CINTA BERSELIMUT LUKA

Dara masih menangis dalam pelukan Davin. Semua ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu justru membuatnya semakin menangis.

Davin, lelaki itu sedari dulu memang seperti itu. Semua yang diucapkan padanya selalu tanpa tedeng aling-aling. Bukannya Dara tidak menyadari perasaan Davin. Perempuan itu bahkan sangat tahu kalau lelaki itu selalu mengharapkannya.

Namun, bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?

"Kau benar. Tidak ada orang yang sangat mencintaiku sebesar cinta yang kau punya untukku."

"Jadi, sekarang kamu mengakuinya?"

Mendengar ucapan Davin, Dara hanya mengangguk dalam tangisnya. Sementara itu, Davin tersenyum bahagia. Entah kenapa, mendengar perkataan Dara, lelaki itu merasa bahagia.

"Jangan menangis lagi. Lelaki brengsek seperti dia tidak pantas ditangisi." Davin melepaskan pelukannya. Lelaki itu menatap Dara, mengusap air mata yang membasahi pipi wanita itu.

"Kamu masih muda. Jalanmu masih panjang. Percayalah! Tuhan tidak akan memberikan cobaan pada umatnya melebihi batas kemampuan. Kamu kuat, Dara. Seharusnya kamu bersyukur karena Tuhan sudah membuka mata dan hatimu agar kamu bisa melihat siapa suamimu sebenarnya." Davin mengusap rambut Dara. Perempuan itu mengangguk, kemudian meraih tisu dan membersihkan air matanya.

"Kau benar. Dia bukan lelaki baik. Dia lelaki tidak berguna yang tidak tahu diri dan tidak menghargai cinta yang aku miliki. Lelaki seperti dia seharusnya tidak aku tangisi bukan?"

Davin tersenyum. "Kamu adalah Dara. Wanita kuat dan juga cerdas. Jangan hanya karena pria seperti dia kamu kehilangan jati dirimu," ucap Davin lagi. Netra cokelatnya tak berhenti menatap wanita di hadapannya.

"Davin."

"Hmm."

"Apa selama empat tahun ini aku terlihat begitu bodoh?" Dara menatap sahabatnya dengan begitu serius.

"Menurutmu?" Davin menaikkan alisnya.

Dara yang begitu anti dengan kompor tiba-tiba menjadi tukang masak yang lumayan ahli hanya demi bisa melayani suaminya.

Dara yang tidak pernah menyentuh alat kebersihan, tiba-tiba saja menjadi orang yang tak kenal lelah membersihkan rumah yang biasanya dikerjakan oleh semua pelayan di rumahnya.

Dara yang biasa membuat orang-orang tunduk dan patuh padanya karena dia adalah seorang pemilik perusahaan bahkan rela tunduk pada suaminya sebagai tanda bakti pada pria itu.

Namun, apa yang dilakukan oleh pria itu? Davin bahkan malu menyebut dia sebagai pria.

Brengsek!

Davin mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya orang seperti Dara berpasangan dengan pria seperti itu.

"Bukan bodoh. Tapi buta. Cintamu padanya membuatmu buta. Kamu melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu lakukan seumur hidupmu demi dia. Bertahun-tahun, Dara."

Mendengar ucapan Davin Dara kembali menangis.

Ya! Sebodoh itu dia. Melakukan segalanya demi pria yang bahkan tidak pernah mencintainya sama sekali.

"Aku memang bodoh," ucap Dara di tengah isak tangisnya. Davin mengembuskan napas panjang mendengar ucapan wanita itu. Lelaki itu kembali meraih tubuh Dara ke dalam pelukannya. Membiarkan perempuan itu menangis sepuasnya.

"Menangislah sampai kamu puas, Dara. Setelah hari ini, aku tidak akan mengizinkan kamu menangisi pria itu lagi."

***

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Begitulah yang dirasakan oleh Raditya saat ini. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali. Mungkin, dirinya tidak akan melakukan tindakan bodoh yang akan menghancurkan dirinya sendiri.

Mobil Raditya baru saja masuk ke dalam komplek perumahan elit di mana rumahnya berada. Namun, Raditya seketika menghentikan mobilnya saat melihat istri keduanya dengan terburu-buru masuk ke dalam mobil berwarna hitam yang terparkir beberapa meter dari mobilnya.

Mobil itu segera melaju setelah Kinara menutup pintunya. Raditya sempat terdiam beberapa detik sampai akhirnya, pikirannya yang sedang kacau itu mengingat kembali saat mendengar suara istrinya menelepon seseorang dan memakinya di dalam kamar mandi.

Tanpa pikir panjang, Raditya segera menyalakan mesin mobil menyusul mobil yang membawa istri mudanya.

Pikirannya sungguh kacau saat ini. Beberapa prasangka negatif berseliweran dalam benaknya.

Sementara itu, mobilnya terus melaju membuntuti mobil di depannya yang ternyata sudah berbelok masuk ke pelataran hotel.

Pikiran dan hatinya semakin berkecamuk. Apalagi, saat dirinya melihat seorang laki-laki turun dari mobil yang ditumpangi oleh Kinara.

Lelaki bertubuh tinggi dengan wajah cukup tampan itu membuka pintu mobil. Meraih tangan Kinara. Wanita yang menjadi istrinya itu keluar dari mobil kemudian memeluk pria muda itu erat.

Setelahnya, mereka berjalan dengan mesra menuju lobby hotel. Kinara terlihat tertawa bahagia. Begitupun dengan laki-laki yang merangkul pinggangnya dengan mesra.

"Jadi, ini kelakuanmu di belakangku?"

BERSAMBUNG* ...

Mohon maaf karena baru bisa update hari ini 🙏🙏