"Aku akan membayarmu" Ucap Vaya sahabatnya.
"Kamu bercanda Va" Tanya Maura memastikan.
Sebuah tawaran yang cukup gila, membuat Maura harus menjalani hari - harinya bersama Gilang. Seorang pria tampan yang mempunyai segudang pengagum.
"Kamu cukup menjadi asistennya, dan buat dia jatuh cinta"
"What.!!" Teriak Maura.
Apakah Maura setuju dengan tawaran yang diajukan oleh Vaya?
Apakah Maura sanggup menjalani hari - harinya bersama Gilang?
Lalu hubungan seperti apa yang akan terbentuk antara Maura dengan Gilang?
Yuk mampir, ikuti kisahnya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar..
Entah kenapa aku harus menghindarimu, padahal jelas kamu yang salah.
Menciumku saatku tertidur..
-Maura-
🌿🌿🌿
Klek..
Pintu terbuka.. Maura masuk ke dalam apartemen Gilang malam itu. Melangkah dan masih terniang dengan ucapan Laras tadi padanya.
Itu sudah menjadi rahasia umum, kalau Gilang memang masih menyukai Laras. Tapi kenapa Laras harus mengatakan itu semua tadi.. Memperingatkan Maurakah.. lalu hubungannya dengan Bian, apakah tidak ada artinya.
"Huftt..."
Sesampainya di dalam, Maura langsung membasuh wajahnya, ia tatap wajahnya sendiri untuk beberapa saat. Merasa lebih tenang iapun melanjutkan langkahnya menuju kamar Gilang.
Langkahnya terhenti, saat pandangannya beralih ke sebuah dasi merah marun yang menjadi saksi kebersamaan dirinya dengan Gilang tadi. Maura meraihnya dan membawanya masuk ke dalam.
Hangat di sini, tidak seperti di luar sana. Berbaring lalu menarik selimut dan menatap langit-langit kamar. Wajah Gilang kembali hadir dalam fikirannya. Air matanya kembali menetes.
klek..
Terdengar suara pintu terbuka. Maura terdiam, mungkinkah Gilang kembali. Secepat itu? Rasanya tidak mungkin. Maura berfikir Gilang pasti sedang mengantar Laras pulang. Namun mustahil dia bisa kembali secepat ini, kalau Gilang memang telah mengantarnya.
"Ra.." Terdengar suara Gilang tengah memanggil nama Maura.
Maura diam, apa yang harus dilakukannya sekarang. Gilang memang benar kembali. Rasanya Maura tak mau menunjukkan wajahnya saat ini. Mencuci wajahnya, rasanya tidak akan sempat. Maura hanya bisa mengusap sisa air matanya yang tadi tak sengaja terjatuh tepat di pipinya. Gilang terus memanggil-manggil namanya dan suaranya makin terdengar jelas sekarang.
Membelakangkan tubuhnya dari pintu kamar saat itu. Memejamkan mata, berpura-pura untuk tidur.
"Kamu sudah tidur Ra?" Tanya Gilang dan sekarang Gilang sudah berada tepat di belakang Maura.
Maura diam, namun jantungnya berdetak kencang. Tiba-tiba tangan Gilang mengusap kepala Maura, merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Maura.
"Selamat malam Ra, mimpi yang indah." Ucapnya dan sebuah kecupan mendarat tepat di kening Maura.
Deg.. Maura ingin membuka matanya. Ia ingin berteriak. Tapi kenapa semua itu tak dapat ia wujudkan. Maura terlalu malu untuk melakukannya. Bagaimana bisa Gilang menciumnya disaat dirinya tertidur. Bukan..bukan.. maksudnya pura-pura tertidur.
"Duh.. kacau, wajahku pasti memerah saat ini, lalu detak jantungku terdengarkah olehnya?" Ucapa Maura dalam hati.
Beberapa detik kemudian, Gilang bangkit dari duduknya, ia menutup pintu perlahan lalu menuju sofa dan berbaring di sana.
"Apa yang terjadi barusan?" Tanya Maura sendiri dengan mata yang membulat.
"Gilang menciumku?" Bisiknya lagi sambil mengusap keningnya sendiri.
"Bukannya dia menyukai Laras, lalu kenapa dia menciumku?" Tanya Maura terus.
Maura tarik selimutnya hampir menutupi seluruh tubuhnya. Beberapa kali ia usap keningnya sendiri dan mengingat kejadian saat Gilang menciumnya tadi.
.
.
.
.
Gilang sendiri, membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke atas.
Malam tadi, Gilang hanya menemani Laras hingga mendapatkan taxi. Ia kembali dengan cepat.
