NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:586.2k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 04 - Panik Setengah Hidup ~

"Duh, ntar kalau Kak Bagas balik aku harus gimana? Malu banget tolong!!"

Meski sudah membenarkan pakaian layaknya wanita normal, Aliya tetap ketar-ketir dan bingung harus bersikap bagaimana di hadapan Bagaskara.

Sungguh dia tidak sengaja, sedikitpun tidak ada niat untuk cari perhatian demi bisa menarik atensi Bagas atau semacamnya, tidak sama sekali.

Yang tadi terjadi murni karena ketidaksengajaan, Aliya tidak fokus, pikirannya kemana-mana dan lantaran Bagaskara terus menerus sibuk dengan ponsel di tangannya.

Padahal niat untuk membuat Bagaskara cinta padanya sudah begitu bulat, tapi hari ini justru diawali dengan kejadian memalukan yang bisa saja membuat Bagaskara ilfeel padanya.

"Lagian kenapa sih pakai acara salah urutan segala, pasti Kak Bagas mikir yang nggak-nggak tentangku nantinya." Aliya menunduk, yakin sekali bahwa Bagas menganggapnya sebagai makhluk aneh atau mungkin rada-rada.

Menyadari hal itu, Aliya sampai menepuk kepalanya beberapa kali sebagai cara menghukum dirinya sendiri.

Hingga matahari benar-benar menghilang, dunia menggelap dan Bagaskara belum kembali juga.

Entah kemana pria itu, mungkin makan malam di luar atau melakukan hal yang sekiranya bisa lupa tentang kejadian tadi.

Aliya tidak begitu memusingkan, dia juga tidak berpikir bahwa Bagaskara sengaja menjauhinya, hanya saja wanita itu justru berpikir bahwa Bagaskara trauma.

"Biarin aja lah, anggap saja culture shock." Begitu ucap Aliya yang kemudian beranjak dari atas tempat tidur.

Di tengah rasa lapar yang mulai mengusik kegelisahannya, pikiran Aliya tidak buntu dan dia memutuskan untuk menelpon room service demi memesan makan malam.

Perutnya lapar, dan tentang Bagaskara yang belum juga kembali biar saja.

Maklum, sebagaimana yang Aliya ketahui Bagaskara memang dikelilingi oleh wanita anggun, tidak heran andai pria itu sampai butuh waktu sendiri demi menambah energi karena berhadapan dengannya.

Selang beberapa waktu, Ketukan lembut terdengar di pintu. Aliya yang sedari tadi mondar-mandir sambil menahan perut lapar langsung menoleh.

"Room service." Suara seorang pelayan terdengar dari luar.

Aliya buru-buru melangkah dan membuka pintu. Seorang pria berseragam rapi berdiri dengan dorongan troli yang penuh dengan hidangan tertutup tudung perak.

"Pesanan Anda, Nona. Untuk dua orang, ya?" tanya pelayan itu sambil tersenyum sopan.

Aliya hanya bisa mengangguk kikuk. "I-iya … taruh saja di meja."

Pelayan itu mendorong troli masuk, lalu dengan cekatan menata piring-piring ke atas meja bundar dekat jendela.

Begitu pintu tertutup dan pria itu berlalu, Aliya menelan ludah sambil menatap hidangan yang menggoda di hadapannya. Dia sempat melirik pintu, berharap Bagaskara muncul tiba-tiba. Tapi setelah menunggu sebentar, tetap saja hening.

"Duh, Kak Bagas kemana sih ... masa aku harus nunggu terus? Perutku udah nggak bisa kompromi lagi.”

Dia bingung, tapi pada akhirnya, dengan perasaan sedikit bersalah, Aliya memutuskan untuk makan lebih dulu.

.

.

Hingga malam malamnya usai, Bagaskara tak juga muncul hingga Aliya mulai resah.

Tangannya sempat meraih ponsel di atas nakas, niat awal ingin menghubungi Bagaskara, sekadar menanyakan keberadaan pria itu.

