Widowati perempuan cantik yang baru saja melahirkan bayinya yang mati. Langsung dicerai oleh Aditya suaminya, karena dianggap tidak bisa menjaga bayi yang sudah dinanti nantinya.
Widowati akhirnya memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah kecil di pinggir sungai, yang konon kabar beritanya banyak makluk makluk gaib di sepanjang sungai itu.
Di suatu hari, di rumah kontrakannya didapati dua bayi merah. Bayi Bayi itu ukuran nya lebih besar dari bayi bayi normal. Bulu bulu di tubuh bayi bayi itu pun lebih lebat dari bayi bayi pada umumnya.
Dan yang lebih mengherankan bayi bayi itu kadang kadang menghilang tidak kasat mata.
Bayi bayi siapa itu? Apakah bayi bayi itu akan membantu Widowati atau menambah masalah Widowati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26.
“Hhhmmmm.” suara bariton sosok laki laki gagah dan ganteng maksimal nan begitu memesona orang orang yang melihatnya.
Sosok laki laki itu segera melangkah menyusul Widowati dan dua bocil, yang sedang menyalami mempelai.
“Mbak Wiwid nikah dan lahiran kok tidak kabar kabar. Kalau ada apa apa kasih kabar ke kita dong Mbak..” ucap Erina basa basi sambil cipika cipiki dengan Widowati.
“Iya Er, lain kali..” ucap Widowati yang juga ikut basa basi.
“Benar ya besok kalau supitan atau lahiran lagi undang aku.” Ucap Erina lagi masih basa basi
Widowati hanya membatin, Erina mengejek dirinya atau memang benar mengira Langit dan Lintang anak kandungnya. Wido wati pun tidak melihat kalau ada sosok laki laki ganteng dan gagah terus berada di sampingnya. Bahkan sering merangkul pundaknya saat di panggung pelaminan.
Setelah Langit dan Lintang memberi salam pada kedua orang tua Aditya. Dua bocil itu menoleh mendongak menatap Sang Mama yang masih bersalaman pada mantan mertuanya.
“Ma cudah boyeh tuyun cekayang?” suara imut Langit. Karena kru fotografer tampak menghalangi jalan menuju anak tangga. Meskipun Mas mas fotografer itu tersenyum manis ke arah dua bocil itu.
“Iya kita turun sekarang.” Ucap Widowati yang sudah selesai berjabat tangan dengan mantan mertua nya.
“Kita cekayang boyeh maem ya Ma..” suara imut Lintang sambil menggandeng tangan Sang Mama.
Akan tetapi tiba tiba Erina dan Emak nya juga Emaknya Aditya memanggil dirinya..
“Mbak Wiwid..”
“Wid.. foto dulu..” suara mereka agak keras.
Widowati langsung menggandeng tangan Langit juga yang sudah siap akan menuruni anak tangga.
“Sayang foto dulu sama pengantin.” Ucap lirih Widowati sambil menunduk menatap Langit dan Lintang.
“Ogah Ma, aku tak mau dipoto..” ucap Langit sambil menarik tangan Sang Mama.
“Aku juga ogah Ma, tak mau poto dengan meleka Ma.. “ suara imut Lintang yang juga menarik tangan Sang Mama.
Widowati pun menoleh ke arah Erina dan juga emak emak itu..
“Maaf ya anak anakku tidak mau difoto, kalau mereka nangis malah repot.” Ucap Widowati dengan santun lalu segera turun dari panggung pelaminan.
Sosok laki laki yang kini berada di belakang Widowati itu menoleh dan tersenyum sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di dadanya 🙏 sebagai kode permohonan maaf, pada orang orang yang meminta Widowati dan keluarga nya berfoto bersama pengantin.
“Pria itu cold banget tapi sopan..” gumam mempelai dan kedua orang tua mereka di dalam hati.
Sementara itu setelah turun dari panggung pelaminan. Widowati dan kedua bocil terus melangkah menuju ke meja meja perjamuan.
Tampak ada meja khusus dan kursi kursi yang dilapisi oleh kain satin warna putih berenda keemasan. Ada tulisan khusus untuk keluarga pengantin.
Dan setelah itu ada lagi meja khusus juga yang bertuliskan untuk tamu kehormatan.
Dua bocil saat melewati tempat itu berbisik bisik pada Sang Mama..
“Ma.. Ma... cini.. aku biciki..” suara imut Lintang lirih sambil jari jari nya menoel noel paha sang Mama yang melangkah pelan pelan sambil menunggu Retno dan Pak Sigit.
“Ada apa? Tunggu Bu De Retno dulu.. nanti kita ke meja perjamuan untuk tamu umum, mencari es krim bersama sama.” Ucap Widowati sambil menundukkan kepalanya.
“Cini Ma.. “ suara lirih Langit telapak tangan mungilnya pun di taruh di pipi gembilnya di samping bibir .