"Kamu bisa kembali sendiri?" Tanya Gilang saat itu pada Laras.
Laras tersenyum dan Gilang setia menemaninya hingga sebuah taxi mengantarnya pergi.
Setelah memastikan Laras pergi, Gilang melangkah lebih cepat. Ya.. Ia masih mengkhawatirkan Maura. Sekembalinya Maura sudah tertidur.
"Kamu cepat sekali tertidur." Ucap Gilang sendiri.
"Setidaknya kamu baik-baik saja, aku bisa melihatmu lagi besok." Ucap Gilang lagi dan mencoba memejamkan matanya perlahan.
.
.
.
.
Maura bangun lebih awal, ia bergegas berangkat kuliah terlebih dahulu. Ia sengaja tak membangunkan Gilang. Rasanya Maura belum siap untuk bertarap muka dengannya.
Maura menuliskan pesan pada Gilang di selembar kertas dan yang ia letakkan di atas meja, tak jauh dari posisi Gilang tertidur.
Aku sudah membelikan sarapan untukmu, makanlah..
Maaf aku berangkat terlebih dahulu, ada yang harus ku kerjakan di kampus pagi ini.
Maura berbohong.. tapi Maura tak tau lagi harus memberikan alasan apa. Iapun pergi secepat yang ia bisa.
.
.
.
.
Gilang terbangun, mungkin hanya berjeda sepuluh menit setelah Maura meninggalkannya.
Gilang tatap jam dinding saat itu. Lalu melangkah menuju kamarnya. Membuka perlahan, khawatir Maura terbangung karenanya. Namun yang terjadi Gilang terkejut. Ia mengusap ke dua matanya berkali-kali memastikan apa yang dilihatnya adalah benar.
Kamarnya terlihat rapi, selimutpun sudah terlipat dengan baik. Tirai jendela sudah terbuka. Lampu kamar sudah padam. Maura tak ada di dalam kamarnya. Hanya jaketnya yang tersisa di atas kasur saat itu.
"Hah.. kemana Maura?" Tanyanya sendiri.
Gilang memanggil-manggil Maura berulang kali, namun tak ada jawaban. Memasuki setiap ruang, namun tak menemukannya juga. Ia duduk sekarang menyandarkan tubuhnya di sofa, menyentuh keningnya dan berfikir.
Beberapa menit kemudian, dia meraih handphonenya yang tergeletak di atas meja. Pandangannya beralih ke selembar kertas yang terletak tepat di bawah handphonenya. Gilang membacanya dan menghela nafas kemudian.
Di genggam handphonenya segera, di cari nama Maura di kontak handphonenya itu. Dipanggilnya kemudian. Namun Maura tak menjawab. Sekali lagi ia melakukan hal yang sama. Maura tetap tak menjawab.
Gilang kesal.. melepaskan handphonenya begitu saja. Iapun akhirnya bersiap dan bergegas untuk pergi ke kampus menyusul Maura.
.
.
.
.
"Oh tidak... bagaimana ini?" Tanya Maura sendiri saat melihat layar handphone miliknya tertera nama Gilang di sana.
"Kenapa dia cepat sekali terbangun, aku bahkan belum sampai kampus." Gerutu Maura.
"Bisa kacau kalau Gilang menemukanku sekarang. Oh taxi.. di mana kamu berada.. kenapa tak lewat satupun." Ucap Maura sendiri.
Tin..tin..tin..
Maura terdiam, mendengar suara dari sebuah mobil yang mendarat di hadapannya sekarang. Kaca pintu itupun terbuka perlahan.. seorang pria ada di dalam sana dan tersenyum menatap Maura.
"Perlu tumpangan?" Tanya pria itu.
Maura berfikir, apa ia harus ikut dengannya. Tapi kalau tidak, Gilang pasti menemukan dirinya dengan cepat. Tapi pria yang ada di hadapannya adalah pria yang dibenci Gilang.
.
.
.
.
.
Hemm.. kira-kira ikut tidak ya..??
Di jadikan Favorite trus kasih Rate yang banyak. Supaya tambah semangat up nya.
💪😊
Semoga selalu setia membacanya dan menunggu upnya.
Mau likenya ya kak 😊
Mau ratenya juga ya kak😇
di Vote Alhamdulilah😁
Mampir juga yuk ke novelku yang lain, judulnya "Cinta Pak bos", Adit dan Ayna menunggu di sana😉
lanjut
lanjut
semangat Thor, ceritanya bagus, penasaran laras maunya apa sekarang . . 💪
Tuan rumah ngebucinin Art sendiri