NovelToon NovelToon
Lies Of Marriage

Lies Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / POV Pelakor / Pihak Ketiga
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Poporing

Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?

"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"

"Kenapa kalian bohong kepadaku?"

"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26 : Rencana yang berubah

Yudis pergi ke tempat cuci mobil langganannya tak jauh dari lokasi perumahan. Pria itu tampak melamun dengan arah pandangan yang kosong. Sesekali pria itu terlihat menghela napas. Ia memikirkan Liana tentu saja, juga Tiara. Kedua wanita itu, yang satu membuatnya pusing dan yang satu membuatnya khawatir.

Keputusannya untuk mengakhiri langsung hubungannya dengan Liana dan berkata jujur sepertinya akan menjadi sesuatu yang salah. Ia khawatir karena tadi saja, Liana berani mengikutinya ke tempat Tiara. Liana, wanita yang bisa impulsif dan ia tak ingin terjadi sesuatu di luar kendali. Jadi mungkin pilihan aman baginya sementara ini bermain peran sampai ia bisa lepas meninggalkan Liana.

Sejak hari itu dan beberapa hari ke depan, Yudis memang terlihat lebih sering pulang ke rumah. Dia terlihat bersikap lebih baik dan manis kepada Liana.

"Kamu tumben, makan malam di rumah?" Liana menatap sedikit heran yang sedang duduk bersamanya di meja makan.

"Bukankah itu baik?" Balas Yudis berusaha bersikap baik di depan Liana. "Kau tidak suka aku berada di sini?" Yudis balas melirik ke arah Liana.

"Ah, ya enggak sih..., aku senang kok kita akhirnya bisa makan berdua lagi setelah sekian lama," ujar Liana dengan jujur dengan perasaan heran bercampur bahagia juga.

"Ya kalau senang, gitu dong, jadi gak usah ditanya-tanya heran lagi," balas Yudis berusaha membuat Liana meyakininya.

"Oh, jadi kamu uda memutuskan hubungan dari Tiara?" Liana mendadak bertanya akan hal itu dan menatap tajam sang suami.

"Hmph...." Dengusan kecil dari pria itu dapat terdengar. Raut wajahnya berubah muram.

"Kamu kok enggak jawab, Mas?" Tanya Liana dengan nada suara yang sedikit mengintimidasi.

"Aku gak mau bahas soal Tiara," balas Yudis dengan nada dingin dan ekspresi datar.

"Kenapa? Kamu udah gak peduli sama dia atau sebenarnya lagi ada yang kamu tutupi?" Liana tentu saja merasa tidak puas dengan jawaban Yudis yang seperti itu. Sama sekali tidak memberikan jawaban yang jelas, dan ia yakin sebentar lagi Yudis pasti akan marah.

"Kenapa kamu sulit banget memahami apa yang aku katakan sih, An?" Yudis malah menatap balik ke arah Liana dan melontarkan pertanyaan yang sama tajamnya.

"Loh apa? Aku 'kan cuma bertanya?" Wanita itu pun juga terlihat tak senang. Dia gusar ketika pertanyaan itu dibalikkan kepadanya. "Apa salahnya sih, Mas, aku cuma bertanya," ucapnya yang gak mengerti dengan sikap Yudis.

"Bisa gak sih, kalau kamu mau bahas itu nanti setelah makan malam?" Yudis menghela napas kasar. Tangannya berhenti bergerak dari pegangannya pada sendok makan. "Kita itu lagi makan malam, An," ucapnya dengan nada tegas. Tatapannya begitu lelah melihat ke arah Liana yang terdiam. "Ini yang bikin aku malas buat makan sama kamu!" Yudis meletakkan sendok makannya ke atas meja dengan kasar.

Yudis pun berdiri dari meja makan dan beranjak dari tempat duduk dengan wajah kesal. Ia berjalan melewati Liana yang duduk di samping kirinya sambil berkata, "rusak suasana makan, aku jadi gak mood."

Pria itu pun melenggang meninggalkan ruang makan dengan langkah cepat menuju ke kamar atas. Liana masih terdiam di meja makan, dan ikut kesal. Ia mengepal sendok makannya dengan kuat.

Brakh!

"Kamu keterlaluan, Mas!!" Pada akhirnya ia menyerah pada ego yang berusaha ditahan. Di letakkannya a sendok itu dengan kasar di atas meja, dihantamkan di atas meja sampai berbunyi keras dengan suara teriakan yang juga terdengar ke atas.

Yudis yang mendengar wanita itu tengah marah hanya bisa menghela napas. Dia tau Liana seperti apa, makanya dia malas berdebat dengannya. Dalam pikirannya, Liana seharusnya menahan kontrol emosi untuk gak selalu mencari masalah. Tak bisakah dia bersikap tenang sedikit? Damai rasanya kata yang gak bakalan ada di kamus Liana.