Widowati membungkuk agar kepalanya sejajar dengan kepala dua bocil itu. Karena dia penasaran dua anaknya yang luar biasa itu akan membisiki apa.
“Ma, yang di citu makanan cetan.” Bisik lirih Langit di telinga kanan Widowati.
“Iya Ma, makanan ebis.” Bisik lirih Lintang pada telinga kiri Widowati.
“Hust.. “
“Iya Ma benal kok.”
“Iya tapi kalian jangan bicara tentang itu lagi ya dan cukup mengatakan itu pada Mama saja.” Ucap Widowati sambil mencium pipi gembil Langit dan Lintang.
Dua bocil itu pun langsung terdiam dan mengangguk patuh.
“Apa yang dibicarakan di grup Trah Mama Laras, memang benar ya. Kalau Mama Mintarsih menganut ilmu hitam. Dan mengundang para lelembut ke sini.” Gumam Widowati di dalam hati setelah menegakkan tubuh nya.
Widowati menoleh ke meja jamuan khusus untuk tamu kehormatan tersebut. Meja yang bilang oleh Langit dan Lintang, meja makanan setan dan iblis.
Bulu kuduk Wido wati sedikit meremang kala menatap menu menu di atas meja itu. Meskipun sekilas tampak seperti menu makanan pada umumnya. Tapi entahlah bahan yang dipakai dari apa. Dan Widowati pun juga tidak tahu apa ada para pelembut yang sudah bersantap di situ.
Sesaat terdengar suara langkah sepatu bersamaan dengan suara Retno..
“Ah kalian menunggu Bu De dan Pak De. Ayo kita kemon mencari es krim. Bu De juga mau mencicipi es krim di sini.” Ucap Retno yang juga penggemar es krim.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di meja es krim. Namun Pak Sigit menuju ke meja lain yang menyajikan empal gentong.
“Ma aku yang cotat.” Suara imut Langit.
“Ma aku yang cobeli.” Suara imut Lintang.
Dengan sabar Wido wati melayani kedua anaknya. Dua bocil itu makan es krim dengan sopan. Dan orang orang yang melihat mereka, tampak kedua bocil itu makan dengan pelan pelan tidak tergesa gesa. Akan tetapi satu gelas piala, cepat sekali habis. Mereka minta lagi.. Dan setelah masing masing habis dua gelas. Widowati melarang mereka berdua minta es krim lagi.
“Ma aku cekayang mau maem cate ga pake naci..” ucap Langit sambil mengusap bibirnya yang habis makan es krim.
“Ma aku mau maem cupa cup...” suara Lintang dengan bibir yang sedikit maju ke depan
Beberapa menit kemudian setelah mereka sudah selesai makan makan. Terdengar suara MC bergema di ball room itu, yang mengucapkan selamat datang pada tamu undangan yang terhormat dan sangat spesial.
Semua orang menoleh ke arah pintu ball room. Mereka semua mengira Pak Wali Kota atau Pak Bupati beserta istri datang ke acara pernikahan tersebut.
Akan tetapi mereka semua mengernyitkan keningnya saat dari pintu ball room, yang masuk bukan Pak Walikota atau Pak Bupati. Namun yang muncul sosok seorang perempuan dengan memakai baju kebaya dari kain beludru berwarna hitam. Macam pakaian yang dikenakan oleh pengantin wanita saja. Tetapi kebaya itu hanya sampai di atas pantat saja. Bagian bawah memakai kain batik bernuasa warna hitam.
Rambut digelung besar di belakang. Dan memakai cunduk mentul warna keemasan menghias di atas kepalanya.
Roncean bunga melati juga menghiasi rambut kepala perempuan itu. Semerbak harum bunga melati yang sangat tajam mulai tercium sejak perempuan itu masuk ke dalam ball room.
“Siapa dia? Bukan Bu wali atau Bu Bupati?” gumam orang orang yang tidak mengenal sosok perempuan itu.
“Cantik meskipun sudah tidak lagi muda.” Gumam yang lainnya.
Langit dan Lintang pun juga menoleh ke arah sosok perempuan itu..
“Ih.. dia jelek cudah nenek nenek tuyuk tuyuk bungkuk..” suara lirih Langit..
“Iya jelek cekali kayak nenek cihil...” saut Lintang dengan suara lirih pula..
Sedangkan di panggung pelaminan, kedua mempelai dan orang tua mereka berdiri sambil tersenyum lebar menyambut tamu kehormatan mereka..
...
Apa yang bakal terjadi di dalam ball room itu ya.. 🤔🤔🤔
Kapokk hancur lebur acaranya
ternyata ilmunya blm seberpaa mkne masih kalah sm om wowo
secara om wowo mah lg tmpil mode gamteng maksimal atuhh 😍😍😍
coba mode 👻👻👻
ngacir dehhh