Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Insiden Di Malam Hari
Setelah Duma dan teman-temannya pulang, Cinta pun mengupas mangga dan membagikannya kepada rekan-rekan yang lain. Patricia dan Roy datang, tentu saja Cinta memberi mereka mangga juga.
"Kalian mau mangga?" tawar Cinta sembari mengasongkan satu buah mangga kepada Patricia.
Patricia melihat jika punya Cinta sudah terkupas. Patricia pun mengambil piring yang berisi mangga yang sudah terkupas dan terpotong-potong itu. "Aku maunya ini, malas sekali harus mengupas dulu nanti kuku aku rusak kena pisau," seru Patricia dengan tidak tahu malunya.
"Astaga, menyebalkan sekali sih kamu, dasar anak manja maunya enak saja!" bentak Lucy.
Cinta menahan lengan Lucy. "Sudah, gak enak bertengkar di tempat seperti ini. Sudah sana kalian pergi," usir Cinta.
"Kamu mengusir aku!" sentak Patricia.
"Aku capek ya, dan sekarang aku sudah berusaha baik sama kamu dengan memberimu mangga itu. Seharusnya kamu ucapin terima kasih bukanya malah ngomel-ngomel gak jelas," kesal Cinta.
"Kamu----"
Patricia hendak menyerang Cinta tapi Roy menahannya. "Sudah sayang, ayo kita pergi," ajak Roy.
"Jangan halangi aku, memang dia pikir aku takut apa sama dia!" geram Patricia.
Roy sekuat tenaga menyeret tubuh Patricia untuk menjauh dari Cinta. Roy tidak bisa melawan Cinta karena kartu As-nya ada di Cinta. Kalau sampai dia cari gara-gara sama Cinta, Bila-bila Cinta membongkar semuanya dan profesinya yang akan jadi taruhannya.
"Dasar wanita gila," kesal Lucy.
"Sebenarnya waktu dia lulus jadi dokter apa dia tidak di tes kejiwaan dulu? dokter gila seperti dia bisa-bisanya jadi tenaga medis," geram Hugo.
Cinta hanya bisa mengelus dada, sungguh hari-hari dia di kampung itu akan terasa sangat berat. Selain mengobati para korban luka, dia juga harus menyiapkan stok sabar yang banyak karena sudah pasti Patricia akan selalu membuatnya darah tinggi.
***
Malam pun tiba....
Cinta menyeduh kopi kesukaannya, lalu dia duduk di depan tenda sembari memperhatikan kegiatan Para Tentara yang sepertinya tidak lelah berjaga-jaga. "Malam, Dr.Cinta!" sapa Tara.
"Malam juga, Pak Tara," sahut Cinta.
"Boleh aku duduk di sini?" seru Tara meminta izin.
"Tentu saja," sahut Cinta.
Tara pun duduk di samping Cinta. "Apa Bu dokter sudah merasa tidak betah di sini?" tanya Tara.
"Loh, kok Pak Tara ngomongnya seperti itu? ini 'kan tugas Pak, siap gak siap harus siap, betah gak betah harus betah, bukanya seperti itu?" Cinta balik bertanya kepada Tara.
"Iya juga sih, tapi saya pikir Bu dokter tidak akan bisa bertahan lama di sini soalnya di sini gak ada apa-apa bahkan untuk makan pun seadanya," sahut Tara.
"Tidak apa-apa, aku bisa makan apa saja kok," sahut Cinta dengan senyumannya.
Reynold dan Dean baru saja datang dari bawah. "Eh busyet, si Tara lagi ngapain sama Dr.Cinta?" seru Dean.
"Sialan, orang sibuk jaga korban ini malah asyik ngerayu dokter," kesal Kapten Reynold.
Reynold dengan cepat menghampiri Tara, begitu pun dengan Dean yang mengikuti Reynold dari belakang. "Bagus, pantas saja kamu gak datang lagi ke bawah ternyata malah asyik ngobrol di sini," seru Kapten Reynold dingin.
Tara kaget, dia langsung berdiri dan sikap sempurna. "Siap, Kapten! Tadi saya memang mau ke bawah, tapi saya hanya ngobrol sebentar dengan Dr.Cinta," sahut Tara.
"Alasan saja, sudah sana kembali tugas," seru Kapten Reynold.
"Siap, Kapten!"