Sementara Liana dia berpikiran lain. Dia merasa pertanyaannya itu wajar saja, apalagi mempertanyakan kejelasan status Yudis kepada Tiara, kalau perlu dia akan terus menanyakan hal itu sampai Yudis memberi jawabannya dengan jelas dan lugas, bukan jawaban absurd yang sekedar ingin menutupi semuanya.

Malam itu pun berakhir dengan keadaan dingin, meskipun tiga hari lalu keduanya tampak seperti sudah berdamai dan tidak menyinggung soal Tiara.

.

.

Keesokan paginya Yudis langsung berangkat ke kantor tanpa sarapan atau berpamitan kepada Liana. Wanita itu menggeram menatap kepergian Yudis dari balik jendela kamarnya.

"Apa salahku meminta kasih sayangmu, Mas...? Aku cuma minta diperlakukan layaknya seorang istri...," ucapnya dengan nada getir sambil menatap kepergian Yudis. Air matanya menetes jatuh perlahan.

Yudis sendiri di dalam mobil tak henti-hentinya memikirkan semua ini. Kepalanya pusing seperti mau meledak, sampai ia tiba-tiba hampir saja menabrak seorang wanita.

Melihat ada orang di depannya Yudis langsung mengerem mendadak. Reflek ia turun dari mobil. Beberapa orang di sekitar pun tampak terkejut dan menghampiri untuk melihat keadaan perempuan itu.

"Anda tidak apa-apa? Ada yang terluka?" Tanya Yudis sambil membantu perempuan itu berdiri.

Wanita yang ditabraknya itu tak bicara, ia juga tak merespon. Pandangannya mata kosong. Ia terduduk lalu kemudian berdiri saat dituntun untuk berdiri oleh Yudis.

"Kau terluka! Kita ke dokter ya!" Pria itu panik saat melihat ada luka pada bagian lutut si wanita.

Wanita itu tak menjawab pertanyaan Yudis tapi ia menurut mengikuti ucapan Yudis dan langsung menuntunnya untuk naik ke dalam mobil.

Di dalam mobil Yudis sempat melirik wanita yang hanya terdiam itu tanpa bicara. Ia hanya menghela napas sesaat, merutuki kesialan nasibnya.

Ia tak banyak berkomentar dan memilih untuk langsung jalan melajukan mobilnya.

.

.

Sementara itu Dimas yang sedang berada di ruangannya pagi itu dikejutkan oleh sebuah berita mengenai Adelia, mantan kekasihnya yang menghilang dari rumah sejak pagi.

Orang rumah wanita itu panik dan ibunya langsung berinisiatif untuk menghubungi Dimas.

"Dimas, tolong Ibu, Adelia kabur dari rumah!" Ucap wanita itu dengan nada suara ketakutan.

"Adelia kabur? Memangnya gak ada yang lihat dia kemana, Bu?" Tanya pria itu terkejut.

"Gak ada yang tahu. Di telepon juga gak diangkat. Kayaknya dia pergi pagi-pagi sekali, tolong Ibu bantu cari Adel atau coba kamu yang telepon, dia pasti mau angkat kalau dari kamu...," ujar wanita itu dengan nada memohon. Isakan tangisnya pun mulai terdengar.

Dimas terdiam. Ada sebuah keraguan menyelinap dalam hatinya. Ah, dia bukan kejam, hanya saja hubungannya sudah lama berlalu dengan wanita itu sekitar 2 tahun lalu dan jujur ia tak ingin berhubungan lagi dengannya, tapi....

"Dimas, kenapa kamu diam saja? Kamu gak bisa bantu Ibu?" Suara wanita itu seperti memecah kesadaran Dimas yang sempat mengulang waktu ke masa lalunya bersama Adelia.

"Iya Bu, Dimas coba bantu...," jawab pria itu akhirnya menghela napas berat.

"Terimakasih Dimas, ibu tunggu kabarnya ya...."

Sambungan telepon pun di matikan. Dimas memijat keningnya sesaat.

"Sudahlah, aku hanya mengecek keberadaannya saja...," ujar Dimas seraya mencari nomor kontak Adel yang masih terdaftar pada kontak dan menekan tombolnya.

Bagaimana sebenarnya hubungan Dimas dan Adelia? Apa yang menyebabkan Dimas seperti enggan untuk menghubungi Adelia lagi? Lalu siapa wanita yang ditolong Yudis itu?

.

.

.

Bersambung....

1
sutiasih kasih
klo km ngotot cerai.... setidaknya punya lah hrga diri yudis.... srcara sadar keluar dri zona nyamanmu slm ini yg mmberimu ketenaran karir...
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sutiasih kasih
knapa km msih mau prtahanin laki" macam yudis....
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!