NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTEMUAN DENGAN BU RATNA

Ya Allah.. Apa dia Mas Pram suamiku? Pria ini familiar, namun wajahnya berbeda. Lebih tirus, dengan senyum yang lebih tipis.." pikir Maya. Ia tertegun, jantungnya berdebar.

Pria itu mendekati meja kasir. "Maaf, apa benar ini Pram's Hill?" Made kembali bertanya.

"Ya ampun, suaranya juga familiar.. ini suara mas Pram! apa mungkin ini mas Pram?.." pikir Maya menduga-duga.

"Mba.. Haloo..!" Made melambaikan tangannya di depan wajah Maya, karena Maya bengong tanpa ekspresi, memperhatikan wajah Made.

Maya terkesiap kaget, ia langsung mengangguk, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Oh, Maaf Mas.. aku, aku lagi banyak masalah. Benar, ini Pram's Hill. Ada yang bisa saya bantu?" Maya gugup, ia berusaha menyembunyikan kegugupannya dengan berpura-pura mendorong kursi ke dalam meja.

"Saya lihat ada lowongan pekerjaan di depan. Apa masih berlaku?" tanya Made kemudian.

Maya semakin terkejut. Pram melamar pekerjaan di kafenya sendiri? apakah ini mimpi?

"Oh, iya.. masih. Silakan isi formulir ini," jawab Maya. Tanpa pikir panjang, Maya langsung menyodorkan pulpen dan formulir pengajuan kerja, padahal sebenarnya yang melamar sudah penuh bahkan ia berencana akan menutup lowongan kerja tersebut.

Berhubung hari ini Made datang, sementara Maya yakin kalau Made itu Pram, Maya harus menerima Made dan menggagalkan semua pelamar yang datanya sudah masuk.

Made menerima formulir tersebut dan mulai mengisinya. Sambil menunggu, Maya memberanikan diri bertanya. "Maaf, apa nama anda Pram?"

Pria itu tertawa kecil. "Bukan. Nama saya Made. Saya dari Denpasar, Bali. Saya datang ke sini karena lihat loker yang ditempel di tiang listrik."

Maya terdiam. "Made? Denpasar? bukan Pram? Tapi kenapa wajahnya begitu mirip? Kenapa ia melamar di Pram's Hill?"

Setelah selesai mengisi formulir, Made menyerahkannya kembali pada Maya. "Terima kasih. Kapan saya bisa mulai bekerja?"

"Besok pagi. Jam delapan," jawab Maya singkat.

Tanpa test terlebih dahulu, Maya sudah percaya dengan kemampuan Made. Karena ia yakin, Made adalah Pram. Pram suaminya yang dulu sering masak untuknya. Pram yang pernah sekolah di jurusan kuliner, sudah tak diragukan lagi keahliannya oleh Maya.

"Aku yakin, kamu pasti Mas Pram. Kamu menguasai beberapa resep dari beberapa negara. Tak salah jika aku harus menerimamu. Apalagi semua hartaku itu milikmu." pikir Maya. Ia yakin akan dugaannya.

" Baik, Bu. besok aku akan datang tepat jam delapan," jawab Made mantap.

Made mengangguk dan berpamitan. Maya menatap punggungnya yang menjauh dengan perasaan campur aduk. Ia yakin, pria bernama Made itu adalah Pram. Tapi kenapa ia tidak mengenalinya? Kenapa ia mengaku bernama Made dan berasal dari Bali?

"Apa mas Pram tidak meninggal dan selamat dalam kecelakaan dulu?.. Apa mungkin dia amnesia?" Pikiran Maya jadi penuh teka-teki

Keesokan harinya, Made datang ke Pram's Hill tepat pukul delapan pagi. Maya menyambutnya dengan senyum yang dipaksakan. Ia memberikan seragam kerja dan menunjukkan tugas-tugasnya.

