Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 - Suara Hati
***
William memandang lekat penuh senyuman, yg mana senyuman seorang William Anderson adalah barang langka yg tidak akan di temukan oranglain diluar sana. Terkenal dengan paket komplit tampan, gagah, tajir melintir tujuh turunan harta keluarga Anderson tidak akan pernah habis. Dan juga dengan sikapnya yg bak kulkas 12 pintu, berubah menjadi penghangat ruangan di daerah kutub utara hanya pada seorang Kimi, ia mampu bertingkah konyol, bertingkah aneh bahkan tersenyum tanpa henti seperti yg ia lakukan saat ini hanya pada Kimi.
Sejak memutuskan jatuh hati pada sosok wanita unik dan cantik ini, ia yg memang tidak pernah melirik siapapun, menjadi lebih buta akan apapun. (Gimana sih Thor maksudnya? Ah elah readers! gas aja gas! Wkwk.)
Namun di sisi lain, Berbeda hal nya Kimi yg memandang penuh rasa kesal, siapa lagi kalau bukan dengan William. Tangan terkepal, mata melotot, napas terengah-engah, ditambah lagi bibir yg terkunci rapat. Gejala frustasi mulai terlihat jelas dari sosok Kimi.
Kedua nya saat ini berada di taman rumah sakit tempat dimana Jimi di rawat. Kimi menarik William jauh sekali dari ruangan sang ayah. Agar tidak terdengar apa yg akan ia luapkan nantinya.
"Calm down Baby." William berusaha menghipnotis Kimi dengan kata-kata lembut. Ia ulurkan telapak tangan mengarah ke pucuk kepala sang wanita. Tidak di sangka Kimi membiarkan hal itu terjadi. Merasa mendapatkan angin segar, William mencoba lebih berani dengan menarik pinggang Kimi lebih... Menempel di tubuhnya. Sempat terjadi penolakan namun William menekan paksa pinggang sang Wanita.
"Liam..." Ucap kimi lirih, ia menundukkan pandangan mengarah pada sepatu mahal William. Lalu ia arahkan pandangan menuju sepatu miliknya yg terlihat... Usang.
'Sial!' Gumam Kimi dalam hati. Sempat-sempatnya disaat seperti ini, ia membandingkan sepatu antar keduanya. Ya sudah tentu saja berbeda jauh.
Kimi menghela jengah dengan keadaan, ia tutup kedua bola mata, lalu menarik rakus oksigen di sekitar.
"Eit! harus berbagi. Kamu hirup semua begitu, nanti aku tidak kebagian."
Lagi-lagi tingkah absurd William sukses membuat Kimi hilang akal. Ia sampai tidak bisa berkata-kata.
"Kita ini siapa Liam? Ada hubungan apa? Kenapa kamu tiba-tiba datang mengajak menikah. Segampang itu bagi kamu mengartikan sebuah pernikahan itu, hm?."
Lembut sekali, Kimi berusaha mengajak pria setengah gila yg ada di hadapannya ini untuk berpikir jernih. Sejujurnya siapa yg tidak tertarik dengan seorang pria tampan yg ada di hadapannya sekarang. Sejak awal bertemu saja, Kimi mengakui secara sadar, bahwa William memanglah tampan sekali. Di tambah lagi embel-embel keluarga kaya raya bergandeng erat dengan sosok pria ini. Siapa yg tidak mau, ya tentu saja Kimi mau! Tetapi satu hal yg tidak ingin Kimi alami adalah.. harapan palsu.
Ia takut ketika ia sudah mulai membuka hati, William malah pergi begitu saja meninggalkan seonggok rasa sakit yg lambat laun pasti menggerogoti hidupnya. Ia tidak mau hal itu terjadi, walau sebenarnya ia sudah mulai merasa nyaman pada William.
Sejenak keheningan terjadi di antara mereka. Hanya ada deru napas dan juga suara lalu lalang kendaraan yg terdengar. Mata saling memandang satu sama lain. William memalingkan wajah sejenak, membuang napas panjang lalu...
"Kamu minta penjelasan?"
Kimi mengangguk pasti.
"Saat pertama kamu melihatku di jalanan. Dengan darah ada di hampir seluruh tubuhku. Saat kamu tidak tahu aku masih hidup atau mati. Saat kamu berkata aku... Tampan."
