Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Hari ini Aizha memasak sup ayam yang ia ikuti resepnya dari internet, untunglah rasanya tak begitu mengerikan dan masih bisa dinikmati. Aizha memang bukan orang yang sangat pintar memasak namun masakannya juga tak begitu buruk, jika tidak bagaimana selama ini mereka akan hidup. Sore harinya Caiden kembali dari kantornya sendirian tanpa Nuka.
“dimana Nuka?” tanya Aizha saat menyambutnya di pintu depan.
“dia memaksa untuk menginap di rumah Anne malam ini karena permainan mereka yang entah apa itu belum selesai, jadi aku mengantar mereka berdua ke rumah gadis itu” Caiden menjelaskan panjang lebar sambil melepas sepatu dan jasnya.
“ugh mereka punya terlalu banyak permainan” komentar Aizha dengan nada sedikit jengkel.
“kita juga punya” balas Caiden lalu memeluk Aizha dari belakang wanitanya itu, mengangkatnya sedikit lalu membalikan tubuh Aizha dan menciumnya.
Aizha mendorong dada bidang Caiden menjauh dengan memaksa karena kekuatan pria itu cukup besar.
“aku… aku masak sup ayam” kata Aizha disela-sela nafasnya yang sedikit terengah-engah.
“baiklah, selesai acara sup ayam” Caiden mencium Aizha sekali lagi baru melepaskannya. Mereka berjalan menuju meja makan dan Aizha menghidangkan semua makanan-makanan yang sudah ia masak, semuanya terlihat begitu mengunggah selera dan disajikan dengan baik. Mereka duduk berhadapan sambil menyantap makanan masing-masing, sesekali ada pembicaran yang mengalir diantara mereka, percakapan santai dan ringan. Walaupun jarak usia mereka yang bisa dikatakan cukup jauh, namun entah kenapa terasa cocok. Walaupun Caiden orang yang dewasa, dia juga bisa menjadi orang yang asik dan menyenangkan. Aizha sudah kehilangan sosok ayah sejak dirinya remaja, dimasa-masa paling sulit hidupnya, kehadiran Caiden dalam hidupnya entah bagaimana mulai mengisi kekurangan itu. selain sebagai suami, Caiden bisa menjadi sosok ayah dan teman sekaligus.
Setelah mereka menghabiskan makanan masing-masing, Caiden dengan isyarat tangannya menyuruh Aizha mendekat padanya dan wanita itu patuh, berjalan mendekat tanpa mengatakan apapun. Caiden meletakan kembali gelasnya yang telah kosong diatas meja lalu menarik pinggul Aizha agar duduk di pangkuannya dan mulai melanjutkan kembali ciuman yang tadi terhenti. Aizha yang menikmati semua dominasi Caiden yang diberikan padanya, menyelipkan tangannya disela-sela rambut Caiden dan menekan kepala pria itu agar lebih dekat lagi dengan dirinya. ciuman itu terputus setelah mereka mulai terenggah-enggah.
“kamu sepertinya harus potong rambut” kata Aizha dengan tangan masih di sela-sela rambut pria itu.
“yes princess” balas Caiden dengan suara seraknya lalu mengangkat Aizha dalam gendongannya lalu membawanya ke dalam kamar mereka, membiarkan semua piring kotor itu tergeletak berantakan diatas meja makan.
Di apartemen itu, satu-satunya tempat yang tak boleh siapapun masuki, entah itu Aizha maupun Nuka atau siapapun itu adalah ruang kerja Caiden. Kata Caiden tak ada hal yang perlu dicurigai dari ruangan itu, tak ada hal yang ditutupi atau coba untuk dirasahasiakan. Ini merupakan protokol standar keamanan pelanggan yang memesan senjata di perusahaannya, ada banyak sekali dokumen pribadi dan rahasia bahkan dari para pasukan penting, Aizha memaklumi itu karena ia tau orang-orang atau organisasi-organisasi macam apa yang akan memesan senjata diperusahaan Caiden dan wanita itu tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Selama tinggal di apartemen itu dia dengan patuh tak pernah memasuki atau bahkan mendekati ruangan itu dan dia juga tak punya kepentingan didalam sana. Aizha juga tak pernah tau pekerjaan lama Caiden, yang wanita itu ketahui hanyalah Caiden yang merupakan seorang pria yang melanjang sampai umur 43 tahun dan memiliki pabrik senjata, hanya itu. Aizha tak begitu tau masa lalu suaminya itu dan dia juga tak pernah menceritakan insiden misterius yang membunuh kedua orangtuanya, bagi Aizha masa lalu itu tak penting, hanya lembar halaman kehidupan yang telah terisi penuh dan berlalu, yang penting adalah saat ini, masa sekarang ini, setiap lembar halaman hidup mereka yang sekarang perlu mereka isi.