Tara bergegas berlari melanjutkan tugasnya, Reynold membalikan tubuhnya hendak pergi tapi Cinta menahannya. "Tunggu, Kapten! apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya Cinta.
"Memangnya kenapa?" Reynold balik bertanya kepada Cinta tapi dia tetap membelakangi Cinta.
"Tidak, perasaan aku kenal dengan suara Kapten tapi aku lupa dengar di mana gitu," sahut Cinta mengingat-ingat.
Reynold membalikan tubuhnya, lalu membuka masker wajahnya. Seketika Cinta membelalakkan matanya, dia baru tahu jika Reynold adalah mantannya Patricia.
"Ya, ampun bukanya anda Bapak Tentara yang diputuskan oleh Patricia?" seru Cinta dengan lantangnya.
Reynold langsung menutup mulut Cinta dengan tangannya. "Jangan keras-keras, memangnya kamu mau lihat aku ditertawakan oleh anak buah aku!" sentak Kapten Reynold.
Cinta menganggukkan kepalanya, lalu Reynold pun melepaskan tangannya. "Bagaimana perasaan Kapten saat melihat si Patricia dekat sama Roy? apa Kapten masih punya perasaan cemburu?" tanya Cinta penasaran.
Reynold menjitak kening Cinta membuat Cinta meringis kesakitan. "Jangan kepo dengan urusan orang," ketus Kapten Reynold.
"Idih, bukan kepo tapi penasaran," sahut Cinta dengan sengirannya.
"Sama saja." Reynold melengos meninggalkan Cinta.
Malam semakin larut, udara di tenda sangatlah dingin membuat semua tenaga medis harus memakai jaket plus kaos kaki dan juga kupluk, tidak lupa selimut yang tebal. Lucy tiba-tiba merasakan jika dirinya ingin ke toilet. "Yaelah, aku pengen ke toilet mana toiletnya jauh harus ke bawah," gumam Lucy.
Dia membangunkan Hugo. "Hugo, bangun."
"Apaan sih? ganggu aja," kesal Hugo.
"Antar ke toilet," ucap Lucy.
"Ogah, ngantuk. Minta antar sama Cinta aja," tolak Hugo.
"Ih, nyebelin banget sih." Lucy melihat Cinta yang sedang terlelap, dia tidak tega membangunkan Cinta karena tadi siang Cinta paling capek.
"Aku minta antar Bapak Tentara sajalah," gumam Lucy.
Lucy pun keluar dari tenda, udara dingin langsung menyergap tubuh Lucy. "Ya, Allah dingin banget," gumam Lucy.
Lucy melihat ada beberapa Tentara yang berjaga di pos mereka. Lucy menghampiri pos itu dan ternyata hanya ada Tara dan Dean yang sedang main catur. "Bapak Tentara!" panggil Lucy.
"Ada apa?" tanya Dean.
"Pak, aku ingin ke toilet bisa antar gak?" pintar Lucy.
Dean menatap Tara. "Sudah sana, kamu antar," ucap Tara.
"Ya, sudah ayo jalan," ucap Dean.
Dean berjalan di depan sedangkan Lucy mengikuti dari belakang. Selama dalam perjalanan, tidak ada yang bicara sama sekali. Bahkan Lucy berjalan dengan setengah sadar karena dia sangat mengantuk.
"Sudah sana cepetan masuk," seru Dean kala sudah sampai di depan toilet.
"Tunggu ya, Pak jangan ditinggalin," ucap Lucy.
"Iya."
Lucy pun masuk ke dalam toilet umum itu. Dia terus saja menguap, hingga tidak terasa dia tertidur dalam kondisi buang air be*ar. Dean terus melihat jam yang melingkar di tangannya. "Dokter itu sedang BAB atau apa, kok lama sekali," kesal Dean.
Dean mulai melakukan lompat-lompat kecil untuk menghilangkan rasa jenuh. Setengah jam pun berlalu, Dean mulai jengkel karena Lucy tidak keluar-keluar.
"Dokter, apa anda sudah selesai?" teriak Dean.
Tidak ada jawaban sama sekali, dia pun mulai mengetuk pintu toilet yang terbuat dari kayu itu. Tapi ternyata pintu kayu itu malah terbuka karena Lucy lupa menguncinya. Pintu terbuka dengan lebarnya, Lucy bangun keduanya sama-sama melotot.
"Huawaaaaaaaa....." Lucy dan Dean berteriak bersamaan.