NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:389
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Setelah kegiatan makan siang, mereka semua kembali lagi ke kantor karena harus kembali bekerja. Pak Tono sudah menunggu di dalam mobil karena supir kantor itu tadi keluar dari dalam restoran terlebih dulu, kini Dimas sedang berjalan untuk keluar dari dalam restoran dan diikuti oleh sang sekretaris dan Dewa di belakangnya.

“Eh!” Velove memekik kaget ketika dirinya hendak terjatuh karena heelsnya yang tidak terlalu tinggi itu menginjak permukaan yang tidak rata saat mereka hendak menuju ke mobil.

Untungnya saja Dewa yang ada di sebelah perempuan itu segera bergerak cepat menahan tubuh Velove yang hendak terjatuh. “Hati-hati, Vel.” Ucap Dewa seraya membantu Velove untuk kembali berdiri dengan normal.

“Eh maaf Mas, makasih ya.”

Tentu saja apa yang sedang dilakukan oleh dua orang karyawannya itu dilihat oleh Dimas, karena begitu mendengar suara pekikan sang sekretaris, Dimas langsung menoleh ke belakang dan mendapati tubuh Velove yang sedang ditahan oleh Dewa.

Jika adegan saat ini seperti di sebuah film animasi, pasti di atas kepala Dimas sudah keluar bara api karena terbakar rasa cemburu, eh tapi tunggu—kenapa Dimas harus cemburu? Mereka kan tidak ada hubungan apa-apa.

Dimas memilih untuk segera masuk ke dalam mobil daripada dirinya meledak di sana melihat interaksi antara Velove dan juga Dewa. Tidak lama dari itu kedua karyawannya juga ikut menyusul ke dalam mobil.

Pak Tono segera melajukan mobil hitam tersebut menuju kantor, Velove yang kini sedang duduk di sebelah Dimas sempat melirik sebentar ke arah sang atasan yang kini tengah menatap ke luar jendela.

Karena jarak restoran tadi tidak terlalu jauh dari kantor, tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di kantor. Dimas segera keluar dari mobil tersebut dan menutup pintunya dengan sentakan yang kuat hingga membuat Velove, Dewa dan juga Pak Tono yang masih ada di dalam mobil itu tersentak.

“Pak Dimas kenapa Vel?” Tanya Dewa seraya melepaskan sabuk pengamannya.

Velove lantas menggelengkan kepalanya. “Nggak tahu Mas, mungkin lagi banyak kerjaan aja.” Balas perempuan itu yang juga tidak tahu kenapa Dimas bertingkah demikian, padahal yang sedang datang bulan adalah dirinya, tapi kenapa malah Dimas yang terlihat sangat sensitif?

“Makasih ya, Pak.” Ucap Velove pada Pak Tono sebelum keluar dari dalam mobil itu.

“Iya sama-sama, Mbak.”

Setelah itu Velove dan juga Dewa keluar dari dalam sana, mata Velove sudah tidak bisa menangkap keberadaan Dimas karena sepertinya lelaki itu sudah masuk ke dalam lift terlebih dulu meninggalkan dirinya dan juga Dewa.

***

Karena waktu makan siang sudah habis, Velove kembali dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan karyawan lain. Perempuan kira siang ini keadaan kantor akan berjalan biasa-biasa saja, tapi sedari tadi dia melihat beberapa karyawan lewat di depan kubikelnya setelah kembali dari ruangan Dimas dengan wajah yang terlihat sangat kesal.

Tanpa perempuan itu tahau kalau Dimas di dalam ruangannya seperti orang kesetanan yang memarahi setiap karyawan dan mencari celah walaupun hanya ada sedikit kesalahan yang dilakukan karyawan.

Seperti contohnya Naomi yang saat ini sedang memasang muka kusut dan juga memerah karena menahan amarah di kubikelnya setelah kembali dari ruangan atasannya itu.

“Vel, bos kamu itu kemana sih?! Kenapa cuma karena aku salah ketik dikit aja dia langsung marah-marahin aku di ruangannya? Padahal tinggal suruh aku revisi doang bagian mana yang salah, dia pake segala ungkit-ungkit kerjaan aku yang lain sama kesalahan aku yang dulu-dulu, ngatain aku gak becus lah apalah.”

Teman kerja Velove itu menggerutu panjang lebar setelah dirinya baru saja kembali dari ruangan Dimas untuk mengantarkan laporan yang harus atasannya itu periksa.

“Semarah itu Nao Pak Dimas?” Velove bertanya dengan hati-hati agar tidak semakin mengacaukan suasana hati temannya itu.

