NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Rarwrrrr

Aurora tersentak saat mendengar suara itu. Matanya menatap seekor macan kumbang di hadapannya. Entah sejak kapan hewan berwarna hitam itu ada di sana. Mungkin karena dirinya berjalan sambil menunduk, jadi tidak mengetahui kedatangan macan kumbang tersebut.

Kenapa aku baru tau ada hewan ini? Batin Aurora.

RARWRRRR

Aurora memejamkan matanya saat macan kumbang itu mengaum lebih kencang hingga membuat wajahnya seperti diterpa angin. Dia mengepalkan tangannya berusaha tidak takut. Karena jika dia ketakutan, maka hewan itu akan semakin beringas.

"Blaze."

Aurora menoleh, begitu juga dengan macan kumbang tersebut.

Melihat sang tuan datang, macan kumbang bernama Blaze itu mendekat ke arahnya.

Skala mengelus kepala Blaze dan menepuk-nepuk nya.

"Dia istriku, jangan menakut-nakutinya," ujar Skala seolah hewan hitam di depannya ini paham dengan ucapannya.

Aurora menatap ke arah mereka. Tanpa sadar kakinya melangkah mendekat, dia sama sekali tidak takut dengan hewan tersebut. Padahal tubuh Blaze lebih besar darinya.

"Kamu pelihara dia?" tanya Aurora pada Skala.

Skala hanya mengangguk sebagai jawaban.

Skala memelihara nya dari Blaze masih kecil hingga sekarang. Skala juga membiarkan Blaze berkeliaran di rumahnya, kecuali malam. Macan kumbang ini tidak terlalu buas seperti singa atau harimau liar. Kecuali saat Skala memerintah, barulah Blaze tanpa ragu menunjukkan sisi ganas nya.

Mata Aurora menatap penasaran ke arah Blaze yang sibuk bermanja dengan Skala. Terlihat menggemaskan dan mengerikan secara bersamaan.

Melihat tatapan Aurora, Skala pun mengarahkan Blaze agar berbalik menghadap gadis itu.

"Ulurkan tanganmu," titah Skala.

Aurora mengulurkan tangannya pada Blaze. Dan ya, macan kumbang tersebut langsung mengeluskan kepalanya ke tangan Aurora yang mungil.

Senyum Aurora merekah merasakan betapa lembut dan lebat nya bulu Blaze.

"Apakah aku boleh peluk?" tanya Aurora meminta izin. Aurora pernah memeluk kucing peliharaan nya, tapi dia tidak puas karena kurang besar. Jadi dia ingin memeluk macan kumbang ini agar merasa puas dan nyaman.

Skala mengangguk mengiyakan.

Tanpa ragu, Aurora langsung memeluk leher Blaze dan mengusap bulunya dengan lembut.

Melihat keduanya yang akur membuat Skala tanpa sadar tersenyum tipis.

Aurora melepaskan pelukannya, dia mencium kening Blaze dengan lembut. Senyumnya semakin merekah melihat hewan itu mau bermanja dengannya.

"Hai, Blaze," sapanya dengan suara lembut mendayu-dayu. Blaze semakin mengusapkan badannya pada Aurora.

"Ada apa ini?" Aurora tersentak mendengar suara tersebut. Dia langsung menjauh dari Blaze.

Sebelah alis Skala terangkat. "Ada apa, Mom?" tanyanya.

"Kenapa kamu bawa macan ini masuk ke dalam?" Evanda menatap tajam anaknya.

"Memangnya kenapa? Bukankah biasanya dia memang berkeliaran di dalam rumah?"

Evanda menghela nafas. "Jangan dibiarkan terus menerus, Skala. Nanti dia bisa menerkam salah satu pelayan di sini," ujarnya. Diam-diam dia melirik sinis Aurora yang berdiri di belakang putranya.

"Cepat bawa kembali ke kandangnya." Setelah mengatakan itu, Evanda berbalik pergi dari sana.

Skala memanggil penjaga yang bertugas merawat Blaze.

Dengan terpaksa Aurora membiarkan Blaze dibawa oleh penjaga tersebut. Padahal dia ingin bermain dengan kucing raksasa itu.

Skala melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah jam 4 sore. Lalu dia beralih menatap Aurora yang mengawasi Blaze.

"Kamu baru selesai melukis?" tanya Skala ketika melihat noda cat di tangan Aurora.

Aurora mengangguk. "Iya."

"Sudah makan siang?"

