NovelToon NovelToon
Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:415
Nilai: 5
Nama Author: Rindi Tati

Di tengah derasnya hujan di sebuah taman kota, Alana berteduh di bawah sebuah gazebo tua. Hujan bukanlah hal yang asing baginya—setiap tetesnya seolah membawa kenangan akan masa lalunya yang pahit. Namun, hari itu, hujan membawa seseorang yang tak terduga.

Arka, pria dengan senyum hangat dan mata yang teduh, kebetulan berteduh di tempat yang sama. Percakapan ringan di antara derai hujan perlahan membuka kisah hidup mereka. Nayla yang masih terjebak dalam bayang-bayang cinta lamanya, dan Arka yang ternyata juga menyimpan luka hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindi Tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 29

Halaman 29

Di Antara Janji dan Rindu

Pagi itu, langit kembali kelabu. Hujan turun sejak subuh, membasahi kota kecil tempat Nayla tinggal. Ia duduk di teras rumah sambil menyeruput teh hangat, memandangi jalanan yang sepi. Aroma tanah basah bercampur dengan semilir angin dingin membuat pikirannya semakin kalut.

Di pangkuannya tergeletak sebuah undangan kecil berwarna putih dengan pita biru di ujungnya. Itu adalah undangan pernikahan salah satu sahabat lamanya. Melihat nama mempelai, Nayla tersenyum getir. Sahabatnya itu pernah sering curhat tentang sulitnya mencari pasangan, dan kini ia sudah menemukan pelabuhan hatinya.

Nayla menatap undangan itu lama, lalu berbisik pelan, “Kapan giliranku, Ka?”

Siang harinya, ia pergi ke sanggar. Anak-anak sudah menunggu dengan wajah ceria, membawa payung berwarna-warni meski hujan masih mengguyur. Melihat semangat mereka, hati Nayla sedikit terhibur.

“Bu Guru, kapan kita pentas lagi?” tanya seorang anak dengan polos.

Nayla tersenyum sambil mengusap kepala bocah itu. “Nanti kalau sudah siap, kita buat pertunjukan lagi ya. Kali ini lebih besar, lebih meriah.”

Tawa anak-anak pecah, memenuhi ruangan sederhana itu. Bagi Nayla, mereka adalah alasan kuat untuk bertahan, alasan untuk tetap tersenyum meski hatinya sering teriris sepi.

Namun saat semua pulang dan sanggar kembali sepi, ia duduk sendiri di tengah ruangan, menatap panggung kecil yang dulu dipakai pentas. Bayangan wajah Arka muncul lagi. Ia membayangkan bagaimana indahnya jika Arka bisa duduk di kursi depan, mendukungnya dari awal.

Air matanya kembali jatuh tanpa bisa ia cegah. “Kenapa harus serumit ini, Ka?” gumamnya lirih.

Di Jakarta, Arka juga sedang berada di persimpangan. Malam itu ia duduk bersama rekan kerjanya di sebuah kafe modern setelah lembur. Suasana ramai, penuh gelak tawa, tapi Arka hanya diam, tenggelam dalam pikirannya.

“Ka, lo kenapa? Dari tadi bengong mulu,” tanya seorang teman.

Arka menghela napas panjang. “Gue lagi mikirin Nayla.”

Temannya mengangguk pelan. “Cewek lo yang di kota itu, ya? Lo jarang banget cerita detail, tapi kelihatan banget lo sayang sama dia.”

Arka menatap meja kosong. “Gue sayang banget. Tapi gue takut dia capek nungguin gue. Gue pengen bahagiain dia, tapi kerjaan gue juga nggak bisa ditinggal.”

Temannya menepuk bahunya. “Cinta itu nggak cukup cuma sayang, Ka. Lo harus bisa hadir. Cewek butuh bukti nyata, bukan janji. Kalau nggak, lama-lama dia bakal pergi, meski masih sayang.”

Kata-kata itu menghantam Arka keras. Ia tahu itu benar, tapi entah bagaimana harus melakukannya.

Beberapa hari kemudian, Nayla menerima kabar bahwa Arka tidak bisa pulang minggu itu karena proyek baru di kantor. Padahal, ia sudah berharap Arka bisa hadir menemani dirinya menghadiri pernikahan sahabatnya.

“Kenapa selalu ada alasan, Ka?” tulis Nayla dalam pesan singkat yang tidak pernah ia kirim. Ia hanya menatap layar ponsel lama, lalu menghapus tulisannya.

Di hari pernikahan itu, Nayla datang sendiri. Mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda, ia terlihat anggun. Banyak teman lama yang datang bersama pasangan mereka. Senyum-senyum kecil terlontar, beberapa bertanya, “Nayla, kamu nggak bawa pasangan?”

Nayla hanya tersenyum hambar. “Nggak, dia lagi sibuk kerja.”

Namun setiap kali musik romantis diputar dan pasangan-pasangan itu saling bergandengan tangan, hatinya terasa semakin hampa. Ia berdiri di sudut ruangan, memandangi keramaian dengan mata kosong.

Seandainya Arka ada di sini, pasti berbeda… pikirnya.

Sementara itu, di apartemen, Arka menatap ponselnya berkali-kali. Ia tahu hari itu sahabat Nayla menikah. Ia ingin sekali menelepon, ingin sekali bilang, “Aku di jalan, aku nyusul.” Tapi ia tidak bisa. Kantor menahannya dengan setumpuk laporan yang harus selesai malam itu juga.

Ia menunduk, merasa hampa. “Aku gagal lagi, Nay…” gumamnya.

Malamnya, Nayla duduk di kamarnya dengan wajah letih. Ia membuka buku hariannya lagi. Tulisannya kali ini penuh keraguan:

“Aku mencintainya, tapi aku juga mencintai diriku sendiri. Sampai kapan aku harus memilih di antara keduanya? Aku takut kalau aku terus bertahan, aku akan kehilangan diriku. Tapi kalau aku pergi, aku takut aku akan kehilangan dia selamanya.”

Air matanya kembali mengalir. Ia menutup buku itu dan menatap jendela yang masih dipenuhi sisa hujan. “Tuhan, tunjukkan jalan…”

Malam itu juga, Arka akhirnya memberanikan diri menelepon. Suaranya pelan, penuh penyesalan.

“Nay…”

Nayla terdiam lama sebelum menjawab. “Iya, Ka.”

“Aku minta maaf, aku nggak bisa ada di sana tadi. Aku tahu kamu kecewa, tapi percayalah, aku nggak pernah main-main sama kamu.”

Nayla menghela napas panjang. “Aku percaya kamu sayang sama aku, Ka. Tapi aku capek nunggu. Aku capek berharap.”

Hening panjang mengikuti. Hanya suara hujan di seberang yang terdengar samar.

“Apa kamu… mau nyerah, Nay?” tanya Arka dengan suara bergetar.

Air mata Nayla jatuh deras. “Aku nggak tahu, Ka. Aku bener-bener nggak tahu…”

Percakapan itu menggantung tanpa jawaban pasti. Namun di hati keduanya, ada ketakutan besar yang sama: kehilangan.

Di luar, hujan kembali turun deras, seolah menjadi saksi bisu cinta yang terombang-ambing di antara janji dan rindu.

Nayla menatap hujan itu lama, lalu menutup matanya. “Cinta di bawah hujan… indah sekaligus menyakitkan. Sampai kapan aku sanggup bertahan?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!