Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23 Luna dan Bella
"Kamu anak HARAM! Kamu bukan anak saya!"
Jika orang lain yang mendengar ucapan itu, sudah pasti akan sangat terpukul atau bahkan pingsan. Tapi respon Luna sungguh sangat di luar dugaan Anton. Dia mengira, Luna akan terpukul dan sedih tapi tanggapan gadis itu sungguh membuatnya murka.
"Bagus dong, berarti di tubuh gue gak ada darah yang mengalir dari tukang selingkuh KAYA LO!" sahut Luna tersenyum smrik. Dia menekan kata terkahirnya, mendoakan jika dia baik-baik saja.
Bukan hanya Anton yang terkejut mendengar jawaban Luna, Dan ia pun sama. Wanita itu tak menyangka jika putrinya sama sekali tidak terpukul mendengar kenyataan itu. Kenapa dia tidak mengatakannya sejak dahulu saja?
"Dasar anak kurang ajar!" murka Anton mendengar jawaban Luna.
"Apa? Lo bilang gue bukan anak Lo, kan? Tentu saja gue bahagia mengetahui kenyataan itu, kenapa gak bilang dari dulu aja sih? Biar gue gak malu punya papa tukang selingkuh," tantang Luna.
"Brengsk!" seru Anton murka, dengan cepat langkahnya mendekati Luna dan berniat memukul gadis itu, tapi cekalan di tangannya membuatnya mengurungkan niat.
"Jangan sekali-kali kamu sakiti anak ku!" Dania menghempas tangan Anton cukup kuat, tapi tak membuat tubuh lelaki itu berpindah sedikit pun dari tempatnya berdiri.
"Dasar J*LANG!" seru Anton murka.
"Luna, cepat pergi dari sini!" usir Dania, sungguh dia tak akan membiarkan Anton memukul Luna lagi, cukup selama ini lelaki itu menyakiti putrinya.
Luna mendengus, dia segera berbalik meninggalkan kamar orang tuanya, bahkan rumah orang tuanya. Sengaja pergi dari rumah, sebab tak ingin mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya lagi. Situasi saat ini sedang memanas, ah padahal bukan hari ini saja dia menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar, sering bahkan sangat sering dan hal yang menjadi pemicunya selalu sama, yaitu perselingkuhan Papanya.
Gadis itu berjalan di trotoar sambil sesekali menendang krikil kecil yang ada di hadapannya. Meski tadi dia terlihat senang dihadapkan Papanya, tapi sebenarnya dia sedih bahkan terkejut mendengar kenyataan itu. Sekarang dia paham kenapa Papanya selalu bersikap seperti itu padanya, ternyata karena dia bukan darah daging lelaki itu, tapi siapa ayahnya, jika bukan lelaki itu?
Luna terus melangkah menjauh dari rumahnya, tapi dia bingung harus kemana, sama sekali tak memiliki tujuan. Jika dulu setiap ada masalah dia selalu datang ke rumah Gadis dan mereka akan menghabiskan waktu di club, tapi kali ini dia tidak mau kesana, mengingat bagaimana sikap Gadis akhir-akhir ini. Mau ke rumah Sera atau Mauren, rasanya kurang enak saja sebab mereka jarang sekali ke rumah Sera maupun Mauren.
Gadis itu menghela napas lelah, dirinya memilih duduk di depan minimarket dari pada di taman, masih trauma dengan penculikan yang pernah terjadi padanya.
Untuk menghilangkan kebosanan, Luna memilih melihat sosial media, ternyata Mauren baru saja mengirim cerita di Instagram miliknya. Luna segera membuka, ingin mengetahui apa yang sedang Mauren lakukan.
Menghela napas lelah saat mengetahui Mauren beserta Gadis dan Sera ternyata sedang berada di sebuah club malam. "Ck, mereka bener-bener ngeluapin gue," celetuknya.
Selama ini jika salah satu dari mereka mau pergi pasti selalu mengajak yang lainnya, tapi lihatlah sekarang mereka bertiga bahkan melupakan dirinya. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa mereka melakukan itu?
Akhirnya Luna mengirim pesan pada Mauren.
📤Luna
Kalian ke club gak ngajakin gue?
Tak lama pesannya pun dilihat oleh Mauren, dan beberapa detik setelahnya pesan itu terbalas.