Aurora menggeleng kaku. "Belum..."

Skala menghela nafas berat. Apakah gadis di depannya ini tidak lapar hingga melewatkan jam makan nya?

"Aurora."

Aurora mendongak ketika seseorang memanggil namanya.

"I-iya, Mommy?"

Evanda melirik Skala sekilas, lalu beralih menatap Aurora. "Bisa tolong belikan Mommy telur? Pelayan sedang sibuk. Kalau kamu keberatan, tidak—"

"Mau, Mom, Aurora mau," jawab Aurora cepat. Dia tersenyum sumringah. Ia sama sekali tidak tersinggung saat Evanda menyuruhnya, Aurora malah senang karena Evanda mau berkomunikasi dengannya.

"Tidak bisa." Skala menyela. "Pelayan di rumah ini banyak, tidak mungkin semuanya sibuk," lanjutnya. Skala sampai memegang tangan Aurora seolah menjaga istrinya dari penjahat.

"Skala, untuk apa Mommy berbohong? Kamu lihat sendiri kalau tidak percaya," balas Evanda.

"Ada bibi yang lain. Kenapa harus istriku?"

Evanda mengepalkan tangannya. Kenapa putranya jadi sering membantah seperti ini semenjak menikah?

"Tidak apa-apa. Aku mau belikan telur nya, Skala." Aurora mendongak menatap Skala yang tinggi besar, lalu dia menoleh kembali pada Evanda. "Biar Aurora yang belikan. Mau beli berapa, Mom?"

"Lima rak. Ini, kamu pakai kartu ini untuk bayar."

Saat Aurora hendak menerima, Skala lebih dulu mengambilnya.

"Biar aku yang beli."

"Skala, kamu baru pulang, pasti lelah, kan?"

"Tidak," jawab Skala. Pria itu menunduk menatap istrinya. "Kamu masuk kamar, tunggu aku kembali."

Langsung saja Aurora menggeleng cepat. "Tidak. Aku mau belikan telur buat mommy. Kamu tidak perlu ikut. Ya?" Matanya menatap sang suami dengan memohon. Dia hanya ingin mengambil hati mertuanya agar Evanda tidak terus-terusan melihatnya dengan sinis.

Sebagaimana menantu, Aurora juga ingin disayang mertua. Melihat tatapan sinis Evanda setiap hari, membuat Aurora terus kepikiran. Apalagi Aurora adalah tipe orang yang suka overthinking. Sikap Evanda yang seperti itu membuatnya takut.

Skala berdecak kesal mendengar ucapan Aurora. "Bisakah kamu menurut? Jangan membantah ku!"

Aurora mengabaikan Skala, dia menatap Evanda dengan senyum terbaiknya. "Aurora yang belikan, Mom. Kalau begitu Aurora permisi," ucapnya. Evanda hanya mengangguk malas.

Aurora segera berlari ke luar mansion. Sedangkan Skala dibuat semakin kesal oleh gadis mungil itu. Demi mertuanya, Aurora rela melakukan apapun. Bahkan dia lupa kalau tidak memakai sendal.

"Jangan membuat istriku tertekan di rumah ini," peringat Skala.

"Mommy tidak memaksa Aurora, dia sendiri yang mau, kan?" balas Evanda lalu pergi dari sana. Sedangkan Skala langsung menyusul Aurora yang sudah berjalan ke luar gerbang. Bahkan gadis itu lupa kalau di sana ada supir yang bisa mengantarnya kemanapun.

"Aurora!"

Mendengar suara Skala yang menggema, Aurora menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap Skala yang baru saja masuk ke mobil. Dan tak lama dari itu, mobil tersebut berhenti di depannya.

"Masuk!"

Tanpa diperintah dua kali, Aurora masuk ke dalam mobil. Dia baru merasakan kalau kakinya tidak memakai sendal saking antusias nya disuruh Evanda.

"Jangan keras kepala." Suara Skala terdengar lebih datar dari biasanya.

Aurora yang sedang memasang sabuk pengaman pun menoleh. Dia terdiam sebentar sebelum menjawab. "Maaf..."

Skala diam, dia langsung melajukan mobilnya setelah Aurora duduk dengan nyaman.

Hingga saat mereka sudah sampai di supermarket, Aurora hendak turun, tapi Skala menahan tangannya.

"Pakai alas kakimu," ujarnya.

