NovelToon NovelToon
Pesona Kakak Posesif

Pesona Kakak Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:504
Nilai: 5
Nama Author: Dwi Asti A

Jika bukan cinta, lalu apa arti ciuman itu? apakah dirinya hanya sebuah kelinci percobaan?
Pertanyaan itu selalu muncul di benak Hanin setelah kejadian Satya, kakaknya menciumnya tiba-tiba untuk pertama kali.
Sayangnya pertanyaan itu tak pernah terjawab.
Sebuah kebenaran yang terungkap, membuat hubungan persaudaraan mereka yang indah mulai memudar. Satya berubah menjadi sosok kakak yang dingin dan acuh, bahkan memutuskan meninggalkan Hanin demi menghindarinya.
Apakah Hanin akan menyerah dengan cintanya yang tak berbalas dan memilih laki-laki lain?
Ataukah lebih mengalah dengan mempertahankan hubungan persaudaraan mereka selama ini asalkan tetap bersama dengan Satya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Asti A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Laki-laki Normal

( Di Jakarta )

Malam itu pukul sembilan malam, Satya baru kembali dari tes terakhirnya. Dia baru masuk kamar dan menyalakan ponsel. Ada banyak notifikasi pesan masuk dari Rio dan Zaki, juga Miranda. Satya baru mau mengecek apa pesan yang mereka kirim dan mengapa begitu banyak. Ketika tiba-tiba panggilan Rio menyerobot masuk.

“Iya Rio, aku baru kembali, ada apa?” tanya Satya.

Satya terdiam mendengarkan cerita Rio yang seketika membuatnya tertegun. Satya berjalan ke arah jendela kamar di mana di luar sana hujan turun dengan derasnya.

“Hani pulang bersama Awan? Bagaimana ceritanya? Kan ada Pak Joko?” raut wajah Satya terlihat kaget tak senang. Dia terdiam kembali mendengarkan suara di seberang telepon cukup serius. Entah apa yang Rio katakan yang kemudian membuat Satya tampak muram, satu tangannya mengepal erat seakan tengah menahan amarah.

Setelah beberapa menit berbicara di telepon, Satya mematikan ponselnya. Satya berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah, lalu duduk sejenak di sisi tempat tidur tidak tenang, hingga beberapa saat kemudian Ia beranjak lagi. Sampai akhirnya memutuskan menghubungi Hanin.

Sayangnya ponsel Hanin tidak aktif membuat Satya bertambah uring-uringan. Pagi hari sebelumnya Satya juga sudah berusaha menghubungi, sampai malam itu masih saja Hanin sulit untuk dihubungi.

‘Sibuk apa dia, jam segini sudah mematikan ponselnya, bukankah semenjak kemarin dia yang selalu ingin berbicara denganku, sekarang setelah aku ada waktu dia malah mematikan ponselnya. Awas saja saat nanti aku kembali,' batin Satya geram.

Satya melempar ponselnya di tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya yang lelah. Meskipun begitu dia butuh waktu untuk bisa memejamkan matanya hingga benar-benar terlelap. Mengetahui kabar Hanin pergi bersama Awan cukup mengganggu pikirannya.

••

( Di Yogyakarta )

Hanin bersama Miranda dan Elvan tengah berbincang di ruang keluarga, membicarakan kepulangan Satya esok hari, dan Hanin meninggalkan ponselnya di kamar dalam keadaan dimatikan.

“Tadi siang Satya menelepon mama, dia bilang besok dia sudah pulang, tapi mungkin dia akan tiba di rumah malam hari,” kata Miranda.

Mendengar berita itu Hanin tersenyum dalam hati. Dia merasa sangat senang dengan kepulangan Satya, tapi dia tidak ingin terlalu menunjukkan kebahagiaannya di depan kedua orang tuanya, mereka akan melihatnya aneh.

“Kalian berniat menjemputnya?” tanya Hanin sembari menikmati camilan kering dalam toples yang sudah hampir habis separuh.

“Satya menolak, karena dia bilang mungkin tengah malam dia baru tiba di rumah. Di tidak ingin mengganggu orang rumah,” jawab Miranda.

Hanin hanya manggut-manggut. Sebelum Hanin benar-benar menghabiskan kacang gurih itu Miranda mengambil toples kacang itu dari tangannya.

“Pipimu sudah seperti bakpao, Hani, jangan terlalu banyak makan di malam hari,” tegur Miranda.

“Iya, Mah, lagi pula Hanin sudah kenyang. Ya sudah, Mah, Hani ke kamar dulu ya.” Tanpa protes karena makanannya diambil Hanin beranjak pergi, langsung menuju kamarnya.

Tiba di kamar, Hanin tak mengecek ponselnya sama sekali, langsung masuk kamar mandi lalu kembali ke kamar beberapa menit kemudian dan merebahkan tubuhnya di kasur.

Sekilas Hanin teringat dengan Satya, sedang apa dia saat ini, apakah tengah berkumpul bersama teman-temannya? Atau sudah tidur. Ah rasanya tidak mungkin, anak laki-laki jika sudah berkumpul pasti ujungnya begadang.

Pikiran Hanin Masih berkelana tentang Satya. Di Jakarta pasti siswinya cantik-cantik. Mungkinkah Satya berkenalan dengan mereka, mengobrol lalu bertukar nomor telepon. Apa lagi Satya itu tampan pasti banyak yang menyukainya.