Aizha memiliki pengalaman dalam mengurus bayi, saat kedua orangtuanya meninggal, Nuka hanya seorang bayi kecil yang tak tau apa-apa dan tak bisa apa-apa juga. Dia dengan tanpa pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang merawat bayi dipaksa untuk bisa merawat Nuka kecil, walaupun begitu sulit dan seringkali Aizha merasa ingin sekali menyerah, dia bersyukur adiknya tumbuh besar dengan sehat dan normal selayaknya anak lain. Walaupun dengan pengalaman itu, tak pernah terpikirkan oleh Aizha barang sedetikpun untuk memiliki anak, dia bisa membayangkan mereka hanya hidup bertiga sampai tua. Namun berbanding terbalik dengan Caiden, pria itu ingin memiliki anak, darah dagingnya sendiri tak perduli itu perempuan atau laki-laki, setiap hari ia selalu berharap Aizha akan hamil. Namun bahkan sudah setengah tahun pernikahan mereka masih belum ada tanda-tanda Aizha hamil.
Aizha tidak kecewa dengan hal itu, namun dia merasa sedih dan tak enak karena Caiden terus berharap. Beberapa kali ia pergi menemui dokter untuk konsultasi dan mengecek kondisi tubuhnya, kondisinya begitu normal dan siap untuk hamil namun mungkin ini memang belum waktunya. Nuka bahkan juga ikut berhadap untuk kehadiran bayi dirumah mereka.
Bahkan sebelum menikah, Aizha sudah terbiasa dengan keberadaan Caiden, mereka tak memiliki banyak permasalahan, hanya ada perdebatan kecil yang kadang terjadi. Sejauh ini keluarga mereka cukup bahagia, tak pernah terbayangkan oleh Aizha dia akan memiliki saat-saat seperti ini, menjadi seorang istri dan mengurus rumah dan betapa bahagianya hal ini. Aizha merasa sangat bersyukur memiliki suami seperti Caiden, begitu dewasa dan manis.
Terkadang saat Caiden tak memiliki begitu banyak pekerjaan di perusahaannya, dia akan membawa Aizha dan Nuka berjalan-jalan bersama. Walaupun terkadang aura Caiden sangat dominan dan menakutkan, namun pria itu tak pernah kasar. Nuka sering membuat kesalahan dan memberantakan rumah bahkan sampai membuat Aizha kesal sekali, namun Caiden tak pernah merasa kesal, dengan lembut dan sabar mengajak Nuka untuk membereskan kekacauan itu. rasanya hangat melihat betapa dekat mereka.
Saat ini pasangan suami istri itu tengah duduk di ruang tamu sambil menonton acara masak sedangkan Nuka berada di kamarnya sedang mengerjakan tugas sekolah.
“kalau punya anak kamu mau perempuan atau laki-laki?” tanya Aizha tiba-tiba dengan mata yang masih fokus ke layar TV, Caiden meliriknya sekilas.
“tidak penting jenis kelaminnya” hanya itu jawaban Caiden, namun kalimat Caiden dengan wajah kaku membuat Aizha terkekeh geli.
“isn’t you tired live with girls?”
“nope, you guys too sweet” balas Caiden sambil mengecup sekilas bibir Aizha yang mendongak menatapnya.
Tapi siapa yang tau kapan mereka akan dianugrahi bayi kecil yang imut ditengah-tengah keluarga mereka. Walaupun begitu Aizha yakin mereka pasti akan memilikinya suatu hari nanti. Setelah waktu yang lama telah berlalu, kini Aizha mensyukuri malam patah hatinya dan kakinya yang melangkah ke bar itu, baru kali ini dia mensyukuri hal semacam itu. Tapi hal itulah yang membuatnya berada disini hari ini bersama Caiden dan juga Nuka. Bahkan kue yang ia buat sendiri dengan susah payah tidak begitu sia-sia.
turut berbahagia untukmu Aizha semoga yg tersisa tinggal bahagia sj ya Zha