Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Baru saja bisa bernafas lega, Mahaka sudah kembali dibuat pusing dengan pertanyaan-pertanyaan dari bibir Ariel.
"Aku hanya bertanya, kenapa kau marah-marah?" ucap Ariel yang mencoba meminta pendapat Mahaka mengenai alasan yang tepat kenapa ia pergi meninggalkan Anjani dengan tiba-tiba seperti orang diculik.
"Dasar bodoh!! hal seperti itu saja kau tidak bisa berpikir. Apa untungnya aku memberimu uang dan membiayai pengobatan ayahmu kalau begini saja tidak bisa memikirkannya sendiri!!" balas Mahaka masih dengan nada tingginya.
Mendengar itu Ariel pun mendengus kesal. Akhirnya ia memilih mengakhiri percakapan dengan Mahaka sambil menggerutu.
"Dasar ... Mahaka sinting, untung saja aku masih punya hati nurani. Kalau tidaaaakkk ... sudah kukatakan semuanya pada Anjani."
Sebenarnya alasan utama Ariel tak mengungkapkan apa yang terjadi terhadap Anjani, adalah karena ia tak mau menempatkan keluarganya dalam bahaya. Ia tahu benar bagaimana sifat Mahaka, apalagi jika itu menyangkut Anjani.
"Hahhh ... Lelah lelah lelaahhh .... " seru Ariel yang sebenarnya mulai tak tahan dengan posisinya sekarang. Sayangnya ia sungguh tak punya daya upaya untuk melawan Mahaka.
Sementara itu di lain tempat, Devan tengah marah besar setelah mendengar curahan hati Amelia.
"Semudah itu kau mempercayai Mahaka dan tak lagi melawannya?!" seru Devan di depan wajah Amelia.
"Tapi dia mengatakan akan kembali mengirimiku uang."
Amelia mencoba membela diri, tapi yang ada Devan justru semakin marah.
"Uang uang uang terus yang kau pikirkan!! Apa dia sudah mentransfer uangnya?!"
"Be_belum," jawab Amelia terbata-bata, membuat Devan mencengkeram kedua bahunya lalu mengguncangnya beberapa kali.
"Sadarlah Amelia!! Orang yang kau hadapi adalah Mahaka Wiratama. Dia tak hanya pintar tapi juga penuh taktik. Apa kau masih tidak percaya?!"
Kali ini Amelia benar-benar tak berani menjawab. Ia justru menundukkan kepala.
Devan yang sudah dilanda emosi akhirnya kembali menguliti kebodohan Amelia.
"Sekarang katakan padaku! sekian tahun kau bersamanya, apa kau memiliki bukti kalau kalian menjalin sebuah hubungan?!"
Ditanya seperti itu Amelia semakin tak berkutik. Kata-kata Devan memang benar. Mahaka bahkan hampir tak pernah mengirim pesan padanya. Ia seringkali menelepon. Ungkapan-ungkapan mesra selalu Mahaka lontarkan saat mereka bertemu atau sedang berkomunikasi lewat telepon. Nomor yang digunakan pun hanyalah nomor khusus untuk mereka berdua saja.
Termasuk transaksi yang masuk ke rekening Amelia. Tak ada satupun yang masuk dari rekening pribadi Mahaka Wiratama. Jika tidak memberikan secara cash, pria itu akan mentransfernya menggunakan rekening khusus yang sudah pasti bukan atas namanya sendiri.
Besar kemungkinan Mahaka membayar seseorang untuk pembukaan rekening itu. Lebih parahnya lagi, ternyata apartemen yang selalu Amelia bangga-banggakan masih atas nama Mahaka.
Jika ditanya, jawaban Mahaka selalu sama. Semuanya dia lakukan untuk menghindari kecurigaan keluarganya. Lagipula urusan apartemen tak membutuhkan uang yang sedikit. Cukup beresiko kalau ia harus mencairkan uang cash sebanyak itu.
Meski sudah sangat berhati-hati nyatanya sang ayah akhirnya mengetahui perihal apartemen itu termasuk siapa wanita yang tinggal di dalamnya dan semuanya terungkap justru dari mulut orang yang selama ini sangat Mahaka percaya yaitu Devan.
Sampai detik ini Mahaka masih tak menyangka kalau Devan ternyata menyukai istrinya. Wanita yang selama ini cukup sering menjadi topik bincang hangat mereka.
"Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?" lirih Amelia yang sebenarnya sudah sangat putus asa setelah mendengar semuanya, terutama soal apartemen yang memang mereka sepakati atas nama Mahaka.
"Jika kau benar-benar ingin memiliki Mahaka dan seluruh uangnya maka lakukan semua instruksi dariku! Ingat, mulai besok aku akan berangkat ke Kanada jadi lakukan semua saranku dengan benar kalau kau tak mau menyesal!!",
"Iya aku tahu. Ngomong-ngomong apa kau benar-benar akan nekat menemui Anjani di sana?" tanya Amelia penasaran.
"Tentu saja, ini adalah kesempatan emas bagiku karena tak ada Mahaka di sana. Aku akan membuat Anjani benar-benar menceraikannya. Mahaka harus tahu, tidak semua hal yang ada di dunia ini bisa berjalan sesuai dengan keinginannya."
