Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.
Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.
Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.
Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.
Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.
Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?
Mari ikuti kisahnya..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ide Baru
Entah memang keberuntungan, atau Tuhan merestui niat baik kelima keluarga itu. Karena tidak ada kata kebetulan dalam pencapaian sesuatu hal.
Satu ekor harimau dan beruang, dua rusa, dua babi, dua belas kelinci dan lima belas burung pegar. Didapat tujuh orang pria berbeda generasi, dari kedalaman hutan pegunungan Ganxi.
Sarang madu dienam titik lokasi yang beratnya mencapai empat puluh kilo gram, juga mereka temukan.
Belum lagi buah-buahan, sayuran, jamur, herbal, kacang-kacangan, memenuhi keranjang besar yang ada digendongan.
Sebelum pulang ketujuh lelaki itu membersihkan dua ekor babi dan satu ekor rusa, serta burung pegar dan kelinci disungai dalam hutan.
Setelah menaruh semua keranjang dan mengasapi daging, Jang Bing, Jang Lei, Bai Fang, Wang Chun dan Mu Jiao pergi kekota membawa seekor harimau, beruang dan rusa.
Tujuan mereka rumah tuan kota Zhang, Adipati Chen dan saudagar Tang.
Tapi baru sampai dikediaman Adipati Harimau dan rusa sudah laku dibeli, sedangkan beruang dipinang tuan kota Zhang.
105 koin emas mereka dapatkan.
Lagi, entah memang keberuntungan tapi yang pasti bukan sebuah kebetulan. Jalan mereka kembali dipermudah oleh Tuhan.
Dua bangunan disebelah toko herbal Wang Chun dan tiga pintu lagi diseberangnya, terpasang plang dijual atau disewakan.
Mereka pun langsung menyambangi pemilik toko-toko itu.
Proses negosiasi terjadi dan akhirnya kelima bangunan dibeli dan setiap orangnya mendapat hak satu bangunan dengan akta kepemilikan atas nama mereka.
Wang Chun memilih bangunan yang berdempetan dnegan tokonya. Sementara Jang Bing sebelahnya lagi.
Jang Lei, Bai Fang dan Mu Jiao masing-masing satu toko yang diseberang.
Lima bangunan yang luasnya dua ratus lima puluh meter, mereka beli dengan menghabiskan 20 koin emas per toko.
Sisa lima koin emas dari hasil penjualan hewan.
Setelahnya mereka pergi kepengerajin, membeli susu serta kedelai, lalu pulang kerumah untuk mengumpulkan bahan pembuat keranjang dan pembungkus makanan.
Mereka juga berniat mengumpulkan batu serta tanah liat untuk membuat oven, tungku pemanggang dan kuali.
Esok hari para lelaki akan mengurus perizinan sekaligus berbelanja bahan renovasi bangunan dan pangan.
Sementara para wanita, sejak pagi juga sudah sibuk membuat bermacam selai, ragi, mengeringkan dan menggiling bumbu, membuat saus tomat dan cabai, cuka asam, juga memasak.
Ketika para lelaki pulang berburu, makan siang bersama dilakukan. Setelahnya membersihkan sayuran, buah dan kacang-kacangan, sembari mengurus daging yang diasapi.
Kali ini Yin Hua membuat sosis daging babi, ayam dan rusa. Bola-bola daging babi, ayam dan ikan, Yin Hua persiapkan untuk nanti menu makan malam.
Ketika para lelaki pulang dari kota, susu dan kedelai langsung dieksekusi.
Ketika hari susah gelap pekerjaan dihentikan, guna makan malam dan membuat keranjang pembungkus sembari berbincang soal modal.
Kesepakatan, satu kepala keluarga dipinta lima belas koin emas. Semua pun langsung mengumpulkannya.
"Berarti kita harus mencari orang untuk bekerja dan menjadi koki dirumah makan." kata Mu Jiao.
"Apa boleh kalau aku menawarkan kepada keluarga dan saudara-saudaraku..?" tanya Jing Jie.
"Tentu saja boleh bibi, itu malah bagus. Jadi kita tidak perlu takut dicurangi." sahut Jang Bing dan dibenarkan oleh yang lain.
Jing Jie tersenyum senang "baik, besok aku akan meminta kepada ayah dan ibu, untuk menyampaikan kabar ini pada kerabat kami yang lain."
