Winda Happy Azhari, seorang penulis novel yang memakai nama pena Happy terjerumus masuk bertransmigrasi ke dalam novel yang dia tulis sendiri. Di sana, dia menjadi tokoh antagonis atau penjahat dalam novel nya yang ditakdirkan mati di tangan pengawal pribadinya.
Tak mampu lepas dari kehidupan barunya, Happy hanya bisa menerimanya dan memutuskan untuk mengubah takdir yang telah dia tulis dalam novelnya itu dengan harapan dia tidak akan dibunuh oleh pengawal pribadinya. Tak peduli jika hidupnya menjadi sulit atau berantakan, selama ia masih hidup, dia akan berusaha melewatinya agar bisa kembali ke dunianya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbelanja
Elizabeth mencoba mengabaikan Pangeran Lewis, tetapi pria itu terus muncul di hadapannya, membuatnya semakin merajuk. Elizabeth ingin bersembunyi di kamarnya.
'Kenapa dia begitu tampan!' ucap Elizabeth dalam hati.
"Lewis," gumam Elizabeth hampir tak terdengar, tetapi Pangeran Lewis mendengarnya.
Pangeran Lewis menyeringai lebar. Dia meraih tangan Elizabeth dan menyeretnya ke salah satu kios makanan. Elizabeth mencoba menepis tangan Pangeran Lewis, tetapi dia memegangnya erat-erat.
Elizabeth hanya bisa mendesah karena tak bisa melepaskan dirinya dari pegangan tangan Pangeran Lewis. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke sebuah kios makanan.
Kios itu menjual sate daging panggang. Aroma lezatnya menusuk hidung Elizabeth dan membuat mulutnya berair. Sudah lama sekali dia tidak makan makanan ini. Dia menunjuk satu dan bertanya kepada penjual di kios.
"Maaf Pak, ini berapa?" Tanya Elizabeth antusias.
"Hanya 5 keping koin tembaga!" Kata pria itu riang.
Sistem keuangan di dunia novel ini mudah. 50 koin tembaga sama dengan 1 koin perak. 100 koin perak sama dengan 1 koin emas. Sistemnya mudah karena Elizabeth tidak tahu cara lain untuk membuat sistem keuangan, jadi ini adalah cara termudah baginya untuk menuliskannya.
"Aku mau tiga," kata Elizabeth sambil mengambil 15 koin tembaga dari dalam kantung uangnya.
Dia hendak menyerahkan uang itu ketika Pangeran Lewis menghalanginya dan membayar.
Pria itu tersenyum lebar, "Terima kasih, Yang Mulia Pangeran! Silakan datang lagi!"
"Saya bisa bayar sendiri," kata Elizabeth sambil mengambil tusuk daging dari penjual.
"Aku lah prianya dalam hubungan ini," kata Pangeran Lewis dengan angkuh.
Elizabet mengangkat sebelah alisnya, "Hubungan apa?" Ucapnya.
Pangeran Lewis melemparkan tanda perdamaian padanya dan mengedipkan mata, "Manis sekali. Bisakah kau setidaknya memberiku sedikit perasaan?" Ucap Pangeran Lewis.
'Perasaan? Bagaimana aku bisa memberinya perasaan ketika aku berusaha untuk menghindarinya?' ucap Elizabeth dalam hati.
Elizabeth bersumpah dia tidak menulis ceritanya seperti ini. Dia lalu berdeham.
"Intinya, jangan bayar barang-barang yang ingin saya beli. Saya bisa bayar sendiri." Ucap Elizabeth.
Meskipun begitu, setiap kali dia ingin membayar, pria itu akan memblokirnya dan segera membayar, tidak membiarkannya membayar apa pun.
Elizabeth mengerutkan kening, dia benci ketika seseorang mencoba membayar barang-barang belanjaannya padahal dia sudah bilang tidak perlu.
"Sudah saya katakan, berhenti bayar!" Kata Elizabeth dengan marah sambil menggigit permen kapas yang dibeli Pangeran Lewis lagi dengan uangnya.
"Tapi bukankah kau sendiri yang bilang aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian?" Balas Pangeran Lewis, membuat Elizabeth menelan ludahnya.
"Bagaimana Anda tahu bahwa..."
Pangeran Lewis tersenyum lebar, mengetuk jarinya di dagunya sambil berpikir sejenak sebelum menjawabnya.
"Aku punya caraku sendiri," ucapnya.
'Cih, pasti itu Isabella.' Elizabeth bergumam kesal pada wanita ular itu.
Dia melambaikan tangannya.
"Saya hanya mengatakan itu untuk membuat mereka kesal." Ucap Elizabeth pada Pangeran Lewis.
"Eeh jadi menurutmu itu tidak indah?" Ucap Pangeran Lewis.
"Tutup mulutmu, kalau tidak aku akan melakukannya." Ucap Elizabeth kesal.
"Berani sekali. Apa karena aku membiarkanmu memanggil namaku, kau bersikap seperti ini?" Ucap Pangeran Lewis.