“Banget! Nih ternyata dia kayak gitu bukan sama aku aja, Genta juga kena ternyata pas mau minta tanda tangan tadi.” Balas Naomi seraya menunjukan layar ponselnya yang menunjukan sebuah pesan dari Genta, teman Naomi yang berasal dari divisi pemasaran.

“Emang aku ngerasa dari pagi sikap dia udah aneh, nggak sih—cuma akhir-akhir ini kan dia udah agak mendingan, tapi sikapnya balik kayak dulu-dulu lagi.” Ucap Velove setelah dirinya melihat pesan dari Genta pada layar ponsel teman kerjanya itu.

“Iya sih bener, aku juga ngerasa sikap Pak—“

“Kalian berdua!” Suara dingin nan tajam itu menyelas ucapan Naomi dan membuat kedua perempuan itu langsung diam tidak berkutik di sana.

Sejak kapan Dimas ada di sana?

Kenapa langkah kaki lelaki itu sama sekali tidak terdengar? Apa yang ada di hadapan Velove dan Naomi saat ini benar-benar Dimas? Bukan hantu atau semacamnya.

“Velove dan kamu juga Naomi! Saya udah sering tegur kalian berdua buat jangan ngobrol terus di jam kerja, tapi kalian sama sekali nggak gubris perintah dari saya? Apa teguran aja nggak cukup buat kalian? Atau saya harus suruh Pak Candra buat kasih SP ke kalian dulu?” Lelaki itu berucap seraya bertolak pinggang di depan kubikel kedua karyawannya yang kini sedang menunduk itu.

“Ma—maaf Pak.” Velove membuka suara di tempatnya.

“Maaf-maaf terus, tapi kalian pasti bakalan ngulangin hal yang sama.” Dimas menatap tajam ke arah dua karyawan yang ada di depannya. “Angkat kepala kalian, saya ada di depan kalian, bukan di kolong meja.“

Mendengar ucapan itu keluar dari bibir sang atasan, membuat Velove dan juga Naomi segera mengangkat kepalanya seperti apa yang diperintahkan oleh Dimas.

“Kamu,” lelaki itu menunjuk pada Naomi. “Segera selesaikan berkas yang saya suruh revisi, saya tidak mau tau, bagaimanapun caranya hari ini sudah selesai.”

“B—baik, Pak.” Balas Naomi dengan patuh, walaupun sebenarnya dia ingin sekali memukul kepala Dimas saat ini juga.

“Dan kamu,” kini Dimas menunjuk ke arah Velove. “Segera ke ruangan saya dan bawa laporannya.” Ucap lelaki itu yang setelahnya langsung pergi dari sana.

Setelah kepergian sang atasan dari hadapan mereka berdua, Velove dan juga Naomi sama-sama menghela napasnya.

“Duh Nao, laporan aku belum selesai.” Ucap Velove dengan penuh rasa khawatir.

“Semangat Vel, gak apa-apa paling Pak Dimas cuma marah dikit—eh, banyak.” Balas Naomi yang malah semakin menakut-nakuti temannya itu.

Velove memilih untuk tidak langsung ke ruangan sang atasan, perempuan itu memilih untuk secepatnya mengerjakan berkas miliknya yang akan selesai sebentar lagi. Sekitar lima menit setelah Dimas pergi dari sana, intercom yang ada di meja Velove berbunyi,

Tangan perempuan itu terulur untuk mengangkatnya.

“Apa jarak ruangan saya sejauh itu dari meja kamu?!”

Belum juga Velove membuka suara, suara menusuk dari seberang sana sudah terlebih dulu membuat telingan perempuan itu berdengung.

“Maaf Pak, saya akan ke ruangan Pak Dimas sebentar lagi.”

“Tidak pakai lama!”

Setelah mengucapkan hal itu, panggilan tersebut langsung berakhir secara sepihak dan tentunya hal itu dilakukan oleh Dimas, mana berani Velove melakukan hal tersebut.

Siap tidak siap Velove beranjak dari sana dengan membawa berkas yang belum selesai sepenuhnya, tapi semoga saya Dimas tidak memeriksanya sampai akhir. Sebelum beranjak dari kubikelnya, Velove menarik napasnya dalam-dalam agar dirinya merasa lebih tenang.

Begitu sampai di depan ruangan Dimas, Velove segera mengetuk pintu tersebut sebelum masuk ke dalam sana.

“Masuk.”

Mendengar suara balasan dari dalam ruangan, perempuan itu membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan sana, lalu berjalan menuju meja kerja lelaki itu.

“Ck, lama sekali.” Suara Dimas itu terdengar sangat jelas di dalam ruangan yang sunyi tersebut.