Ternyata Devan tak main-main dengan ucapannya. Ia bahkan sudah lebih dulu menghubungi Anjani melalui akun sosial medianya dan sudah mendapatkan jawaban. Setelah beberapa kali berkirim pesan akhirnya keduanya sepakat untuk bertemu.
Anjani sendiri menyetujui rencana itu karena ia merasa memang harus bicara dengan Devan jika memang benar anak dalam kandungannya adalah darah daging pria itu. Sementara Mahaka kembali dibuat marah karena ternyata Amelia menggugat dirinya di pengadilan dengan berbagai tuduhan yang baginya tidak masuk akal. Tak hanya itu, Amelia bahkan menuntut ganti rugi atas semua kesetiaannya selama ini yang sudah disia-siakan oleh Mahaka.
"Pak Mahaka, bagaimana ini pak? ternyata wanita simpanan anda berani menggugat, itu artinya dia tidak bohong kalau selama ini sudah berhubungan sangat jauh dengan anda?!"
"Bagaimana dengan Anjani? apa dia masih mau menerima anda sebagai suaminya?!"
"Tak disangka ternyata selama ini kalian berdua sudah melakukan pembohongongan publik!! memalukan ... laki-laki dan perempuan sama saja. Haus uang ... haus validasi .... "
Semua kalimat-kalimat itu terlontar dari mulut wartawan yang kembali berjajar di depan rumah Mahaka. Begitu mobil yang ia tumpangi keluar dari dalam, mereka langsung menghadang dan mengajukan kalimat-kalimat yang menyesakkan dada.
Meski tak mudah, Mahaka masih bisa mengontrol emosinya. Ia tetap diam di dalam mobil sambil terus mengingatkan agar supir segera mempercepat laju kendaraan mereka. Mahaka pikir semuanya masih baik-baik saja meskipun ia tetap diam, tapi ternyata karyawan di kantornya juga mulai ingin tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Anjani.
Saat duduk di ruang rapat, Mahaka kembali menerima hujatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Maaf Pak Mahaka, sebelum proyek ini dijalankan, ada baiknya anda selesaikan dulu kegaduhan yang terjadi di luar," ucap salah seorang yang memiliki posisi cukup penting di perusahaan.
"Apa menurutmu proyek kita akan ada hubungannya dengan mulut para pemfitnah itu?" sahut Mahaka dengan tatapan dinginnya. Jika biasanya ia begitu menghormati pria bernama Bayu yang usianya seumuran dengan sang ayah itu, kali ini tidaklah terjadi. Kedua mata Mahaka bahkan menatap dingin dan tajam.
"Saya rasa, meski tidak ada hubungannya, tetap saja hal itu mempengaruhi mental anda. Bagaimana kalau di tengah-tengah pelaksanaan proyek nanti semuanya tidak maksimal karena anda tidak bisa berpikir dengan jernih," ucap orang itu lagi yang membuat Mahaka menggebrak meja di hadapannya sambil berdiri.
"Berani sekali kau bicara seperti itu!! Apa kau kira aku ini orang bodoh yang akan termakan gosip murahan?! Dengar dan camkan!! selama hubunganku dengan istriku baik-baik saja, maka apapun yang terjadi di luar bagiku bukanlah apa-apa!!" seru Mahaka lantang, tapi ternyata beberapa orang yang memang cukup dekat dengan lawan bicara Mahaka saat ini, ikut memprotes dirinya.
"Tapi kami merasa sangat terganggu dengan keaadaan ini!!" seru mereka hampir bersamaan.
"Kalau begitu keluarlah dari proyek ini, aku tidak membutuhkan orang yang tidak profesional, dan satu lagi ... kalau suatu saat nanti rumah tangga kalian sedang diuji, jangan coba-coba menampakkan wajah di perusahaan ini. Satu-satunya alasan aku tidak memecat kalian hari ini adalah karena kejujuran kalian dalam pekerjaan, jadi pertahankan itu atau kalian akan kehilangan semuanya," jawab Mahaka yang kemudian kembali fokus pada layar laptop di hadapannya.
Jika boleh jujur, sebenarnya apa yang mereka khawatirkan mengenai kekacauan pikirannya mungkin sudah benar-benar terjadi. Hati Mahaka terus cemas memikirkan Anjani, tak hanya itu, ia juga sangat merindukannya.
Malam ini setelah bergelut dengan perusahaan, Mahaka diam di rumah. Mengurung diri di dalam ruang kerja dengan meneguk minuman yang ia harapkan bisa membuatnya lupa sebentar saja pada Anjani.
Permohonannya pada sang ayah untuk bicara dengan Anjani meski hanya melalui telepon juga sama sekali tak dihiraukan.
"Aku merindukanmu Sayang .... "
Kalimat itu mengalun dengan parau dari mulut Mahaka yang dipenuhi aroma alkohol.
tadinya ku kira pelakunya Ariel atau Devan
antara Ariel atau Devan pelakunya.
aihhh cuma itu aja agak sedikit gereget Thor perjuangan Mahaka kalau terlalu cepat jadi gimana gitu sebanding lah dengan apa yg di rasa istrinya
masa ortunya maha bisa kecolongan
sih
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