"Selamat pagi Mas.. Selamat bergabung bersama Pram's Hill!" Maya menyapa ramah Made, ia berusaha tenang walau dalam hatinya berkecamuk rasa rindu yang tak tertahankan.

"Pagi Bu.. makasih.." jawab Made dengan sopan. Pagi itu Made terlihat rapi dan sangat mempesona di mata Maya.

Ingin rasanya Maya memeluk dan mencumbunya seperti dulu, tapi sekarang itu hanya mimpi. Kini yang bisa Maya lakukan hanya bisa memandangi Made dengan rasa kagum dan jantung berdebar.

"Mas Pram.. aku ingin merasakan pelukanmu seperti dulu. Aku rindu kehangatan yang selalu kau berikan untukku. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku tak ingin bulan madu ke Bali jika itu hanya akan membuat kamu jauh dariku," sesal hati Maya.

Maya memperhatikan, Made bekerja dengan cekatan dan ramah. Para pelanggan menyukainya.

Maya terus mengamatinya, mencari tanda-tanda yang bisa membuktikan bahwa Made adalah Pram. Namun, nihil. Made benar-benar tidak menunjukkan tanda-tanda mengenalinya.

Bahkan, Made tidak ingat sedikitpun tentang Maya istrinya, atau Riko, anak semata wayang mereka.

"Mas Made, apa anda ingat sama anak bernama Riko? atau mungkin anda dulu pernah kenal dengan saya? Coba ingat-ingat." Maya kembali berusaha, berharap Made akan mengingatnya.

Namun Made menggeleng, " Maaf bu, aku gak tahu anak bernama Riko. Aku juga belum pernah bertemu dengan Ibu," jawab Made, datar.

Maya semakin sedih. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus menyerah dan melupakan Pram? atau ia harus terus berusaha mencari tahu kebenaran?

Suatu sore, saat kafe sedang sepi, Maya memberanikan diri bertanya pada Made tentang masa lalunya. "Made, apa kamu pernah mengalami kecelakaan atau kejadian aneh yang membuatmu hilang ingatan?"

Made mengerutkan kening. "Kenapa Ibu Maya bertanya seperti itu? aku tidak pernah mengalami apa pun. Aku selalu hidup di Bali sampai akhirnya aku memutuskan untuk merantau ke sini. Yang aku ingat, aku memang pernah mengalami luka bakar. Namun, aku sendiri gak tahu penyebabnya apa."

"Luka bakar?.. Apa kamu tak tahu sama sekali penyebabnya? Kamu gak ingat?.. " Maya merasa ada sedikit harapan mendengar kata luka bakar, ia berharap itu luka bakar akibat ledakan mobil.

Made menggelengkan kepala, "Aku gak ingat itu luka bakar karena apa. Yang aku ingat, aku sudah berada di jurang. Hanya itu."

"Jurang? Aku yakin, itu Pram!" pekik suara hati Maya, ia sangat senang karena mendapat secercah harapan.

Maya akan berusaha mencari cara agar Made sembuh dari amnesianya dan kembali menjadi Pram. Pram yang sangat mencintainya. Ia ingin keluarga mereka utuh dan bersatu kembali.

Malam itu, Maya tak bisa tidur. Ia terus memikirkan Pram, Made, dan Pram's Hill. Ia merasa ada teka-teki besar yang harus ia pecahkan.

Keesokan harinya, Maya memutuskan untuk menemui bu Ratna. Ia tahu, bu Ratna tidak menyukainya. Namun, ia berharap bu Ratna bisa membantunya mencari tahu kebenaran tentang Pram.

Dengan langkah berat, Maya menuju rumah bu Ratna. Ia mengetuk pintu dan menunggu dengan cemas.

Bu Ratna membuka pintu dengan wajah masam. "Ada apa kamu datang ke sini? Belum puas kamu menyakiti anakku?"

Maya menelan ludah. "Bu, saya tahu ini sulit dipercaya. Tapi saya yakin, Pram masih hidup."