Perincian pengeluaran Jang Lei buat, dengan diselingi obrolan ringan sembari membuat kerajinan.
Sementara Jang Bing, Wang Chun, Bai Fang, Mu Jiao dan Bai tua, mengolah sarang madu.
"Ayah, jangan dibuang..!" seru Yin Hua, saat ampas sarang lebah akan dilempar ketempat sampah.
Semua perhatian pun teralihkan pada bocah itu. Kali ini apa lagi yang akan ia buat.
"Mau diapakan..? biar ayah membantumu." sahut Jang Bing.
"Masak semua sarang lebah itu dengan air."
Jang Bing bergerak cepat, mengikuti apa yang dikatakan sang putri tercinta.
Yin Hua mengambil benang dan kain katun kasar, lalu digunting memanjang kecil. Kemudian dua kain dan satu benang dipilin kecil dan nanti akan dijadikan sumbu.
"Kakak Heng, potongkan bambu untukku." pinta Yin Hua dan Bai Heng pun menuruti. Memotong bambu dengan ukuran yang Yin hua mau.
Satu jam lebih sarang tawon dimasak sampai meleleh habis. Setelahnya disaring untuk memisahkan kotoran dan sisa madu, lalu dituang kedalam bambu yang sudah dipasangi sumbu.
Karena sisa cairan sarang masih masih banyak, Yin Hua membuat sumbu yang lebih panjang, lalu digantung menggunakan bambu bercabang delapan.
Setelahnya sumbu-sumbu itu dicelupkan kesisa cairan sarang lebah dan dibiarkan mengering. Untuk kemudian dicelupkan lagi berulang kali, sampai menghasilkan bentuk dengan ukuran yang dimau.
Sudah menghasilkan banyak dan cairan masih ada. Yi Hua menuangkan sisanya kedalam kendi kecil yang biasa untuk lampu minyak.
"Tunggu hasilnya besok lagi, oam..!" ucap Yin Hua menguap, menghampiri sang ayah dan langsung tidur dipangkuannya.
Jang Bing terkekeh, mengusap lembut kepala sang putri untuk kemudian dipindahkan kekamar.
Orang-orang pun bubar, kembali kerumah masing-masing guna beristirahat dan kembali berkumpul seusai jam sarapan.
Para lelaki pergi kekota, sementara wanita membuat tiga macam kecap, keranjang pembungkus makanan, cuka, dua macam saus, keju dan kaldu jamur.
"Ah, semua beres. Tinggal menunggu perabotan dan renovasi." ucap Jang Lei lega sembari menghempaskan bokongnya kekursi.
"Semua persedian bumbu dan yang lain juga sudah banyak. Mungkin daging yang perlu ditambah." kata Jing Jie.
"Besok kita berburu lagi, sebelum lusa aku kembali keperbatasan." ajak Jang Lei.
"Baik paman..!"
Yin Hua, Bai Qin dan Wang Fei ikut bergabung, dengan membawa ember tembaga ditangan.
"Sebenarnya yang kau buat itu apa Hua'er..?" tanya penasaran Wang Chun.
Yin Hua tersenyum, lalu menggesekkan pemantik batu hingga menghasilkan api yang membakar sumbu.
"Ini namanya lilin...!" ucap Yin Hua tersenyum lebar.
"Woah..! Lebih terang dari lampu minyak." pekik kagum Wang Chun dan menular ke yang lain.
"Hem, baunya juga harum." ujar Su Zihan.
"Hua'er...!" seru Jang Bing dengan netra berembun.
Sedih, haru bahagia dan bangga, berkumpul menjadi satu menebar hangat dihatinya pria berusia dua puluh delapan tahun itu.
Yin Hua tersenyum, pindah kepangkuan sang ayah. "Besok kita juga bisa membuatnya dari kedelai."
"Mau menjadikan ini bisnis berikutnya..?" tanya Yu Lan berkilau membayangkan tumpukan koin perak dan emas.
Semua memutar bola mata jengah, hanya Yin Hua yang menyambutnya dengan antusias.
"Tugas ayah, kakek muda dan paman bertiga, mencari lebah yang banyak." kata Yin Hua berbinar.
Yu Lan langsung terbahak menang, dengan hidung terangkat tinggi. Keponakannya itu memang paling pengertian sekali.
Lilin pun dibagi rata, dengan seorang mendapat empat puluh batang dengan berbagai ukuran.
trusss semangat ya thorrr💪💪💪