NovelToon NovelToon
Sang Bunga Kekaisaran

Sang Bunga Kekaisaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Wanita
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Celestyola

Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.

Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Susunan Rencana

...**✿❀♛❀✿**...

Malam itu terasa lebih panjang daripada biasanya. Angin yang menyusup dari celah jendela besar kediaman Valmont membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Lilin-lilin yang berjajar di sepanjang koridor redup, seolah ikut larut dalam kegelisahan yang menyelimuti rumah bangsawan tua itu.

Seraphine berjalan dengan langkah cepat, gaunnya yang telah ia ganti berdesir seiring derap langkah tergesa. Di dalam dadanya, ada sesuatu yang berat, menghantamnya berulang kali.

Clarisse menghilang, bahkan tanpa seorang pun yang menyadarinya.

Saat ia tiba di halaman samping, tampak Frederick sudah berdiri di sana, kelihatannya ia sudah mendengar kabar menghilangnya Clarisse dari penjaga sel tadi.

Pangeran Kedua Kekaisaran itu menunggu dengan wajah serius, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Matanya menatap Seraphine begitu lekat, dalam tatapan itu ada keteduhan yang berusaha ia bagi pada gadis yang kini tengah kacau.

“Seraphine.” Suaranya dalam, sedikit berat.

“Aku sudah mengerahkan para pengawal yang kubawa dari istana. Mereka menyisir setiap sudut kediamanmu, mulai dari taman, gudang penyimpanan, hingga hutan kecil di belakang rumah. Tidak ada satu pun yang menemukan jejak Clarisse.”

Seraphine menelan ludahnya, kedua tangannya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih. “Bagaimana bisa? Sel itu dijaga siang dan malam. Tidak mungkin dia bisa kabur tanpa bantuan dari dalam.”

Frederick mendekat, menatapnya dalam-dalam. “Itulah yang membuatku curiga. Jika Clarisse menghilang, maka hanya ada dua kemungkinan," katanya berhenti sejenak.

"Entah dia memang lolos dengan bantuan orang dalam, atau dia sengaja dibebaskan oleh pihak luar yang menyusup kemari. Dan aku lebih condong pada kemungkinan kedua.”

Seraphine mengangkat kepalanya, matanya berkilat. “Maksud Anda pihak luar itu… faksi Putra Mahkota?”

“Siapa lagi yang akan diuntungkan?” Frederick menjawab cepat, tanpa ragu.

“Clarisse tahu terlalu banyak tentangmu. Itu akan menguntungkan mereka, apalagi jika mereka berniat menghancurkan kita.”

Kata-kata itu menusuk, membuat Seraphine menggigit bibirnya hingga nyaris berdarah. Ia berjalan mondar-mandir, tak mampu menahan gejolak dalam dirinya.

Frederick mendekat lagi, kali ini meraih lengannya, menahannya agar berhenti berjalan.

“Dengarkan aku, Seraphine.” Suaranya lebih lembut, nyaris seperti bisikan.

“Kau tidak boleh membiarkan emosimu menguasaimu sekarang. Mereka ingin kau rapuh, ingin kau goyah. Jadi, jangan biarkan itu terjadi.”

Seraphine menatap wajahnya, mencari ketegasan di balik mata abu-abu kelam itu.

Frederick, dengan semua aura dingin dan wibawanya, mampu memaksanya kembali berpijak. Perlahan ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.

“Apa langkah Anda selanjutnya, Yang Mulia?” Seraphine akhirnya bertanya, suaranya bergetar namun mantap.

Frederick melepas lengannya, lalu menoleh ke arah pengawal-pengawal yang masih bergerak dengan lentera di tangan.

“Untuk saat ini, aku akan memperluas pencarian hingga desa sekitar. Namun lebih dari itu, kita harus siap menghadapi fakta bahwa Clarisse mungkin sudah tidak berada di wilayah ini. Jika dia benar-benar dibawa, faksi Putra Mahkota pasti akan segera menggunakan informasi darinya untuk menyerang kita.”

“Lalu, menurut Anda, Saya harus bagaimana sekarang?” Seraphine balik bertanya.

“Kau harus tetap di sini, menjaga kediaman Valmont. Ayahmu butuh kau untuk menstabilkan keadaan, terutama setelah konflik dengan Duke Armand kemarin. Jangan lupakan bahwa tambang emas itu satu-satunya jalan agar hutang keluarga Valmont bisa teratasi. Jika tambang itu diketahui oleh mereka, maka posisi kita akan goyah tanpa perlu faksi Putra Mahkota mengotori tangan mereka.”

Seraphine menunduk, hatinya kembali berdesir resah. “Saya tidak bisa hanya diam menunggu. Clarisse, meskipun dia berkhianat, entah kenapa Saya tidak bisa membiarkannya jatuh ke tangan mereka." Gadis itu menjeda kalimatnya sejenak.

"Dia adalah pelayan pribadi yang mendampingi Saya selama sepuluh tahun terakhir ini. Meski pada akhirnya Saya ingin menjadikan dia pion Kita. Ada bagian dari diri Saya yang masih ingin menyelamatkannya,” lanjutnya lagi.

"Yang Mulia, apakah Saya bersikap terlalu lembut? Maafkan saya karena menampilkan diri saya yang seperti ini di hadapan Anda," ucapnya sembari menghela napas berat.

Frederick menatapnya lama. Kali ini tatapannya mengandung sesuatu yang lebih lembut dan lebih personal. Ia melangkah maju, jarak mereka kini begitu dekat hingga Seraphine bisa merasakan hangat napasnya.