Namun, begitu layar menyala dan nama Bagaskara muncul di daftar kontak, jemari Aliya justru berhenti.

Rasa malu mengekang, seakan-akan menertawakan dirinya sendiri. "Kalau aku telepon, apa dia nggak makin ilfeel? Apa dia nggak bakal merasa aku cerewet, mengganggu?"

Dan ya, niat itu diurungkan. Aliya hanya memeluk lutut di atas ranjang, menunggu dengan sabar sambil menatap kosong ke arah pintu yang tak kunjung terbuka.

Waktu berputar semakin lambat, hingga rasa kantuk mulai menghampirinya. Kelopak mata Aliya terasa berat, tubuhnya lelah, dan pikirannya melayang entah kemana.

Namun, tepat saat dia hampir terlelap, suara dering ponsel memecah keheningan. Aliya tersentak, jantungnya berdegup lebih cepat.

Dalam benaknya, hanya ada satu nama, Bagaskara. Dengan sigap, ia meraih ponsel dari atas nakas dan menekan layar.

Namun, alih-alih nama yang dinantikannya, justru "Rajendra" yang terpampang jelas di sana.

"Kak Jendra?" gumamnya pelan, alisnya berkerut. "Kenapa dia tiba-tiba menghubungiku?"

Rasa penasaran bercampur cemas membuatnya segera menggeser tombol hijau. Begitu suara Rajendra terdengar, Aliya langsung terperanjat kaget.

"A-apa? Rumah sakit?" Suaranya tercekat, tubuhnya membeku di tempat.

"Iya, cepat ke sini ... lumayan parah soalnya," sahut Rajendra dengan nada tergesa-gesa.

Aliya tak sempat berpikir panjang. "Iya, aku ke sana sekarang!!"

Tanpa peduli wajahnya yang kusut, rambut yang acak-acakan, ataupun piyama yang masih melekat di tubuh, Aliya langsung berlari keluar dari kamar hotel. Pikirannya kalut, hatinya dicekam rasa takut yang tak karuan.

Kabar bahwa Bagaskara kini dirawat di rumah sakit membuatnya sulit bernapas. Entah apa yang terjadi, kecelakaan seperti apa yang dialami, Aliya tidak tahu.

Yang dia tahu hanya satu, dia harus tiba di hadapan Bagaskara, secepat mungkin sampai tak segan mendesak sopir taksi yang dia tumpangi.

Melihat wajah Aliya pucat pasi, pria itu hanya mengangguk dan menekan pedal gas lebih dalam. Jalanan malam terasa panjang, lampu-lampu kota berkelebat melewati kaca jendela, sementara Aliya terus mendesak sopir. "Tolong lebih cepat, Pak! Suami saya dalam keadaan darurat."

Detik terasa seperti menit, menit terasa seperti jam. Lima belas menit yang sebenarnya singkat, justru terasa begitu lama.

Sampai akhirnya, taksi berhenti di depan gedung rumah sakit. Aliya buru-buru membayar tanpa menunggu kembalian, lalu berlari masuk.

Langkahnya terengah, matanya mencari-cari. Begitu seorang perawat menunjukkan arah ruang rawat, Aliya langsung melesat ke sana. Hatinya menjerit, tubuhnya gemetar. Matanya bahkan sudah dipenuhi air bening yang siap jatuh kapan saja.

Ketika pintu ruang rawat itu akhirnya terdorong terbuka, pandangan pertama yang menyambutnya adalah tatapan terkejut dari orang-orang di dalam.

Dion tampak tercengang, Shenina pun demikian, bibirnya terkatup rapat seolah tak percaya. Sementara Rajendra justru menunduk, menghindari tatapan mata Aliya.

Akan tetapi, Aliya sama sekali tidak peduli pada mereka. Pandangan matanya hanya terarah pada sosok di atas ranjang: Bagaskara.

Pria itu terbaring lemah, tubuhnya dipenuhi perban, beberapa luka lebam tampak jelas di kening, tangan, dan kakinya.