Aurora menunduk. Dia baru sadar di samping kakinya ada sebuah sendal berwana putih. Tak menolak, ia pun memakai sendal tersebut. Pas, tidak kebesaran ataupun kekecilan. Bagaimana ini bisa terjadi?

Mendengar suara pintu mobil tertutup, Aurora menoleh mendapati Skala yang keluar lebih dulu. Buru-buru dia mengikuti Skala seraya berlari kecil.

Padahal Evanda hanya menyuruhnya untuk membeli telur, tapi Aurora senang bukan main. Jika kebanyakan orang mengira dia dimanfaatkan, Aurora sebaliknya, dia malah merasa Evanda mulai menyukainya. Pikirannya terlalu polos saat ini. Dan hal itu tentu membuat Skala geram. Kalau terus seperti ini, bisa-bisa Aurora dimanfaatkan banyak orang nanti. Sepertinya, dia harus mendidik istrinya agar menjadi orang yang tegas.

Setelah mengambil telur, Aurora diam mengikuti Skala yang sedang membayar. Kepalanya menoleh kesana-kemari melihat orang-orang yang berbelanja.

"Kamu ingin membeli sesuatu?" tanya Skala mengejutkan Aurora.

"Tidak," jawab gadis itu singkat. Lagi pula dia tidak terlalu suka snack. Aurora terbiasa hidup sehat. Jadi, dia tidak ingin mengambil resiko.

Skala mengambil plastik besar bersisi telur pesanan Evanda. Lalu dia menyuruh Aurora untuk melangkah lebih dahulu.

"Aku mau bawa—"

"Tidak." Skala mendorong punggung Aurora agar terus berjalan menuju mobil.

Setelah masuk mobil, Aurora langsung mengambil alih plastik yang dibawa Skala, lalu dia letakkan di atas pangkuannya.

"Biar aku yang pegang," ujarnya lalu tersenyum manis.

Skala berdecak. Dia tidak menolak dan segera melajukan mobilnya membelah jalanan. Sepanjang jalan, Aurora tersenyum. Dia membayangkan kalau setelah ini akan dipuji-puji oleh ibu mertuanya. Skala sendiri hanya menghela nafas berat. Dia harus memberi peringatan pada ibunya agar tidak membuat Aurora tertekan. Jika tidak mempan, maka dia akan bicara dengan ayahnya.

"Di mana mommy?" tanya Aurora pada salah satu pelayan. Skala menyusul di belakangnya dengan wajah malas.

"Nyonya ada di taman belakang bersama nyonya besar, Nona," jawab pelayan tersebut.

Setelah mengucapkan terimakasih, Aurora segera menuju taman belakang.

Terlihat Evanda dan Nenek Aster ada di sana sedang berbincang-bincang.

"Mommy," panggilnya dengan pelan. Ketika kedua wanita itu menoleh, Aurora melebarkan senyumnya.

"Sudah?" tanya Evanda dan beranjak menghampiri Aurora.

Aurora mengangguk. "Iya. Ini telurnya. Rora letakkan di dapur ya?"

Evanda melirik Nenek Aster sekilas, lalu kembali pada Aurora. "Tidak perlu. Kamu temani nenek sana." Dia mengambil alih telur yang dipegang Aurora.

Tak membantah, Aurora pun membiarkan Evanda pergi membawa telur tersebut.

"Dari mana, Rora?" tanya Nenek Aster.

Aurora duduk lesehan di atas rumput tepat di samping kursi roda yang diduduki Nenek Aster. "Beli telur untuk mommy, Nek." Dia tersenyum.

Kening Nenek Aster mengerut. "Di mana para pelayan? Kenapa kamu yang membelinya?"

"Kata mommy, para pelayan sedang sibuk. Jadi, aku yang membelikannya. Tidak sendirian, Skala mengantar ku juga, Nek," jelas Aurora.

Meski bibir itu tersenyum, Nenek Aster tetap tidak bisa membenarkan sikap menantunya yang me nyuruh-nyuruh Aurora. Menantu di keluarga ini diperlakukan dengan baik, kenapa Evanda malah menyuruh Aurora untuk berbelanja?

Tidak memperpanjang, Nenek Aster memilih mengangguk, biar dia yang bicara dengan Evanda nanti.

"Kalau begitu, antar Nenek masuk ke dalam. Nenek mau menunjukkan sesuatu padamu," pinta Nenek Aster.

Aurora langsung beranjak dan mulai mendorong kursi roda nenek.

bersambung...

Like nya dongg

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!