📥Mauren
Sorry Lun, gue udah mau ngajak Lo, tapi Gadis ngelarang.
Lo sama Gadis ada masalah apa sebenarnya? Apa gak bisa di bicarakan baik-baik?
📤Luna
Gue gak ngerasa punya masalah sama dia Ren, coba Lo tanya aja sama dia, kenapa dia berubah dan ngejauhin gue?
📥Mauren
Dia gak mau jawab, coba deh Lo deketin dia, tanya baik-baik.
📤Luna
Hm
Setelah itu Luna tak ingin lagi menggubris pesan Mauren, terlalu lelah dengan masalahnya sendiri. Tak ingin lagi menambah masalah dan membuat dia pusing sendiri.
Cukup lama Luna duduk di depan minimarket, untung saja minimarket tersebut buka dua puluh empat jam, hingga membuatnya tak khawatir lama-lama berada di sana.
Tuk
Sebuah minuman kaleng diletakkan tepat di hadapannya, disusul seorang pemuda dengan minuman yang sama duduk dihadapannya.
"Nungguin siapa? Dari tadi gue liat Lo disini sendiri," tanya pemuda dengan jaket denim yang melekat di tubuhnya itu.
Luna menatap lelaki itu sebentar, "Bukan urusan Lo," jawabnya ketus.
"Anak gadis tuh gak baik malam-malam di luar sendirian, bahaya. Lo tahu, kan berita akhir-akhir ini, banyak geng motor dan sejenisnya yang nyerang orang random, Lo gak takut kalo mereka datang ke sini dan jadiin Lo sasaran mereja" Pemuda itu menatap Luna yang sama sekali tak mau menatap ke arahannya.
"Lo salah satunya, kan?" tuding Luna.
Pemuda itu terbahak, "Apa alasan Lo nuduh gitu? Emang gue tampang preman? Ganteng gini." Pemuda itu melihat penampilannya sendiri.
Luna hanya memutar bola matanya malas.
"Minum, gue sengaja beli buat Lo," titah pemuda itu sebab Luna mengabaikan minuman yang dia berikan.
"Gak minat," sahut Luna masih ketus.
"Tenang aja gak ada racunnya, gue ambil dari sana langsung," ucapnya sambil menoleh ke dalam minimarket.
Luna tak menanggapi, dia sebenarnya hanya ingin pergi dari hadapan pemuda itu, tapi kemana? Pulang tidak mungkin, dia malas sekali bertemu kedua orang tuanya. Saat sedang pusing ingin pergi kemana, saat itulah sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan minimarket. Entah kenapa tatapan Luna justru lurus menatap mobil tersebut, penasaran siapa yang akan keluar dari mobil itu, meski dia yakin tak akan mengenal pemiliknya.
Kedua bola mata Luna menyipit saat melihat siapa yang keluar dari mobil itu, setelahnya dia tersenyum saat mengenal seseorang tersebut.
"Bella! Kenapa Lo lama banget sih?" ucap Luna protes, padahal mereka sama sekali tidak janjian. Luna sengaja melakukan itu.
"Eh, Luna," sahut Bella terkejut. "Lo?"
"Oh Lo mau belanja dulu? Yuk, kita beli cemilan dulu sebelum begadang." Luna langsung menarik tangan Bella untuk masuk ke dalam minimarket tersebut.
Bella dibuat pasrah, meski sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin dia lontarkan, tapi sengaja dia tahan.
"Gue bersyukur banget Lo datang Bell, Lo bener-bener malaikat penyelamatan gue," ucap Luna setelah mereka masuk dan berada di depan rak cemilan.
Bella mengernyit kan dahi, "Lo sebenarnya kenapa? Gue tadi gak sengaja lihat Lo kayaknya duduk sama cowok deh, tapi gue gak ngeh kalo itu Lo, terus kenapa malah ekting gini?" tanyanya penasaran.
Luna mulai menjelaskan sambil memilih cemilan yang akan dia beli, dan Bella mendengarkan dengan seksama.
"Oh yaudah setelah ini gue anter pulang aja kalo gitu," sahut Bella.
Luna menggelengkan kepala, "Gue lagi males pulang, boleh gak gue nginep di rumah Lo?" tanyanya penuh harap.