Wajahnya terlihat lelah, namun matanya masih terbuka, tapi sembari memijat pangkal hidungnya.

Hati Aliya serasa diremas. Tanpa berpikir, ia melangkah maju mendekat. Adik-adik Bagaskara yang semula berada di dalam ruangan, satu per satu mundur.

Kini, hanya ada mereka berdua. Sunyi, kecuali suara detak jarum jam di dinding dan bunyi pelan alat medis di samping ranjang.

Aliya menelan ludah, lalu bersuara dengan hati-hati. "Kakak kenapa? Kok bisa luka-luka gini … kecelakaan, ya?" Suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

Bagaskara tidak langsung menjawab. Masih dengan gerakan lambat, pria itu memijat pangkal hidungnya, seolah enggan bicara. Aliya menunggu dengan sabar, jantungnya terus berdegup kencang.

Beberapa detik kemudian, Bagaskara akhirnya mengulurkan tangannya. Gerakan itu membuat dada Aliya berdesir hebat.

Matanya melebar, pikirannya langsung melayang-layang. "Apa dia mau menggenggam tanganku? Atau … menyentuh wajahku?"

Begitu pikir Aliya dan ternyata semua bayangan itu runtuh seketika. Tangan Bagaskara justru berhenti di bagian dada Aliya, tepat di kancing piyama yang dikenakannya.

Sontak Aliya tersentak. Menyadari betapa piyamanya nyaris terbuka, memperlihatkan belahan dada, wajahnya langsung panas.

"Sekencang itu kah larinya sampai kancing bajumu nyaris terbuka semua, Aliya?"

.

.

- To Be Continued -

1
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
emang ya umur segitu lagi lucu ²nya..kadang eling kadang kumat🤧🤧
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Jangan ngeledek entar disenggol ngembun kacanya 🙊...
Elu kagak tauuu sihh ada yang gagal lolos pildun 😔...
Ehhh apa hubungannya yaa sama pintu restoran dengan pildun /Sob/..
enur 🍀⚘
kak thor , gimana kalo ada cowok yang menyukai Aliya , biar Bagas sadar bahwa Aliya milik ny ,pen tau gimana cemburu ny Bagas jika ada yang menyukai Aliya 🤭✌
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
tanggung jawab kak Des aku sesegukan ini..😭😭😭😭😭😭😭
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
Heran sama kaum Adam buat mengucapkan kata maaf.tapi susah nya kaya udah minta maaf langsung di sembelih 😤😤
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
sesakit itu Bagas..disaat cinta kita yg tulus dianggap tak berharga 😭😭😭
hyunity
🤣🤣🤣🤣
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
semelow ini kah aku sekarang baca Aliya ngomong gini aja ku 😭😭😭
hyunity
❤️❤️❤️❤️
hyunity
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sari Sindanglaya
Bagaskara gengsi mu segede gunung pdhal itu membuat aliya sakit hati... pdhal dlm hatimu mengakui kalo mulai menyayangi atw malahan lebih... jdi turunkan ego mu gk akan mengurangi harga dirimu sbg suami wkwkwk🤣🤣
Dian Isnawati
lanjut
hyunity
🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
merasa km gas kalau selama ini bicara mu irit🤪
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
semua lelaki rata² gini ya..KURANG PEKA 🤧🤧
Nurul Aisyah
emang kalo aku jadi Aliya akupun bakalan sakit kayak gitu..cinta sendirian kasian Aliya🥺🥺
Kartu Biru
💪💪 tetep semangat
Maya Hendra Ha'is
karya tulis author Desy Puspita selalu aku suka sedari awal aku membaca dan mengenal novel²nya..love you secakrawala Thor ❣️💙
Maya Hendra Ha'is
dokter kan hanya profesi tapi Aliya kan seorang wanita yang punya hati dan perasaan dimana dirinya diposisi seorang istri yang bisa juga merasakan sakit,sedih karena cintanya pada Bagaskara 🥰
Herlina Yus warkop
jaeabban yg sa gat cerdas good Aliya🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!