‘Cukup, Hani! Stop memikirkan Satya. Lagi pula apa alasanmu cemburu, bukankah itu baik untuk Satya sehingga dia bisa memiliki pacar?’ Hanin menutup kepalanya dengan bantal berusaha menyingkirkan pikirannya tentang Satya. Dia sudah telanjur kecewa dengan Satya yang berulang kali mengabaikannya. Jadi dia memutuskan untuk tidak memikirkannya apa lagi menghubunginya malam itu. Toh esok mereka juga akan bertemu. Dia berharap dengan membawanya tidur waktu itu akan berlalu lebih cepat.

••

Esok harinya di sekolah semuanya berjalan dengan baik. Rio dan Zaki dengan setia menjaganya ke mana pun Hanin pergi, dan Hanin pun tidak keberatan saat Awan ikut bergabung dengan mereka ketika di kantin kali ini.

Melihat Hanin duduk bersama dengan Awan, anak Geng Rubah tidak berani mengganggunya. Dua gadis itu hanya memperhatikan dari tempat yang berbeda. Mereka sangat tidak suka melihat kedekatan Awan dan Hanin, dan diam-diam mereka mengambil gambar dengan ponsel mereka yang disembunyikan. Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan mereka terlihat sangat puas.

Rio dan Zaki tak bisa jauh-jauh dari Hanin. Mereka terus mengawasi khawatir jika Awan akan mengganggu Hanin di sana.

“Kemarin mamamu tidak marah kan karena pulang aku yang mengantar?” tanya Awan.

“Tidak, tapi mama mengira aku mampir ke mana.”

“Kau tidak bilang kalau aku mengajakmu mampir ke rumah?”

“Ke rumah? Kalian berdua ke rumah?” tanya Zaki kaget mendengar pembicaraan mereka.

“Hai teman, jangan melihatku seperti melihat hantu. Hanin cuma aku ajak mampir sebentar tidak ngapa-ngapain. Lagi pula sebentar lagi kami jadian jadi tidak ada salahnya Hanin tahu rumahku,” balas Awan dengan santainya.

Zaki dan Rio yang sudah kaget ditambah kaget dengan pengakuan Awan yang terakhir. Tidak hanya mereka, Hanin pun terkejut mendengarnya.

“Jangan berkata seperti itu, Kak. Aku tidak pernah mengatakan itu pada Kak Awan, mereka bisa salah paham nanti,” protes Hanin.

“Benar, kalau Satya mendengar ini kau bisa tamat, Awan. Jadi, sebaiknya mulai sekarang jauhi Hanin kami. Dia tidak akan pernah menjadi pacar siapa pun selama masih ada Satya dan juga kami,” ucap Rio sembari membusungkan dada lalu menepuknya beberapa kali sampai terbatuk-batuk.

Awan hanya tersenyum menertawakan.

“Tidak heran lah karena dia itu kakak yang posesif. Aku jadi heran, Satya itu ganteng dan pintar, tapi kenapa tidak pernah punya pacar, apa jangan-jangan dia punya kelainan?”

“Hai! Jaga ucapanmu, Awan! Apa maksudmu bicara seperti itu tentang Satya. Kau anggap dia seperti apa ha?” Zaki beranjak, menatap Awan tajam tak terima dengan tuduhan Awan terhadap Satya.

“Iya, Kak, apa maksudmu?” imbuh Hanin.

“Bukan menuduh, Hanin, tapi takutnya kakakmu itu tipe laki-laki yang tidak suka dengan perempuan.”

Bruk!

Rio menggebrak meja, Kali ini dia yang beranjak, lalu mendekati Awan dan mencengkeram krah baju Awan sampai terlihat ingin mengangkat tubuhnya.

“Aku tahu maksudmu, sekali lagi kau katakan itu tentang Satya aku orang pertama yang pertama akan memukulmu dengan tanganku ini, jadi hati-hati dengan ucapanmu itu!” ancam Rio.

Zaki dan Rio beranjak, Rio kemudian menarik tangan Hanin meninggalkan tempat itu, meninggalkan Awan yang masih tertegun di tempatnya. Awan tidak percaya teman-teman Satya begitu solid terus saja membela Satya dengan begitu kerasnya.

Sementara Hanin belum paham apa yang mereka permasalahkan sampai kedua temannya tidak terima. Hanin meminta penjelasan sejelas-jelasnya pada Rio dan Zaki setelah mereka tiba di kelas. Di mana ruangan masih sepi karena jam istirahat masih Lima menit lagi.

“Kau tidak perlu tahu, Hanin. Yang jelas kakakmu itu tidak seperti yang Awan tuduhan. Aku tidak tahu apa reaksi Satya setelah mendengar ini.”

“Maksudnya tidak suka perempuan apa, Za?” Hanin mengulangi pertanyaannya.

“Kau cari saja di internet, tapi ingat, Satya tidak seperti itu,” jelas Zaki.

Hanin yang penasaran karena tak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, di rumah dia terus saja memikirkannya. Mencoba mencari tahu di internet.

“Tidak mungkin Kak Satya seperti itu.” Hanin terkejut begitu membaca penjelasan di internet.

Hanin semakin penasaran dan mencari lebih dalam dengan mencari tahu tentang ciri-cirinya, yang semakin membuat Hanin tidak percaya karena beberapa di antara ciri-cirinya memang ada pada Satya, tapi jika Satya mendengar tuduhan itu jelas saja dia tidak terima. Satya pasti marah, bisa membuat mereka bertengkar

••

1
D Asti
Semoga suka, baca kelanjutannya akan semakin seru loh
María Paula
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Majin Boo
Sudut pandang baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!