“Seraphine, hatimu yang lembut itu adalah kekuatanmu sekaligus kelemahanmu.” Jemarinya nyaris menyentuh dagu gadis itu, tapi ia menahan diri, menurunkan tangannya kembali.

“Kalau kau terus mengikatkan dirimu pada orang-orang yang mengkhianatimu, kau akan hancur. Aku tidak ingin melihatmu hancur.”

Keheningan menyelimuti sejenak. Hanya terdengar suara angin malam yang merayap di antara pepohonan. Seraphine menatap Frederick, matanya bergetar. Ia ingin berkata sesuatu, namun lidahnya terasa kelu.

Akhirnya, ia hanya mengangguk kecil. “Kalau begitu, apa yang Anda rencanakan untuk melawan faksi Putra Mahkota?”

"Untuk itu Kita akan membicarakannya besok, lebih baik sekarang Kamu kembali ke kamar," ucap Frederick sembari meraih tangan gadis itu.

Lalu, ia menariknya lembut menuju di mana kamar Seraphine berada.

"Yang Mulia," celetuk Seraphine di tengah keheningan.

"Ya?" Pria itu menyahut.

"Bisakah Kita membicarakannya sekarang? besok Anda sudah akan kembali ke Istana," Pintanya.

Tubuh tegap Frederick berhenti sejenak, "Baiklah," katanya singkat lalu kembali melanjutkan langkanya.

Sesampainya mereka di Kamar Seraphine, Keduanya masuk. Tampak raut gugup dan canggung di wajah keduanya, tetapi mereka dapat menyembunyikan raut itu dengan baik.

Pangeran Frederick duduk di kursi yang biasa digunakan oleh Seraphine untuk membaca. Sedangkan gadis itu, memilih duduk di atas ranjangnya.

"Jadi, bagaimana rencana Anda, Yang Mulia?" tanyanya memecah kecanggungan di antara mereka.

Frederick berdehem sejenak, sebelum kemudian ia menjelaskan rencananya.

“Pertama, kita butuh aliansi politik. Ada keluarga bangsawan yang tak puas dengan Putra Mahkota. Contohnya Duke Moreau yang kehilangan banyak pengaruh sejak Putra Mahkota memusatkan kekuasaan. Mereka yang tidak puas ini bisa menjadi sekutu Kita.”

Seraphine mengerutkan kening. “Aliansi selalu rapuh, Yang Mulia, terutama bila hanya didasari kepentingan sesaat."

"Namun… Saya bisa memanfaatkan lingkaran sosial para lady untuk memperkuatnya. Melalui acara seperti jamuan, pesta teh, kunjungan amal dan lain sebagainya. Jika Saya berhasil membuat mereka melihat Saya bukan sebagai pesaing, melainkan poros baru, mereka akan menaruh kepercayaan," usulnya dengan penuh percaya diri.

"Lalu, Anda bisa berbicara dengan kepala keluarga mereka, tapi Saya yang akan menaklukkan para wanita di balik layar. Anda jangan lupa, kadang para lady lebih berbahaya daripada para pria di meja perundingan," imbuhnya lagi.

Frederick tersenyum tipis, seolah kagum pada ketajaman pemikirannya. “Inilah kelebihanmu yang membuatku memilihmu."

"Anda terlalu memuji, Yang Mulia."

Seraphine tersenyum hambar, lalu menarik selembar perkamen kosong dari laci meja di samping ranjangnya. Ia mulai menuliskan nama-nama keluarga yang mungkin bisa didekati.

“Baik. Aliansi politik menjadi langkah pertama. Lalu apa berikutnya, Yang Mulia?”

“Jalur informasi,” jawab Frederick tanpa ragu.

“Putra Mahkota punya mata-mata di setiap sudut istana, tapi dia terlalu mengandalkan loyalitas pelayan dan dayang. Itu kelemahannya. Kita bisa membangun jaringan yang lebih luas seperti para pedagang, penulis selebaran, bahkan musisi jalanan. Mereka semua bisa menyebarkan rumor dengan lebih baik."

Seraphine menatapnya, matanya berkilat. “Rumor yang diarahkan dengan tepat bisa lebih tajam daripada pedang. Jika gosip mengenai keserakahan atau kelemahannya tersebar, Seorang Putra Mahkota pun akan kehilangan kekuasaannya," Ucap gadis itu sembari menyeringai.

Frederick tertegun, senyum gadis itu tampak menawan di matanya. Untuk sesaat, Frederick bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ia sedang berencana untuk menjatuhkan Putra Mahkota ataukah justru perlahan jatuh ke dalam pesona yang bernama Seraphine Valmont?

...**✿❀♛❀✿**...

...TBC...

1
Ita Xiaomi
Apakah Frederick jg mengalami hal yg sama hidup kembali setelah kematiannya?
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 4 replies
Ita Xiaomi
Jgn nak mengarang bebas Virrel😁.
Ita Xiaomi
Setuju.
Ita Xiaomi
Keren ceritanya. Mulai adu kecerdikan dan strategi. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 2 replies
celestyola
aciyeeee
kleponn
Kata² keramat ini
celestyola: Real haha
total 1 replies
kleponn
typo kah?
celestyola: iyaaa ih typoo rupanyaa, aku nggak sadar klo typo😭
total 1 replies
Ateya Fikri
seraphine ini hobi bgt di taman🗿
Ateya Fikri
tiba-tiba banget ngajak nikah sdh kaya ngakak makan bakso
Ateya Fikri
ada benih-benih cinta ni yeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!