“Maaf Pak, ini berkasnya.” Ucap Velove seraya menyerahkan berkas yang dia bawa pada sang atasan.

Dimas langsung memeriksa berkas tersebut. Di tempatnya, Velove terus meramalkan doa-doa agar atasannya itu tidak menemukan kesalahan apapun di sana, walaupun Velove tidak bisa berharap banyak karena memang berkas itu belum dia selesaikan di bagian akhir, tapi semoga saja Dimas tidak memeriksa sampai lembar terakhir.

“Apa-apaan ini Velove?!” Lelaki itu berucap seraya melempar kasar berkas tersebut ke atas meja. “Berkas belum selesai tapi sudah kamu bawa ke sini?!” Suara Dimas meninggi seraya menatap ke arah sang sekretaris.

“Bagian akhir tadinya mau saya selesaiin Pak, tapi karena Bapak udah telepon saya buat cepet-cepet ke sini, jadi saya langsung ke sini tadi.”

“Jadi maksud kamu ini semua salah saya?”

Mendengar pertanyaan itu, Velove langsung menggelengkan kepalanya. “Bukan Pak, ini sepenuhnya salah saya karena tidak bisa bekerja dengan cepat.”

“Kamu ini terlalu lamban dan terlalu santai! Jangan karena belakangan ini tinggal bersama saya, kamu bisa jadi seenaknya kayak gini!”

Padahal Velove sama sekali tidak menganggap enteng pekerjaannya karena dia saat ini tinggal bersama dengan sang atasan, tapi kenapa Dimas bisa sampai berpikir seperti itu?

“Saya mengakui kalau saya memang salah Pak, saya sama sekali tidak ada niatan untuk mengambil keuntungan dalam urusan pekerjaan karena saya bisa tinggal bersama dengan Pak Dimas, saya benar-benar minta maaf karena belum bisa bekerja dengan cepat sesuai kemauan Bapak, saya minta maaf.” Velove mengucapkan permohonan maaf itu secara panjang lebar.

Dia benar-benar tidak memiliki niatan untuk memanfaatkan situasi antara dirinya dan Dimas selama ini. Sebenarnya Velove sedikit merasa kecewa karena dia tidak menyangka Dimas akan berpikiran seperti itu padanya.

“Ck, saya bosen dengar kata maaf dari kamu. Ambil lagi berkas ini, sore nanti harus sudah selesai dan ada di meja saya.”

“Baik, Pak.” Velove berucap seraya mengambil kembali berkas miliknya yang tadi sempat dilempar dengan kasar oleh ke atas meja. “Kalau begitu saya permisi, Pak.” Perempuan itu membungkukkan sedikit tubuhnya sebelum keluar dari dalam ruangan yang mencekam itu.

Punggung perempuan itu mulai menghilang di balik pintu, Dimas menghela napasnya kasar dan berusaha untuk mengendorkan dasinya yang terasa sesak. Entah kenapa hari ini dia menjadi sangat mudah untuk tersulut amarah.

Sedangkan di tempat lain, Naomi menatap penuh rasa penasaran pada Velove yang baru saja kembali dari ruangan Dimas. “Gimana Vel, aman?”

Dengan lesu perempuan itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Berbeda dengan Naomi yang tadi merasa kesal saat kembali dari ruangan Dimas, Velove justru merasa kecewa dan malas untuk berkata sepatah katapun.

____________________________________________

Ini Dimas klo ada yang siram pake bensin pasti udah bikin satu kantor kebakaran wkwkwkkwk

Kemarin yang minta bikin Dimas cemburu udah lunas ya.

Aku minta maaf karena akhir-akhir ini updatenya dikit karena aku sibuk kuliah dan lagi UTS, tadinya aku mau libur update dulu, tapi karena liat komenan kalian di tiap aku update bab, aku usahain buat tiap hari update.

Dan soal cover yang gak nyambung sama judul bab, aku udah pernah jawab komenan orang entah itu di bab berapa aku lupa, judul awalnya emang sama kyk di cover, yang dari awal baca pasti udah tau, tapi judul itu aku ganti karena kena pelanggaran dan covernya belum sempet aku ganti karena harus edit ulang lewat apk editing.

Kalian juga pasti ada yang tau kalo ada beberapa buku dengan judul serupa yang tiba-tiba ganti judul, karena kemaren2 emang banyak yang kena pelanggaran.

Udah yaa jangan ributin soal cover dan judul lagi, mending kasih ulasan buat bukunya biar aku makin semangat update hhehhehe, makasih banyak yang udah selalu setia baca buku ini tiap updateannya!!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!