NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sapu yang Melesat dan Ilusi Absurd

Setelah melewati gerbang megah Sekte Langit Biru, Shanmu dibawa Tuan Yao menuju sebuah bangunan tambahan sederhana di sisi timur, gudang peralatan kebersihan. Udara di dalamnya berdebu dan beraroma kayu tua serta jerami. Tuan Yao membuka sebuah lemari kayu yang reyot, mengeluarkan dua buah sapu lidi panjang dengan gagang kayu yang halus karena sering dipegang, serta dua karung goni yang kuat.

"Ini perlengkapanmu," ucap Tuan Yao, menyerahkan satu set pada Shanmu. "Jaga baik-baik. Jika rusak, kita yang harus mengganti."

Shanmu menerimanya dengan penuh hormat, seolah-olah menerima sebilah pedang pusaka. Ia memegang gagang sapunya, merasakan keseimbangannya, dan mengangguk serius.

"Karena ini adalah hari pertamamu, kita akan mengerjakan semua area bersama-sama," lanjut Tuan Yao. "Besok, jika kau sudah hafal medannya, kita bisa membagi tugas untuk lebih efisien."

"Baik, Tuan Yao. Saya mengerti," jawab Shanmu, siap menjalankan perintah.

Mereka kemudian berangkat menuju halaman depan, area terluar sekte yang luas dan langsung terlihat dari gerbang. Matahari pagi masih rendah, memancarkan cahaya keemasan yang menyapu batu-batu putih pelataran. Suasana masih sepi, hanya dihiasi oleh kicauan burung dan suara angin yang berbisik di antara pepohonan pinus tua. Waktu yang sempurna untuk bekerja tanpa gangguan.

"Kita mulai dari sini," kata Tuan Yao, mengambil posisi sambil memegang sapunya. "Ayo."

Shanmu tersenyum, sebuah ekspresi kesenangan murni yang jarang terpancar dari wajah orang yang sedang memegang sapu. Bagi dia, ini bukan pekerjaan hina, ini adalah anugerah, sebuah ritme kehidupan baru yang stabil. Ia melihat Tuan Yao mulai bergerak. Tangan tua itu terlihat berpengalaman. Setiap ayunan sapunya efisien dan bertenaga, menyapu dedaunan kering dan debu dalam gerakan menyapu yang lebar. Bahkan, Tuan Yao mulai bersenandung kecil, sebuah lagu rakyat tua tentang panen yang riang.

Ini pasti sebuah teknik latihan khusus, pikir Shanmu dengan polosnya. Mungkin dengan bernyanyi, tenaga mengalir lebih lancar?

Tanpa ragu, Shanmu pun mengikuti. Ia mengambil ancang-ancang, menggenggam erat gagang sapunya, dan mulai menyapu. Namun, gerakannya bukan sekadar efisien. Itu adalah sebuah ledakan energi murni yang tak terduga. Kakinya yang kuat melesat, tubuhnya membungkuk dengan sempurna, dan sapunya bergerak bagai kilat.

Swish! Swish! SWISH!

Lidi-lidi sapu seolah-olah meninggalkan bayangan, menyapu bersih area seluas beberapa meter persegi hanya dalam beberapa detik. Ia tidak hanya menyapu, ia seperti menari dengan sapunya, sebuah tarian yang penuh dengan kekuatan dan kegembiraan primitif. Dalam hatinya, ia juga mulai 'bernyanyi', sebuah melodi tanpa lirik yang hanya terdiri dari suara semangat.

"Hup! Ouh! Yah! Ayo! Bersih!"

Tuan Yao, yang sedang asyik dengan lagu dan sapunya sendiri, tiba-tiba merasakan angin sepoi-sepoi yang tidak wajar di dekat kakinya. Ia menoleh, dan matanya nyaris melotot. Shanmu sudah berada di seberang halaman, meninggalkan jejak bersih yang luas di belakangnya. Sebelum Tuan Yao bisa berkomentar, Shanmu yang seperti angin puyuh itu sudah berputar balik, dan dalam ayunannya yang tak terkendali, sapunya dengan tidak sengaja menyapu ujung sepatu Tuan Yao.

"Hei! Hahaha! Anak muda, apa kau menyapu debu atau menyapu kakiku ini?" tegur Tuan Yao, tertawa terbahak-bahak karena geli dan terkejut.

Shanmu berhenti seketika, wajahnya memerah karena malu. Ia menggaruk-garuk kepalanya dengan tangan yang masih memegang sapu. "Maaf, Tuan Yao! Saya terlalu bersemangat."