Stop! Mata Kimi sontak membeliak saat William mengucapkan kata ini. William membalas dengan senyum tipis di ujung bibir. Kemudian ia melanjutkan kembali ucapannya.
"Saat itu aku.. sadar Kim, aku tidak dalam posisi pingsan."
Kelanjutan kata ini sukses membuat Kimi limbung. Ia sampai mencari pegangan untuk menjadi penguat. William terkekeh lalu sigap mengarahkan Kimi ketempat duduk yg tersedia disana.
'Mana kata-kata yg keluar dari mulut aku macam-macam sekali! Arrh! William kamu sungguh membuat aku malu!' Rutuk Kimi dalam hati.
"Ocehan kamu, kata-kata kamu semua aku dengarkan dengan baik. Satu yg aku salut dari kamu. Kamu tidak pergi walau resiko kamu terlukai besar sekali waktu itu. Kita yg tidak saling mengenal, tetapi kamu bisa peduli padaku sedemikian hebat. Bagiku yg belum pernah dekat dengan wanita mana pun. Kamu.. kamu berhasil mencuri hatiku Kimi Kimura."
Dar!!
Meledaklah perasaan Kimi. Bagai tersambar petir, Kimi membeliak. (Ah lebay kamu Thor! )
Pandangan lekat William semakin membuat perasaan Kimi berserakan. Sebegitu berpengaruhnya perbuatan itu bagi seorang William Anderson. Sampai-sampai begitu sadar langsung mengakui Kimi sebagai istri nya saat itu.
Kimi menggelengkan kepala, memalingkan wajah karena tidak sanggup dipandang sedemikian lekat oleh William.
"Terlalu cepat William. Terlalu cepat kamu mengambil keputusan. Kamu belum mengenalku begitu jauh, dan aku pun begitu, aku ini orang biasa, yg bahkan baru aku ketahui, bahwa aku pun tidak memiliki orangtua kandung!"
"Apa itu penting? Bukankah setelah menikah kita bisa saling mengenal lebih jauh?" Jawab William enteng.
Kimi kembali menggeleng. Hal itu membuat William menegakkan tubuh. Ia emosi dan berdiri cepat. Berulang kali ia membuka tutup mata untuk sekedar meredam emosi.
Kimi.. kimi orang pertama yg membuatnya tertarik, malah Kimi juga orang pertama yg harus membuatnya merasakan apa itu sebuah penolakan.
"Fine. Saya pergi."
Terbiasa mendengar ucapan konyol dan juga memaksa seorang William. Kimi tersentak kala mendengar nada datar dan dingin dari seorang William... Untuknya. Ia sampai ikut berdiri dan menatap William penuh arti.
William juga merubah cara menatap Kimi dari yg penuh damba menjadi seringaian sinis. Kimi tersentak. Ini berbeda sekali dari apa yg sering ia lihat. Namun seketika juga otaknya berpikir..
'Apa yg aku harap? Apa aku berharap William akan memaksakan kehendak seperti biasanya. Ini fix aku yg berotak sapi kalau begitu! T-tapi tatapannya menyeramkan sekali!' Gumam Kimi dalam hati.
Sesaat mereka saling tatap setelah ucapan terakhir William. William memilih membalikkan badan dan beranjak pergi. Kimi? Tentu saja ada perasaan yg mendorong ingin menahan pria itu pergi. Namun di satu sisi lagi, bukankah ini yg diinginkan Kimi. Kimi hanya mampu menatap punggung gagah itu menjauhi dirinya secara perlahan. Satu hal yg Kimi sadari setelah pembicaraan ini adalah.. Kosong! Hatinya terasa kosong.
***
Masuk tergesa ke dalam kendaraan mewah keluaran terbaru, dan mobil tersebut pun merupakan kado dari kedua orangtua tercinta saat ulang tahun William ke 24 tahun beberapa bulan yg lalu. Fasilitas mewah yg mengiringnya saat ini tidak mampu membuat hatinya membaik. Ia emosi, ia marah dan juga ingin menangis secara bersamaan. Berpikir inikah cinta? Inikah yg dikatakan banyak orang jatuh cinta?
"Kenapa sesakit ini! fuucckk!!" Jerit hati William memukul-mukul stir penuh emosi. Ia meluapkan kekesalannya pada stir mobil yg tak bersalah. Akibat dari tekanan kuat tenaga William, mobil tersebut....
Gerudak! Aarkhh! Hmmpp!! Hmmmpp!!
BERSAMBUNG