Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
"Pak Sky!"
Gadis itu menahan kesal setengah mati.
Sial nih Dosen, ngerjain gue. Cape-cape gue turutin ke sini malah apa? Kartu tak dapat diintrogasi iya.
"Ayo Sya! Istirahat, aku tahu jawaban kamu lebih baik nginep kan?"
Disya kembali duduk dengan memegang kepalanya yang terasa mumet. Dosennya ini benar-benar sudah tidak waras, ia akan membalas perlakuannya jika saatnya ada kesempatan.
Persyaratan dari Sky tentu saja Disya tolak. Apa-apaan memang Disya cewe apaan? Mencium Sky sama saja menurunkan harga dirinya. Disya tidak mau melakukan itu terlebih menginap di apartemen ini untuk yang kedua kalinya jelas Disya tidak mau.
Pluto sialan!
Disya terus mengumpat kesal, bahkan mengabsen nama-nama binatang di hatinya. Ingin sekali ia menelfon siapa saja yang bisa dihubungi tetapi itu sama saja dengan bunuh diri.
"Aku ke kamar dulu, nanti kalau kamu berubah pikiran bisa datang ke kamar aku," ujar Sky santai.
"Bapak maunya apa sih?"
Lagi-lagi pria itu terdiam dan tersenyum sangat manis serta menunjuk bibirnya sendiri.
"Astaghfirullah ... dosa apa aku ketemu dengan manusia model kaya gini," gumam Disya frustrasi.
Hari semakin malam dan Disya masih terjebak di apartment Sky.
Rayyan vidio call
Disya menatap layar ponselnya yang berkerlip dengan wajah panik. Bagaimana tidak, di saat jam genting begini kekasihnya mendadak vidio call dirinya.
"Rayyan? Gimana nih, gue nggak boleh angkat nanti bisa bahaya kalau dia tahu gue lagi terjebak gini," Disya bergumam pelan dengan kecemasan yang haqiqi.
Sementara Sky duduk dengan santai di atas kasur ranjangnya, dengan memainkan gawainya tanpa mau tahu kebingungan Disya.
Disya menyusul ke kamar Sky lalu mengetuk pintunya keras-keras.
"Bentar dong sayang, nggak sabaran banget," ujar Sky menggoda.
Sky membuka pintu kamarnya dengan begitu santai dan tersenyum penuh arti.
"Gimana? Udah nemu jawabannya?"
"Iya udah," jawab Disya lirih.
"Masuk kamar atau—" Sky menyeringai licik.
Disya mendelik kesal, tetapi bagi Sky itu tetap menggemaskan. Cinta memang payah tak mengenal ruang dan waktu, membutakan warna dan mengalahkan logika.
"Berisik banget sih, kamu merem cepetan. Ingat ya ini terpaksa sangat terpaksa!"
"Tunggu-tunggu!" ujar Sky mengambil handphonenya.
"Aku harus mengabadikan momen langka ini, biar kita semakin lancar ke depannya."
"Apa-apaan, jangan nglunjak ya," ujar gadis itu marah.
"Sya m.. kita akan menikah, kita bahkan pernah melewati malam panjang yang begitu li—"
"Diam!! Nggak usah dijelasin, nggak usah dibahas bisa nggak sih?"
"Tapi itu bersejarah, karena yang pertama untuk kita." Sky tersenyum sok kalem.
Oh ya ampun ... senyumannya bikin gue muak.
"Bapak saya bunuh kalau ngomong terus," murka Disya marah.
"Bakalan trending topik, seorang mahasiswi cantik membunuh dosennya sendiri di apartemennya?" Sky terkekeh.
Cup
Disya langsung mencium pipi Sky dengan cepat.
"Udah, kode pintu apartemennya berapa cepet saya mau pulang?"
Sky menyeringai licik, berjalan keluar dan menuju pintu utama dengan hati yang berbunga-bunga.
"Dengerin baik-baik, aku bakalan bisikin kamu," ujar Sky mulai mencondongkan tubuhnya sedikit membungkuk. Tinggi Disya hanya sebahu Sky jadi pria itu harus membungkuk.
