Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengontrol
Satu hari sudah berlalu, kondisi Lusiana di ruang bawah tanah masih terlihat baik-baik saja meskipun tubuhnya menggigil kedinginan. Tak ada makanan yang dapat ia makan, Helena hanya memberinya bekal beberapa butir buah serta sebuah roti kering sebagai tanda ia masih mempunyai hati nurani.
"Sial! Ke mana Ferdinan? Kenapa dia tidak mengeluarkan aku dari sini?" keluh Lusiana sembari menatap pintu yang berada di ujung tangga.
Ia duduk sembari mendekap tubuhnya sendiri, di saat malam suhu akan turun drastis. Tak ada selimut, tak ada apapun untuk membuatnya hangat. Lusiana menunduk, menatap dua butir apel di atas piring. Itu untuk bekal sisa hidup di dalam ruang bawah sana.
"Jika seperti ini terus, aku akan mati membeku di sini," gumamnya lagi seraya mengambil apel kedua untuk dimakannya.
Lusiana mengigit apel tersebut, mengunyahnya pelan. Air matanya jatuh, dia sudah jauh dari rencana kedatangannya. Ia berdiri menghadap pintu dengan murka. Melempar apel itu hingga menimbulkan bunyi yang menggema di dalam ruang bawah tanah.
"Kau Helena, sialan! Kau pasti akan mendapatkan karma dari perbuatan jahat mu ini! Kau pasti akan mendapatkan balasannya!" teriak Lusiana sekencang-kencangnya. Entah siapa yang akan mendengar.
"Aku membencimu, Helena! Aku sangat membencimu!" Dia kembali berteriak dengan suara yang lebih kencang.
Namun, keadaan tetap saja sunyi, tak ada yang datang ke ruang bawah tanah walau hanya sekedar untuk melihat keadaannya saja.
"Julian, di mana kau, Nak? Apa kau tidak merindukan ibumu ini? Apa kau tidak memohon kepada Nyonya Utami untuk Ibu?" gumamnya lirih, ia terjatuh di lantai yang dingin. Meratapi nasib sendiri.
Lusiana melirik apel yang dilemparnya, ada rasa sesal sedikit terbersit di dalam hati. Ia pikir meskipun di penjara, mereka akan tetap memperhatikannya. Setidaknya membawa makanan ke ruangan tersebut. Ia memungut apel itu, membersihkannya dari kotoran. Lalu, memakannya kembali bersamaan dengan air mata yang jatuh.
Tanpa ia ketahui, Helena berada tepat di depan pintu ruangan tersebut. Ia berdiri tegak, menghadap ke arahnya tanpa ingin menunjukkan diri di hadapan Lusiana.
Jadi, bagaimana, Lusiana? Bagaimana rasanya terkurung di dalam ruang pengap itu tanpa makanan dan minuman? Dulu, kau bahkan tidak memberiku apa-apa meskipun hanya sepotong roti kering. Kau memang kejam, Lusiana.
Helena menghela napas panjang, ia mengeratkan mantel di tubuhnya lantas berlalu dari tempat tersebut. Menapaki beberapa anak tangga di lorong yang sempit.
"Nyonya, apakah Anda yakin ingin melihat Tuan?" tanya Lina yang mengantar Helena pergi ke ruang bawah tanah.
"Ya, aku hanya ingin memeriksanya saja. Apakah dia benar-benar melakukan pekerjaannya ... atau justru asik tertidur saja," jawab Helena sembari terus melanjutkan langkah keluar dari bangunan terpencil itu.
Ia berjalan cepat di bawah butiran salju yang masih turun. Melewati bangunan tersebut dan memasuki kebun. Di ujung kebun itulah terdapat sebuah kandang kuda yang cukup besar. Itu milik Helena pribadi, usaha yang dia geluti sejak sebelum menikah dengan Ferdinan.
"Nyonya, malam semakin dingin. Anda tidak bisa berlama-lama berada di luar seperti ini. Tidak baik untuk kesehatan Anda," beritahu Lina yang mengkhawatirkan majikannya itu.
Helena tersenyum haru mendengar perhatian itu.
"Kau tenang saja, aku tidak lemah seperti dulu," sahut Helena seraya menatap ke jauh memperhatikan kandang kuda tersebut.
Aku begitu buta. Dulu, sering menyiksa Bu Lina karena laporan dari pengkhianat. Padahal Bu Lina adalah orang setia dan bertanggungjawab atas pekerjaannya. Hatinya bergumam perih.
Ia bisa melihat Ferdinan yang terbaring di atas sebuah ranjang papan yang disediakan untuk para petugas di kandang tersebut. Seseorang yang bertugas mengawasi Ferdinan datang berlari mendekati Helena.
"Nyonya!" Ia membungkuk di hadapan Helena.
"Pak Darma, bagaimana?" Helena bertanya dengan pelan.
"Saya, Nyonya. Tuan hanya tertidur di dalam kandang, hanya sesekali saja akan membersihkan kandang dan itu pun tidak bersih sama sekali. Saya khawatir kandang akan menjadi kotor dan kuda-kuda akan sakit," lapor Pak Darma apa adanya.
Justru aku ingin kuda-kuda itu sakit agar aku memiliki alasan untuk tetap menghukumnya.
Helena tersenyum puas, sekali lagi menatap jauh ke kandang sebelum mengalihkan pandangan pada Pak Darma.
"Terus awasi dia, jangan sampai seseorang memanfaatkan keadaan ini untuk melawanku," titah Helena seraya berbalik bersama Lina yang begitu setia terhadapnya.
"Baik, Nyonya!" Ia mundur dan kembali ke tempatnya untuk mengawasi Ferdinan.
Helena dan Lina berjalan beriringan menuju rumah utama. Dia tidak bisa meninggalkan Keano berlama-lama dengan hanya ditemani seorang pelayan. Ibu mertua selalu punya cara untuk membuat masalah agar Keano terlihat buruk di mata Helena.
"Bu Lina, sepertinya cuaca sudah membaik. Besok aku akan pergi keluar, aku menitipkan Keano kepada Bu Lina. Mungkin akan kembali saat sore atau malam hari. Tolong, Bu Lina jaga dia baik dari ibu ataupun anak itu," ucap Helena tanpa menghentikan langkahnya.
"Baik, Nyonya." Lina mengangguk patuh, dia juga ingin memberi pelajaran kepada anak yang bernama Julian itu agar tidak berbicara sembarangan.
Lina menatap punggung rapuh sang majikan, hanya kelihatanya saja kuat. Padahal, nyatanya tak ada tempat untuk bersandar baginya. Ferdinan sudah merampas kebebasan Helena, tapi sekarang sepertinya semua sudut berubah.
Lina tersenyum haru, berharap sang majikan akan terus menjadi sosok yang tangguh dan bermartabat. Lina berdoa di dalam hati untuk kebahagiaan Helena.
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