Bu Ratna tertawa sinis. "Omong kosong! Pram sudah meninggal lima tahun lalu. Jangan pernah sebut namanya lagi di rumah ini!"

"Tapi, Bu... saya bertemu dengan seorang pria bernama Made. Dia sangat mirip dengan Pram. Sekarang dia bekerja di Pram's Hill, kafe milik saya."

Bu Ratna terdiam sejenak. Kemudian, ia menatap Maya dengan tatapan licik. "Pram masih hidup? Dan dia bekerja di kafemu? Ini kesempatan bagus untukku."

Maya terkejut. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud Bu Ratna.

"Kamu tenang saja. Biar aku yang urus Made. Aku akan membuat ingatan Pram kembali, dan dia akan menyingkirkan kamu dari hidupnya," kata Bu Ratna dengan nada mengancam.

Maya mundur ketakutan. Ia tahu, Bu Ratna tidak akan segan melakukan apa pun untuk menyingkirkannya.

Sejak saat itu, Bu Ratna mulai mendekati Made. Ia sering datang ke Pram's Hill, memesan kopi, dan mengajak Made berbicara.

Ia menceritakan tentang siapa Pram kepada Made, tentang masa kecilnya, tentang kenangan-kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama.

"Oh, begitu ya Bu?.." Hanya kalimat itu yang biasa Made ucapkan jika bu Ratna mengajaknya bicara, untuk mengembalikan ingatannya.

Made mendengarkan cerita-cerita itu dengan penuh minat. Ia merasa ada sesuatu yang beresonansi dalam dirinya. Ia merasa seperti pernah mengalami semua itu, namun ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Pram, namamu Pram! bukan Made. Aku ini ibumu. Kamu harus berhati-hati sama bos mu itu, dia orang licik!" Bu Ratna mulai mencuci otak Made.

"Maksud anda, bu Maya?.. Dia orang licik?" tanya Pram. Wajahnya bingung, ia sama sekali tak percaya dengan apa yang dituduhkan Bu Ratna pada Maya, bos-nya.

"Maaf, Bu. Setahu saya, dia orang baik." Made bersikukuh dengan pendiriannya. Ia orang yang tidak mudah percaya omongan orang.

"Hahah.. Kamu ini orang polos. Dia pernah membuatmu celaka dan masuk jurang hingga kamu lupa ingatan. Dan sebenarnya, kamu ini orang kaya. Ia ingin menguasai hartamu hingga tega mencelakai kamu!" kembali Bu Ratna membuat cerita untuk menghasut Made.

"Tapi, saya belum pulih Bu.. Ingatan saya tentang masa lalu saya sangat blank. Jadi, saya belum bisa berprasangka buruk sama Bu Maya." Kembali Made menjawab dengan kalimat yang membuat Bu Ratna kesal.

"Duh, ini anak! Kenapa sih dia baik amat jadi orang! Gak ada mirip-miripnya sifatnya dari aku atau papanya! Apa sebenarnya dia anakku atau bukan sih!.." pikir Bu Ratna, makin kesal.

Untuk sesaat Bu Ratna terdiam, ia teringat kembali kenangan masa lalu ketika dirinya melahirkan 35 tahun yang lalu..

Ada misteri apa dibalik kenangan masa lalu Bu Ratna?.. Simak terus ceritanya di episode berikutnya..

1
Tie's_74
Walaupun karyaku ini ada beberapa adegan dewasanya, tapi ada pelajaran kehidupan yang bisa diambil, kalau dalam hidup ini kita jangan menilai orang dari luarnya saja. Bisa jadi orang yang kita pandang rendah, ternyata dia mempunyai kemampuan diatas kita. Selain itu pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini, kita jangan cepat menyerah dengan keadaan, dan harus selalu semangat.. Yakinlah kalau dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Ok gess, selalu semangat ya.. 🥰🤗
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!