LEPASKAN AKU SUAMIKU

LEPASKAN AKU SUAMIKU

Bab 1

Anjani menatap penuh luka pada pria dan wanita yang sedang bermesraan di depan sana. Dia adalah Mahaka suaminya, yang sedang bersama dengan kekasihnya.

Sudah lima tahun mereka menikah, dan sudah selama itu pula Mahaka menyiksa Anjani lahir batin.

"Ehm .... "

Deheman kecil sengaja Anjani lakukan, berharap kedua orang yang sibuk memadu kasih di ruang tamu rumahnya itu berhenti.

"Kau sudah pulang?" sapa Mahaka yang kemudian menurunkan Amelia dari pangkuannya.

"Yah, sudah saatnya kekasihmu pergi," jawab Anjani dengan menahan gemuruh hebat di dadanya, tapi ternyata apa yang dikatakannya membuat kekasih suaminya tak terima.

"Memangnya kenapa aku harus pergi? aku tidak mau. Ini adalah rumah Mahaka!!" seru Amalia lantang.

"Kau benar, tapi rumah ini dibangun oleh kedua orangtuanya karena dia menikahiku. Jika itu tidak terjadi, rumah ini juga tidak mungkin berdiri. Apalagi jika kau yang dinikahi. Mahaka pasti akan ditendang dari silsilah keluarganya."

"Kauu .... " pekik Amelia yang semakin emosi.

Wanita itu hampir melangkah mendekati Anjani namun Mahaka langsung menahan.

"Amalia tolong, jangan membuat masalah dengan wanita itu. Kau tak perlu mempedulikan ucapannya karena itu tidak penting."

Kali ini Anjani tak memberikan tanggapan atas ucapan Mahaka. Kaki jenjangnya yang berbalut heegheels cantik melangkah pergi begitu saja. Baru beberapa menit berselang, Mahaka tiba-tiba mendatanginya ke kamar.

Tanpa permisi pria itu masuk begitu saja, membuat Anjani buru-buru mengenakan cardigan ke tubuhnya yang semula hanya mengenakan pakaian tidur minim.

Melihat itu Mahaka justru tertawa mengejek.

"Kenapa harus kau tutupi, kau pikir aku bisa bernafsu padamu? Lagipula kau sudah sering mengumbarnya di depan banyak orang," ujarnya yang sungguh melukai perasaan Anjani.

"Ada apa kau kemari?" tanya Anjani kemudian tanpa mempedulikan ucapan pedas pria di hadapannya.

"Aku hanya ingin memperingatkanmu, batasi interaksimu dengan Devan. Dia adalah pengacara keluargaku dan juga sahabatku. Apa kau sengaja mandekatinya untuk mencari perhatianku? kalau iya, lebih baik berhentilah!"

Mahaka melangkah mendekati Anjani lalu berjalan mengitarinya sebelum akhirnya mencengkeram lengan wanita itu dan menariknya agar posisi mereka berhadapan.

"Akhhh .... " pekik Anjani terkejut. Cengkeraman Mahaka sebenarnya cukup membuatnya kesakitan, namun ia tetap diam. Saat mata mereka saling menatap, Mahaka kembali memberikan peringatan.

"Kau dengar Anjani! sampai kapanpun, kecantikan dan keindahan tubuh yang selalu kau pamerkan ke hadapan semua orang ini ... tak akan pernah bisa menarik perhatianku!! camkan itu baik-baik!! jadi berhentilah melibatkan Devan, dia pria yang baik, tak pantas berdekatan dengan wanita sepertimu."

Air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Anjani. Bibirnya tak mampu membalas semua penghinaan yang Mahaka lontarkan. Ia sangat mencintai pria itu melebihi pada dirinya sendiri, tapi sekian lama menunggu, sikap Mahaka tetap tak berubah. Ia tetap menjadi yang paling dibenci dalam hidupnya.

Sampai saat pria itu pergi, Anjani masih berdiri di tempatnya semula. Hatinya semakin sakit hingga tubuhnya bergetar. Hawa dingin seketika menyelimuti. Rasa sakit yang Mahaka berikan tak hanya menggores hatinya, tapi juga berhasil menggoncang kewarasannya sebagai seorang manusia.

Lima tahun lamanya Anjani berjuang untuk menjadi istri yang baik, tapi tetap tak dipedulikan. Hari ini hatinya mulai lelah. Kalimat demi kalimat yang pria itu lontarkan barusan sungguh berhasil mengguncang kesabarannya.

Masih dengan tangan bergetar ia meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang dan menghubungi seseorang.

"Dev .... " panggil Anjani lirih di sela-sela sesak yang mulai ia rasakan.