Tawa Tuan Yao perlahan mereda, tetapi digantikan oleh sebuah keheranan yang dalam. Ia adalah seorang Pejuang Besi tahap awal. Untuk bisa menyapu dengan kecepatan dan kekuatan seperti yang baru dilakukan Shanmu, bahkan dirinya perlu memfokuskan sedikit Qi ke otot-ototnya. Itu bukan hal yang mudah dilakukan sambil bersenandung riang. Tetapi Shanmu... ia melakukannya dengan mudah, alami, bahkan tanpa napas yang berat. Padahal, jelas-jelas tidak ada aliran Qi yang bisa ia rasakan dari tubuh pemuda itu. Hanya ada tenaga fisik belaka, tetapi tenaga fisik yang begitu dahsyat dan seolah tak ada habisnya.

Pemuda ini... benar-benar aneh, pikir Tuan Yao, matanya menelusuri tubuh perkasa Shanmu yang berdiri dengan wajah malu-malu. Aku bukan hanya kagum pada tekadnya. Sekarang, aku kagum pada kekuatan alamiahnya yang mengerikan ini.

Tuan Yao berdehem, menyembunyikan kekagetan dan pikirannya yang berputar. "Karena halaman depan sudah... sangat bersih, ayo kita lanjut ke pelataran utama."

"Baik!" jawab Shanmu, kembali bersemangat.

Saat mereka mendekati pelataran upacara yang lebih luas, suasana sudah berbeda. Beberapa murid sekte, mengenakan seragam biru langit, sudah terlihat sedang melakukan pemanasan atau duduk bermeditasi di tepi lapangan. Tuan Yao segera membungkuk dan berbisik pada Shanmu, "Ingat aturannya. Di sini, kita menyapu perlahan. Jika ada murid lewat, kita menunduk dan berhenti sebentar."

Shanmu mengangguk sungguh-sungguh, wajahnya menjadi serius. Ia memperhatikan Tuan Yao yang seketika berubah. Gerakan menyapunya melambat, penuh hati-hati, penuh penghormatan. Setiap kali ada murid yang berjalan mendekat, bahkan dari jarak sepuluh meter, Tuan Yao sudah berhenti, membungkukkan badan, dan menundukkan kepalanya sampai murid itu lewat. Hal itu terjadi berulang kali dalam waktu singkat.

Shanmu mengamati dengan cermat. Menunduk berulang-ulang itu melelahkan dan menghambat pekerjaan, pikirnya dengan logika praktisnya. Lalu, sebuah ide 'brilian' muncul di kepalanya.

Dengan inisiatif polos, ia memutuskan untuk mengambil posisi menyapu sambil tetap menunduk. Dengan begitu, pikirnya, ia tidak perlu bolak-balik menunduk dan berdiri. Ia membungkukkan tubuhnya dalam sudut yang nyaman, dan mulai menyapu lagi. Awalnya pelan, meniru Tuan Yao. Namun, tanpa sadar, ritme tubuhnya mengambil alih. Gerakan menyapunya, meski dalam posisi membungkuk, mulai bertambah cepat. Karena konsentrasinya tertuju pada sapu dan tanah, ia tidak menyadari bahwa ia sudah berpindah tempat dengan kecepatan yang tidak wajar.

Sapuannya yang efisien dan penuh tenaga membersihkan jalur demi jalur di pelataran. Tanpa ia sadari, alih-alih hanya menyapu area kecil, ia sudah menyusuri seluruh pinggiran pelataran, bahkan tanpa sengaja melanjutkan ke jalan setapak kemudian menyapu ke halaman belakang, membersihkannya dalam sekejap, lalu kembali ke posisi awalnya di pelataran, semua ini terjadi dalam keadaan pikiran fokus menyapu sambil menunduk.

Tuan Yao, yang sibuk dengan ritual menunduk dan menyapu pelan-pelan, baru menyadari ada yang aneh ketika ia melihat area di depannya sudah bersih mengkilap. Ia mengangkat kepala, memandang sekeliling. Seluruh permukaan pelataran batu putih itu bersih dari daun, debu, dan kotoran. Bahkan lumut di sela-sela batu tampak tersapu. Matanya membelalak. Ia menoleh ke Shanmu, yang berada sekitar dua puluh meter darinya, masih dalam posisi membungkuk dan menyapu pelan-pelan, setidaknya, itulah yang terlihat oleh Tuan Yao dari kejauhan.

Bagaimana mungkin? pikirnya, bingung. Apa ada orang lain yang membantu?

Ia mengusulkan pada Shanmu untuk pindah ke halaman belakang, dengan asumsi pelataran memang sudah lebih bersih dari perkiraan. Shanmu, yang merasa baru menyapu sedikit, mengangguk patuh.

