek mas, bukan Cengkeh."
Wanita pusing berbicara dengan pria aneh itu.
"Apaan cowok dan cewek? Kok saya baru tau mendengarnya?"
Jati tidak mengerti maksudnya apalagi bahasa apaan itu, aneh sekali baginya.
"Cowok itu laki laki, kalau cewek itu perempuan... kalau bahasa kasarnya jantan sama betina tapi versi bahasa jaman now."
Jati menganggukkan kepalanya, dia mulai mengerti.
"Aneh sekali bahasanya?"
"Namanya juga jaman now mas, gak jaman lagi pakai bahasa kuno"
Wanita mengelus dadanya dan pusing lama lama meladeni pria itu.
"Baiklah, ini uangnya saya mau beli pocket bunga Violet sama bunga kertas."
Jati mengeluarkan kartu kreditnya, dia lupa membawa uang cash.
"Aduh mas, kan sudah saya bilang pocket bunganya habis-- tapi kalau boleh saya bisa ambil bagian dari kartu milik masnya."
"Enak aja"
Jati segera merebut paksa kartunya saat hendak memberikannya kepada wanita itu.
"Kalau gak ada saya pulang saja, masa jualan bisa habis? Harusnya di stok dulu biar gak habis."
Marah Jati frustasi gagal mendapatkan pocket bunganya, lalu bergegas melajukan mobilnya.
"Siapa sih tuh orang? Datang datang tanya tanya, pulangnya marah marah?"
Wanita itu menggerutu kesal karena gagal mendapatkan pembeli hari ini.
"Nona Dahlia tidak tahu siapa tuan itu?"
Buru buru seorang pegawai menghampiri pemilik toko bunga itu, dan segera menegurnya untuk ramah kepada pria barusan.
"Mana saya tahu."
"Dia adalah tuan Jati Wiraya, konon dulunya Mafia terkenal Blood Moon dan saat ini menjabat sebagai CEO Klirat Moon."
Pegawai itu kembali berucap hati hati.
"Bekingannya orang sangat mengerikan, dia tuan David Ramburo... jadi nona Dahlia sebaiknya jangan berurusan dengan orang mengerikan itu."
"Gluk!
Nona yang disebut Dahlia itu meneguk ludahnya berulang kali.
"Tu- tuan Jati Wiraya?"
Jelas saja Dahlia tahu betapa mengerikannya tuan Jati. Bahkan 9 keluarga Flower saja harus bersatu untuk memburunya.
Dahlia menyesal karena bersikap sinis kepada pria itu barusan.
"Sebaiknya kita segera persiapkan pocket bunga lainnya agar tuan Jati tidak menghancurkan toko bunga milik nona Dahlia."
Saran pegawai itu yang juga takut hilang pekerjaannya karena toko bunga milik bosnya harus hancur ditangan tuan Jati.
Dahlia menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Cepat, persiapkan bunga bunga terbaik... kita harus membuat banyak pocket bunga berukuran besar agar tuan Jati mengurungkan niatnya menghancurkan toko bunga milikku ini."
"Baik nona"
Dahlia memandangi para pegawainya itu berlarian kalang kabut. Mereka jelas tak mau berurusan dengan tuan Jati.
Dahlia menyesal karena sikapnya barusan harus berakhir gelisah seperti ini.
"Semoga saja tuan Jati melupakan sikapku barusan"
Dahlia juga ikut serta dalam misi mereka saat ini yaitu membuat pocket bunga mewah. Dahlia takut jika dia berdiam diri saja maka hidupnya tidak tenang... mengingat menyinggung sosok mengerikan.