NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Dendam Kesumat
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tengkorak Hidup

Setelah insiden kelinci yang mengejutkan, Getot menghabiskan sisa hari itu untuk merenung. Ia merasa campur aduk antara kagum dan ngeri terhadap potensi jurus Banyu Hitam. Memberi jeda, Udhet kembali memberi Getot istirahat sehari.

Keesokan harinya, Getot kembali ke Dinding Berukir, hatinya berdebar tak karuan. Ia telah melihat betapa mematikannya ilmu yang ia pelajari. Kali ini, tatapannya jatuh pada barisan ukiran yang jauh lebih gelap dan... mengerikan.

"Ilmu Hitam," bisik Getot, membaca nama jurus selanjutnya. Matanya melebar saat ia membaca lebih jauh. Jurus ini mengajarkan mantra tentang pemanggilan makhluk tak kasat mata. Getot sontak bergidik. "Memanggil makhluk? Maksudmu... hantu? Atau sejenisnya?"

Ia menoleh ke arah Udhet yang sudah menunggunya dengan pandangan serius. "Udhet, apa-apaan ini? Aku tidak mau belajar ilmu yang begini! Ini ilmu yang... bikin merinding!" Getot mundur selangkah, ekspresi wajahnya jelas menunjukkan penolakan.

"Grokk grokk grokk!" Udhet menggeram panjang, suaranya terdengar tegas dan mengancam. Ia sedikit mengangkat tubuhnya, memperlihatkan taringnya yang besar.

Getot menelan ludah. "Tunggu, tunggu, Udhet! Kamu tidak mungkin... kamu tidak akan memakan aku, kan?" tanyanya panik.

"Grokk grokk!" Udhet menggeram lagi, kali ini disusul dengan gigitan main-main di udara dekat kaki Getot, sebuah ancaman yang cukup meyakinkan.

Getot menghela napas pasrah. "Baiklah, baiklah! Aku akan belajar! Tapi kalau aku mimpi buruk, kamu yang harus tanggung jawab!" Ia tahu tidak ada pilihan lain. Ancaman Udhet, meski hanya main-main, cukup ampuh untuk membuatnya menurut.

Dengan perasaan tak rela dan sedikit ngeri, Getot mulai menghafal mantra yang tertera di dinding. Kata-katanya terasa aneh, penuh energi gelap yang asing baginya. Setelah beberapa kali mengulang, ia duduk bersila, memusatkan pikirannya seperti yang ia pelajari dari ukiran itu. Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, dan mulai merapal mantra itu dengan suara lirih.

"Munculah... wahai makhluk kegelapan... tunjukkan wujudmu..."

Hening. Tidak terjadi apa-apa. Getot membuka matanya sedikit, lalu mendesah kecewa. "Tidak ada apa-apa, Udhet. Lihat? Aku bilang juga apa, ini aneh!"

Tiba-tiba, dari kegelapan di sudut gua, muncul sesosok makhluk kecil yang bergerak lincah. Tingginya hanya sejengkal, tubuhnya kurus, dengan kepala botak dan mata bulat besar. Itu adalah tuyul! Makhluk kecil itu menyeringai, lalu dengan cepat mulai mengitari Getot, berputar-putar dengan tawa cekikikan yang mengganggu.

Getot ternganga. "Tuyul? Hanya tuyul?" Ia menggaruk kepalanya. Ini jauh dari kata menyeramkan, lebih ke arah... menggelikan.

Namun, Udhet justru terlihat marah. "GROKK GROKK GROKKK!" geramnya, suaranya menggelegar di seluruh gua. Ia menatap Getot dengan tidak puas. "Grokk! Grokk grokk!"

Getot meringis. "Apa? Kamu marah karena yang muncul cuma tuyul? Kamu mau aku memunculkan makhluk yang lebih seram? Tapi aku sudah serius, Udhet!" Ia mengeluh. "Ini sudah mengerikan bagiku!"

Udhet tidak peduli. Dengan gerakan cepat yang tak terduga, ia menyambar tuyul yang masih cekikikan itu dengan lidahnya yang panjang, lalu menelannya bulat-bulat.

"Hah?! Udhet! Kamu... kamu memakan tuyulnya?" Getot terlonjak kaget. "Astaga, Udhet! Itu makhluk hidup!"

"Grokk grokk!" Udhet memberi isyarat agar Getot mencoba lagi, kali ini dengan ekspresi yang jauh lebih menuntut.

Getot tahu ia tidak bisa main-main lagi. Udhet benar-benar serius. Ia menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata, dan mengosongkan pikirannya dari rasa takut atau jijik. Ia fokus sepenuhnya pada mantra, mencoba merasakan setiap energi yang ia panggil. Kali ini, ia merapal mantra dengan lebih khusyuk, lebih dalam, dengan tekad yang membara di balik rasa enggan.

Getot mulai merapal mantra lagi, suaranya kini terdengar lebih kuat, bergema di dalam gua yang sunyi. Udhet mengawasi dengan seksama, mengamati setiap gerakan Getot.

Tiba-tiba, hawa di dalam gua berubah menjadi dingin menusuk tulang. Udara terasa lebih berat, dan dari kegelapan di sekeliling Getot, muncul sebuah pemandangan yang membuat Udhet terperanjat bukan main.

Bukan satu, bukan dua, tapi ratusan tengkorak hidup mulai bermunculan dari lantai gua, dari celah-celah dinding, bahkan dari udara kosong. Mereka tidak memiliki daging, hanya tulang belulang, namun bergerak dengan lincah. Setiap tengkorak memiliki taring yang menonjol dan kuku yang tajam di ujung jari-jari tulangnya. Mata mereka kosong, namun bersinar dengan cahaya kehijauan yang menyeramkan, memancarkan aura kematian. Suara gemeretak tulang memenuhi gua, dan udara dipenuhi bau amis yang menusuk hidung.

Udhet, untuk pertama kalinya sejak Getot berlatih, mundur beberapa langkah. Pupil matanya melebar, menunjukkan keterkejutan dan sedikit... ketakutan. Ia tidak menyangka Getot bisa memanggil makhluk sebegitu banyaknya, dan sebegitu menakutkan. Ini jauh melampaui kemampuan pemanggilan Ki Amuraka sekalipun. Kekuatan tersembunyi Getot benar-benar tak terbatas, dan kali ini, bahkan Udhet pun merasa merinding.

Udhet dan Getot membeku di tempat, kepanikan melanda mereka. Ratusan tengkorak hidup dengan mata hijau menyala dan taring tajam memenuhi setiap celah gua, gemeretak tulang mereka menciptakan simfoni mengerikan. Getot menelan ludah, wajahnya pucat pasi. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana cara mengendalikan atau bahkan mengusir makhluk-makhluk mengerikan ini. Udhet pun terlihat sama terkejutnya, geramannya tertahan di tenggorokan.

Namun, hal yang aneh kembali terjadi. Secara bersamaan, ratusan tengkorak hidup itu mulai bergerak. Perlahan tapi pasti, mereka berlutut di hadapan Getot, kepala-kepala tulang mereka menunduk hormat. Suara serak, seperti desisan angin yang melewati celah-celah tulang, bergema serempak di seluruh gua.

"Kami adalah tentaramu, dan kamu adalah pemimpin kami," ucap mereka, suara ratusan tengkorak menyatu menjadi satu kalimat yang menyeramkan namun tunduk. "Berikan kami perintah, dan kami akan mematuhinya."

Getot, yang tadinya pucat pasi karena ketakutan, langsung merasa bangga. Rasa takutnya lenyap seketika, digantikan oleh gelombang kekuatan dan keheranan. Ia tak percaya ratusan tengkorak yang memenuhi gua itu, makhluk-makhluk mengerikan yang baru saja ia panggil, kini tunduk kepadanya. Ia adalah pemimpin mereka!

"Ini... ini sungguhan?" Getot bergumam, lebih kepada dirinya sendiri. "Mereka tunduk padaku?" Ia menoleh ke arah Udhet, yang masih terlihat terpaku.

"Grokk... grokk," Udhet menggeram pelan, seolah tidak bisa berkata-kata, hanya mengangguk kecil membenarkan.

Getot tersenyum tipis. Potensi ilmu hitam ini ternyata jauh melebihi dugaannya. Ia tidak hanya bisa memanggil, tetapi juga mengendalikan. Ini adalah kekuatan yang sangat besar, kekuatan yang ia perlukan untuk balas dendam. Namun, saat ini, ia tidak tahu harus berbuat apa dengan ratusan tengkorak ini. Gua ini terlalu sempit, dan kehadirannya terasa terlalu menyesakkan.

"Baiklah," kata Getot, meninggikan suaranya agar terdengar oleh semua tengkorak. Ia merasa sedikit canggung memberikan perintah kepada pasukan tulang itu, tapi ia tahu ini adalah kesempatan untuk menguji kekuatannya. "Aku... aku merasa sangat berterima kasih atas kesetiaan kalian."

Ia berpikir sejenak. Meskipun ia membutuhkan kekuatan mereka, saat ini ia tidak memiliki misi atau tujuan yang jelas untuk mereka. Lagipula, ia masih harus berlatih jurus-jurus lain.

"Untuk saat ini," lanjut Getot, "kalian telah menunjukkan kesetiaan. Aku bangga memiliki kalian. Tapi, gua ini tidak cukup besar untuk kita semua. Aku perintahkan kalian untuk... kembali ke alam kalian masing-masing."

Ratusan tengkorak itu tidak protes. Mereka hanya mengangguk serempak, suara gemeretak tulang kembali terdengar.

"Kami patuh, Tuanku," ucap mereka.

Seketika, satu per satu, tengkorak-tengkorak itu mulai memudar, kembali menjadi hawa dingin dan menghilang ke dalam kegelapan dari mana mereka muncul. Dalam hitungan detik, gua kembali sepi, hanya menyisakan Getot dan Udhet yang terpaku. Bau amis yang tadi menusuk hidung pun berangsur-angsur menghilang.

Getot menarik napas lega, rasa lelah dan emosi bercampur aduk. Ia telah melangkah ke dunia yang lebih gelap, namun ia juga menemukan kekuatan yang tak terbayangkan.

1
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
nah udh kembali si getot, jgn jd nakal lagi getot dgn nyawa barumu..
Zirah Naga: nakal dikit boleh lah 😁
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
jd apakah getot yg baru nantinya? 🧐🤔 lanjutkan Thor..
Zirah Naga: alhamdulillah. mudah2an kk juga sehat selalu👍
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️: sama² Thor sehat Thor? 🤗🙏
total 3 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
waahh si getot.. mau enaknya aja.. semangat author dgn karya barunya..
anggita
like, iklan.... 👍👆 utk novel laga lokal.
Zirah Naga: makasih kak anggit udah mampir lagi di karya baruku.
total 1 replies
Hakunamatata♠️
Getot Suguru kah?
Zirah Naga: bukan bro. jujutsu kaisen itu mah 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!