Saat mereka tiba di halaman belakang yang biasanya menjadi tempat pembuangan sampah daun dan sisa-sisa taman, Tuan Yao nyaris terjatuh karena terhuyung akibat terkejut. Pemandangan yang disuguhkan padanya benar-benar absurd.

Halaman yang semestinya dipenuhi tumpukan daun kering, ranting patah, dan lumpur kering itu sekarang terlihat rapi. Semua sampah telah terkumpul di beberapa titik, ditumpuk dengan rapi seperti bukit-bukit kecil yang siap diangkut. Tanahnya bahkan tampak seperti telah 'disikat'.

" Ini..." gumam Tuan Yao, tak percaya. Ia ingat betul betapa kotornya tempat ini kemarin. "Shanmu, apa... apa kau melihat orang lain di sini tadi?"

Shanmu, yang sama sekali tidak ingat telah 'mampir' ke sini, menggeleng polos. "Tidak, Tuan Yao. Hanya kita berdua."

Dengan perasaan campur aduk antara takjub dan mulai sedikit takut, Tuan Yao hanya bisa mengajak Shanmu untuk mengumpulkan tumpukan sampah itu ke dalam karung. Pekerjaan itu selesai dengan cepat karena semuanya sudah rapi. Mereka lalu membawa karung-karung penuh ke area pembakaran di belakang sekte, menghancurkannya menjadi abu.

Pekerjaan dilanjutkan ke area kediaman murid-murid, di jalan-jalan setapak yang berliku di antara paviliun-paviliun kecil. Di sini, Tuan Yao memutuskan untuk hanya mengawasi Shanmu dari dekat. Dan sekali lagi, keajaiban atau lebih tepatnya, keanehan terjadi. Shanmu, yang berusaha mengikuti instruksi untuk 'pelan dan hati-hati', tetap saja menyelesaikan penyapuan area yang luas itu dalam waktu yang sangat singkat. Gerakannya seperti mesin yang efisien dan tak kenal lelah.

Ketika jarum jam bayangan matahari menunjukkan sekitar pukul sepuluh pagi, seluruh daftar pekerjaan yang seharusnya memakan waktu seharian penuh telah selesai. Bahkan area di dekat kediaman tetua, yang biasanya mereka kerjakan dengan sangat perlahan dan penuh ketakutan, telah beres.

Tuan Yao berdiri di tengah pelataran yang kini sunyi, sapunya terkulai di tangan. Matanya kosong, menatap hampa ke kejauhan. Pikirannya kacau. Ia merasa seperti baru saja mengalami ilusi, disuguhi sebuah pertunjukan yang melanggar hukum alam. Seorang pemuda tanpa Qi, mengandalkan tenaga fisik belaka, menyelesaikan pekerjaan berat lima orang dalam waktu kurang dari tiga jam. Itu tidak masuk akal.

"Tuan Yao? Tuan Yao?" suara Shanmu memecah lamunannya, penuh dengan antusiasme pekerja yang ingin bertugas lebih. "Apakah masih ada tempat lain yang perlu disapu? Atau pekerjaan lain yang bisa saya bantu?"

Tuan Yao menatap wajah cerah dan polos Shanmu dengan keheranan mutlak. Di balik senyuman tulus itu, tersimpan sebuah rahasia fisik yang menakutkan. Anak ini... maniak bekerja, pikirnya, hampir tertawa histeris. Ia menggeleng kuat-kuat, berusaha menenangkan pikiran dan menjaga kewarasannya.

Ia berdehem beberapa kali, mencoba mengembalikan nada suaranya yang normal. "Tidak... tidak, Shanmu. Kita... kita sudah selesai. Sekarang, ayo kita kembalikan perlengkapan dan temui Diaken He untuk mengambil upah kita."

Mendengar kata 'upah', wajah Shanmu bersinar dengan cahaya yang lebih terang dari matahari pagi. Ini akan menjadi gaji pertamanya yang sah, hasil keringatnya sendiri di kota baru ini.

Tuan Yao kemudian berjalan, membawa sapu dan karung kosongnya dengan langkah yang sedikit goyah, masih belum sepenuhnya pulih dari keheranan. Di belakangnya, Shanmu berjalan dengan langkah ringan, nyaris melompat-lompat kecil karena kegembiraan, sapu dan karungnya diayun-ayunkan dengan riang. Dua sosok dengan dunia yang berbeda satu dipenuhi pertanyaan dan keheranan, satunya lagi dipenuhi rasa syukur dan semangat, berjalan menuju bangunan administrasi sekte, membawa serta rahasia tentang seorang penyapu yang mungkin adalah monster fisik terselubung di balik senyuman lugunya.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!