"Anjani, ada apa? apa kau baik-baik saja?" tanya Devan khawatir saat mendengar hembusan nafas yang tak teratur.

"Dev, tolong aku ... dadaku ... sakkiittt .... "

Akhirnya kalimat itu berhasil Anjani ucapkan meski setelahnya ponsel tersebut jatuh begitu saja.

Di sisa kesadaran yang ia miliki, Anjani berusaha meraih air minum, namun gagal. Pandangannya gelap dalam sekejap dan tak ada apapun yang bisa ia ingat lagi.

Tak sampai setengah jam, sebuah deruman mobil sport terdengar memasuki halaman luas kediaman Mahaka. Mobil itu adalah milik Devan. Dengan langkah cepat pria itu masuk ke dalam rumah sambil meneriakkan nama sahabatnya berkali-kali, namun yang menyambutnya adalah seorang pelayan.

"Maaf Pak Devan, Tuan Mahaka sudah beristirahat."

"Cepat panggil dia!! terjadi sesuatu pada Anjani, tunjukkan dimana kamarnya, dia butuh pertolongan," ujar Devan panik, sayangnya langkahnya justru dihalangi oleh pelayan, membuatnya hilang kesabaran dan terpaksa berteriak.

"Kalau begitu tunjukkan padaku dimana kamar Anjani!!"

"Ada apa ini?"

Ternyata Mahaka sudah mendengar suara mobil Devan yang memang cukup berisik. Saat pria itu turun dari tangga, Devan justru naik untuk menghentikannya.

"Terjadi sesuatu pada istrimu, cepat periksa dia!!" seru Devan masih dengan raut tegang. Membuat Mahaka terdiam sejenak untuk berpikir.

"Tunggu, dari mana kau tahu soal itu?" tanya Mahaka dengan tatapan menyelidik.

"Dia menelponku Mahaka, ayolah ... kita harus cepat!!"

Devan kembali berteriak. Sebelum keduanya sama-sama berjalan menuju ke kamar Anjani, Devan sempat melihat keanehan pada diri Mahaka.

Pria itu tampak marah, tapi saat ini Devan tak ingin membahasnya. Keselamatan Anjani jauh lebih penting. Rasa kasihan pada wanita itu kini sangatlah besar semenjak mengetahui kalau hubungan rumah tangganya dengan Mahaka hanyalah formalitas belaka.

Semua itu ia ketahui dari Mahaka tapi yang menjadi perhatiannya justru Anjani. Ia tahu bagaimana sahabatnya itu mengkhianati pernikahannya habis-habisan karena masih tetap merajut kasih dengan Amalia yang juga merupakan keponakannya.

Kini baik Mahaka maupun Devan sudah tiba di depan kamar Anjani, sayangnya pintu dikunci rapat.

"Bik!! ambilkan kunci cadangan!!" teriak Mahaka pada pelayan, namun belum sampai kunci tersebut sampai ke tangannya, Devan justru sudah berhasil mendobrak pintu.

"Anjani!!" teriak pria itu saat pintu terbuka lebar dan menampakkan tubuh Anjani tergeletak di lantai dengan kening terluka. Mungkin saat pingsan kepalanya terbentur.

Tanpa meminta persetujuan Mahaka lebih dulu, dengan sigap Devan bersiap membopong tubuh Anjani, namun aksi heroik itu dihentikan oleh Mahaka.

"Turunkan Dev, biar aku yang melakukannya! Aku yang berstatus sebagai suaminya bukan kau, dan jangan lupa, di luar sana banyak pasang mata yang memperhatikan Anjani," ucap Mahaka tegas yang akhirnya membuat Devan menyerah. Bukan karena ia takut pada sang sahabat, tapi karena ingin menjaga karir Anjani.

Mahaka bahkan membawa Anjani masuk ke mobilnya sendiri dan meninggalkan Devan begitu saja. Seketika mobil melaju cepat membelah keramaian di jalanan ibu kota. Mahaka bahkan harus berkali-kali membunyikan klakson demi bisa mendapatkan jalan agar lebih cepat sampai ke rumah sakit.

Saat terjebak lampu merah, pria itu menyempatkan diri untuk menggenggam erat tangan Anjani yang sedikit dingin.

"Come on Anjani ... jangan lemah ... kau harus kuat," gumam Mahaka yang hampir tak terdengar, tapi ternyata genggaman tangan yang ia lakukan justru membuat Anjani tersadar. Perlahan wanita cantik itu membuka matanya.

Terpopuler

Comments

Hatus

Hatus

Kenapa ya.. kebanyakan pelakor itu tidak punya malu🤔

2025-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!