Emang dasar otak Dosen yang super duper aktif, Sky pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam kesempitan ini. Sebelum membisikan kode pin apartementnya, Sky lebih dulu menyambar bibir Disya dengan berani tanpa ragu.
Sontak Disya membelalakan matanya kaget, dalam seperkian detik, Disya memberontak aksi Sky yang cukup kurang ajar bagi dirinya.
"Galak banget sih sama calon suami," ujar Sky mengeluh setelah melepas ciuman maut mereka yang teramat frontal.
Jangan tanyakan bagaimana wajah gadis itu, sudah merah merona antara malu, kaget dan juga kesal.
"Jangan ngambek nanti cantiknya ilang, kode pintunya tanggal bulan, tahun malam panas kita," ujar Sky menjeda seraya mengacak rambut Disya pelan.
"What the—!"
Ingin rasanya Disya mengumpat, memaki tampang menjengkelkan di depan matanya. Kenapa semua dihubungkan dengan kejadian itu, spesial, bersejarah iya memang benar bahkan Disya tidak pernah lupa sekalipun mencoba untuk melupakannya. Sialan!
Kalau boleh bahkan Disya ingin lupa ingatan saja. Agar lupa dengan hari tersial di dunia itu. Harus bertemu dengan manusia pluto macam Sky.
Disya syok seketika, walau dengan hati jengkel dan tidak percaya, tetapi Disya mengetik kode tersebut dengan cepat.
"Wah ... kamu sangat hafal ternyata." Sky terkekeh gemas.
Gadis itu langsung melesat pergi meninggalkan rumah itu. Bagi Disya itu adalah apartemen terbenci yang pernah ada. Disya segera menuju lift, merasakan kelegaan yang luar biasa setelah bisa keluar dari sana. Berasa habis keluar dari kandang singa.
Disya cukup bersyukur karena Sky hanya menggodanya, tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan walaupun tadi sempat menciumnya. Namun, Disya cukup lega hanya itu. Disya tadi sempat khawatir dosennya itu akan berbuat yang cukup nekat dan gila tapi ternyata tidak.
"Huhf ... aman!" ujar Disya lega mengelus dadanya.
Gadis itu segera menuju di mana motornya terparkir. Ia melirik jam di tangan kanannya sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam. Berarti cukup lama Disya terkurung di sana.
"KTM nggak dapat cukup menderita iya," keluh gadis itu kesal. Menggerutu panjang pendek sambil menstater motornya.
Pluto brengsek!! Gue bales.
Disya langsung memutar pedal gas di tangannya. Meluncur pulang dengan kecepatan sedang. Walaupun sedang kesal tidak menjadikan gadis itu mengendarai motor dengan urakan. Disya cukup sayang nyawa sendiri dan memastikan perjalanan selamat sampai tujuan.
Sesampainya di rumah, Disya langsung masuk dan menuju kamarnya. Suasana rumah nampak sepi, mungkin Mama dan papannya sudah berada di kamarnya. Sementara Flora, Disya tidak tahu ada di mana.
Sebelum menuju ranjangnya yang begitu menggoda, Disya lebih dulu membersihkan diri sebelum tidur. Cuci muka dan gosok gigi wajib. Setelahnya gadis itu segera menjatuhkan bobotnya di kasurnya yang empuk.
Bruk
Disya melemparkan tubuhnya ke ranjang, menarik selimut dan bersiap untuk istirahat. Namun, apa yang terjadi gadis itu sama sekali tidak bisa memejamkan matanya barang sejenak pun. Pikirannya melang-lang buana nan jauh di sana.
Yang pertama Disya jelas teringat kejadian beberapa menit yang lalu di apartemen. Yang kedua Disya kepikiran dengan tawaran menikah dengan Sky, gadis itu cukup pusing dengan hal ini. Yang ketiga bagaimana dengan Flora dan yang keempat bagaimana cara Disya menjelaskan ke Rayyan tentang semua hal yang telah terjadi.
Poor you Disya Anggita ....
Hingga hampir pukul setengah dua belas, Disya belum bisa memejamkan matanya.
[Deadline jam dua belas Sya, tugas kamu belum masuk ke e-mail saya]~Pluto.
Disya membuka pesan dari Sky lalu membuang handphonenya asal.
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn