.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
"Ayah sayang padamu, ayah cinta padamu Nak.” Lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis.
Dadaku berdegup sangat kencang dalam situasi seperti ini, apalagi ayah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah ku yang gugup.
Perlahan ayah memiringkan kepalanya, mendekatkan bibir kami, dan hingga akhirnya bibirnya menyentuh bibirku. Perasaanku tidak menentu, kenapa ini datang nya dari lelaki yang bukan semestinya aku sayangi.
Sekarang posisi kami menempel tanpa jarak, tanpa sadar tanganku memeluk ayah mertuaku. Mengapa kenikmatan ini aku alami bersama ayah mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku.
Ciumannya begitu lembut dan membuai, beliau sangat meresapi setiap sentuhan bibirnya di bibirku. Ayah mengerti sekali cara memperlakukan seorang wanita.
Lambat laun ciumannya berubah menjadi liar dan panas, seolah-olah ayah meluapkan hasrat yang selama ini terpendam.
Aku hanya bisa memejamkan mata, Menikmati setiap gerakan bibirnya yang tengah menghisap bibirku dengan buas. Lidahnya, yang nampak mencari celah, mencoba mecari lidahku yang sembunyi di dalam bibir.
Entah kenapa aku menuruti ambisinya. Aku membuka mulutku perlahan-lahan dan menjulurkan lidahku untuk beradu, lalu terpejam dibuai belaian lidahnya. Sesekali bibirnya menjepit bibir bawahku kemudian atas, dan lalu menjalar ke bagian leherku.
"Yah......" Aku memanggil ayah dengan suara lirih.
Nafas ku terengah-engah, begitu juga dengan ayah. Aku bisa mendengar desahannya dengan kedua telingaku. Pertautan lidah dan bibir kami, cukup membuat kami berdua kehabisan nafas.
Kali ini aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa mengelak. Aku membiarkan apapun yang ingin dia lakukan padaku sekarang. Punggung, rambut, bahkan sampai dadaku beliau raba dengan kedua tangannya. Kali ini ayah menjelma menjadi lebih liar dari sebelumnya. Aku lemah dan tidak bisa melawan.
Aku mencoba mengelak ketika tangannya mulai bergerak membuka dasterku, tapi elakan tanganku tidak sanggup menahan kekuatan tangannya, aku merasakan sekarang dia agak memaksaku.
"Jangan, Yah." Aku bisikkan itu di telinganya, berharap ayah lebih mendengarkan ku daripada keinginannya.
Tetapi sepertinya bisikan ku tertutup dengan nafsunya, terlihat dari ciumannya yang semakin liar di leher dan telingaku, bajuku sudah terbuka, ciumannya mulai turun mengarah ke dadaku.
Kemudian ayah membuka bajunya dan selanjutnya menarik lenganku, membuat tubuhku terlentang di ranjang. Selanjutnya aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh tubuhku, aku ingin menolak, tapi entah kenapa tubuhku tidak bisa bergerak.
Untuk sesaat, nafasku tertahan akibat ulah ayah mertuaku. Bibirnya tidak berhenti mengecupi bibir, leher dan seluruh tubuhku. Aku tidak berdaya berada di bawahnya.
Tubuh ku menegang menerima sentuhannya, dengan tempo perlahan dan semakin lama semakin cepat.
Kemudian ayah menggeram seiring pelepasan yang di dapatnya dan berguling di sampingku. Aku mendengar deru nafasnya yang putus-putus dan sebuah kecupan mendarat di keningku.
"Maafkan Ayah," ucapnya dengan suara serak.
Aku hanya diam dan tidak merespon, tanpa terasa air mataku menetes jatuh ke pipiku. Ayah mertuaku terkejut melihatnya, beliau tampak begitu khawatir melihatku menangis.
"Kenapa nangis?" bisik ayah mertuaku sembari memegang pipiku dengan lembut.
"Maafkan ayah Nak." Lanjutnya seraya memeluk dan mengelus rambut ku dengan penuh kasih sayang.
"Sudah jangan di bahas lagi Yah, Tuti mohon keluar dari kamar Tuti," ucapku dengan terisak.
"Iya sayang," kata ayah mertuaku, seraya mencium Kening dan pipiku.
Lalu ayah pergi meninggalkan kamarku.
Aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikan ayah mertuaku dan akhirnya aku tertidur melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di malam ini di kemudian hari.