"Aku sakit kepala gara-gara kamu." Balas Elizabeth.
"Sekarang kamu tahu bagaimana perasaanku sebelumnya," ucap Pangeran Lewis seraya mengedipkan mata.
Elizabeth mendesah kesal.
"Aku sudah belajar dari kesalahanku, jadi aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengganggumu, tetapi kau malah menggangguku." Ucap Elizabeth.
Pada titik ini, Elizabeth sudah tidak peduli lagi bagaimana dia berbicara dengannya.
'Siapa peduli kalau dia pemeran utama pria yang aku manjakan dan cintai, pria ini iblis!' umpat Elizabeth dalam hati.
Pangeran Lewis tertawa.
"Aku tahu dan itulah mengapa aku mengganggumu sekarang." Ucap Pangeran Lewis.
Elizabeth tidak membalas dan malah terus mencari-cari makanan di sekitar festival. Tangannya sudah penuh dengan berbagai jenis makanan, tetapi dia terus membeli lebih banyak lagi.
Pangeran Lewis memperhatikan hal itu dan memutuskan untuk membantunya memegang sebagian besar makanan yang dibelinya.
"Oh..terima kasih." Elizabeth berterima kasih sebelum mengalihkan perhatiannya ke beberapa permen yang dijual di sebuah kios.
"Kenapa kamu beli banyak sekali makanan, bagaimana kalau tidak bisa habis?" Tanya Pangeran Lewis sambil menggeleng-gelengkan kepala saat melihat perempuan itu membeli permen.
Lalu, dia segera membayarnya lagi.
"Ini untuk keluargaku di rumah nanti," kata Elizabeth sambil menggerutu karena penjual itu mengabaikan uangnya dan memilih Pangeran Lewis.
"Oh, pelayanmu tidak bersamamu hari ini."
Pangeran Lewis akhirnya sadar, sambil melirik ke sekeliling mereka.
"Dia sedang sibuk di rumah karena ada seseorang yang tiba-tiba datang berkunjung," Elizabeth melirik Pangeran Lewis yang hanya menyeringai.
Mereka tinggal di festival hingga sore hari. Pangeran Lewis harus melakukan sesuatu sehingga dia harus kembali ke istana. Hal ini membawa kebahagiaan bagi Elizabeth karena dia akhirnya bebas dari Pangeran Lewis. Mereka kembali ke kediaman Elizabeth dengan kereta kuda yang sama, membawa semua makanan yang telah dibelinya.
Setelah menghitung total uang yang dihabiskan untuk makanan itu, Elizabeth menggeledah dompet kecilnya dan mengambil jumlah persisnya.
"Pangeran Lewis," dia memanggil namanya, menarik perhatiannya.
Elizabeth mengulurkan tangan tanpa sepatah kata pun. Dia menatapnya sebelum meniru gerakannya. Dia tersenyum dan memasukkan jumlah yang sama persis ke tangan Pangeran Lewis.
Pangeran Lewis menatap tangannya yang kini penuh uang.
"Ambillah." Ucap Elizabeth.
"Aku sudah bilang tidak apa-apa," balas Pangeran Lewis.
"Saya tak suka kalau orang lain membayar untuk saya, padahal saya bisa membayar sendiri," balas Elizabeth sambil melipat kedua tangannya di dada.
Pangeran Lewis tertawa terbahak-bahak sebelum menyerah dan menyimpan uang itu.
"Lain kali, biar aku yang bayar," kata Pangeran Lewis dengan senyum cerah di wajahnya.
'Senyumnya bagaikan dewa.'
Elizabeth tak kuasa menahan diri untuk berpikir begitu.
'Ah, aku benar-benar membuat pemeran utama priaku ini terlalu tampan.' pikir Elizabeth lagi.
"Senang sekali menghabiskan waktu bersamamu, Elizabeth. Ayo kita lakukan lagi!" Seru Pangeran Lewis sambil turun dari kereta kuda begitu mereka tiba di kediaman Elizabeth.
"Saya tidak pernah mengizinkan Anda memanggil nama saya seperti itu," gerutu Elizabeth, tetapi Pangeran tidak menghiraukannya.
"Tapi aku mengizinkanmu memanggil namaku. Dan berhentilah bicara terlalu sopan padaku. Kau bisa bicara padaku seperti seorang teman." Ucap Pangeran Lewis.
Pangeran Lewis lalu melambaikan tangan kepada Elizabeth sebelum menghilang ke dalam kereta kudanya yang semakin menjauh. Elizabeth menghela napas lega. Dia senang bisa kembali ke rumah.
Dia menatap semua makanan yang dibelinya dari festival. Dia hampir tidak bisa melihat ke mana dia berjalan karena banyaknya makanan yang dia beli.
Elizabeth melangkah beberapa langkah sebelum dia bisa melihat bagian depan lagi karena seseorang datang menolongnya memegangi kantong makanan belanjaannya itu.
Melihat siapa yang telah menolongnya, Elizabeth tak kuasa menahan senyum hingga matanya membentuk bulan sabit.
"Alex!" Serunya.
Bersambung...