Bella tersenyum lalu mengangguk, "Boleh banget dong, kebetulan nyokap gue gak di rumah, jadi gue kesepian di rumah sendiri, ya meskipun ada pembantu, tapi tetep aja," sahutnya antusias.
"Makasih Bella," Luna bernapas lega, sebab hari ini dia tidak pusing memikirkan akan pergi kemana.
"Eh, tapi Lo jangan bilang sama Ken, gue lagi males ketemu sama dia," ucap Luna saat menyadari jika Bella bisa saja memberitahu Ken jika dia menginap di rumah gadis itu.
"Lo tenang aja," sahut Bella.
Luna mengangguk percaya, "Lo sebenarnya mau beli apa malam-malam gini keluar sendiri?" tanyanya.
"Itu, gue mau beli pembalut sama minuman untuk haid, makanya gue beraniin keluar sendiri, kalau aja Raka tahu dia pasti ngomel, tapi gue gak mau ngerepotin dia," jawab Bella. Setelah itu mereka langsung menuju tempat penyimpanan pembalut.
Tak lama keduanya keluar dari minimarket tersebut, dan ternyata pemuda itu masih berada di luar minimarket. Bahkan pemuda itu menghampiri keduanya saat mereka keluar.
"Ini minumannya, sayang mubadzir kalau di buang, mau gue minum juga pamali, soalnya udah gue kasih ke Lo." Pemuda itu menyodorkan minuman kopi kaleng tersebut ke hadapan Luna.
Gadis itu hanya menatap minuman tersebut tanpa berminat mengambilnya, hingga akhirnya Bella yang meraih minuman itu.
"Makasih ya, tapi teman gue gak suka kopi," sahut Bella asal, tak ingin menyinggung pemuda itu.
"Oh pantesan gak diminum dari tadi. Yaudah Lo ambil aja. Gue balik, tolong jaga temen Lo, kayaknya dia lagi banyak masalah, soalnya gue lihat dia duduk disini dari jam setengah sepuluh sampe jam segini belum balik," ucap pemuda itu setelahnya dia pergi dari hadapan Luna dan Bella.
Kini Bella menatap Luna, dia butuh penjelasan, "Lo ada masalah lagi?" tanyanya.
Luna menghela napas, "Ntar gue cerita kalo udah di rumah Lo," jawabnya.
"Yaudah sekarang kita balik," putus Bella.
Keduanya sama-sama memasuki mobil, dan Bella langsung menjalankan mobil tersebut meninggalkan area minimarket.
Tak butuh waktu lama, mobil tersebut memasuki sebuah rumah.
"Ternyata rumah kita gak jauh ya," celetuk Luna setelah mereka berhenti di halaman rumah Bella.
"Emang rumah Lo mana?" tanya Bella, cukup penasaran sebab Luna berada di minimarket dekat rumahnya.
"Perumahan belakang minimarket tadi, paling jalan kaki sepuluh sampai dua puluh menit," jawab Luna.
"Itu mah deket banget, gue juga biasa datang ke minimarket itu," sahut Bella.
Keduanya kini masuk ke dalam rumah Bella yang ukurannya tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, hampir sepadan dengan rumah Luna. Hanya saja rumah Bella berada di kawasan elit.
"Anggap aja rumah sendiri, nyokap gue orangnya welcome kalau sama teman-teman gue, jadi Lo bersikap biasa aja sama nyokap kalo beliau pulang nanti. Rumah gue juga biasa dijadikan tempat kumpul sama temen-temen dulu tapi sebelum kita kuliah, sekarang udah pada sibuk sendiri," ucap Bella. Keduanya berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua.
Luna menganggukkan kepala sambil menatap sekeliling. "Lo semester berapa kalo boleh tahu?" tanyanya, sebeb beberapa waktu lalu dia tidak kepikiran menanyakan hal itu.
"Gue baru aja lulus sih, tinggal nunggu wisuda. Bulan depan gue wisuda, bareng tuh sama Ken," jawab Bella.
"Ck, kenapa nyebut nama itu sih?" Luna berdecak kesal, entahlah dia kesal sekali mendengar nama Ken. Sedangkan Bella hanya terkekeh geli.
"Ternyata Lo udah dewasa ya, gue kira Lo baru lulus SMA sama kaya gue, ternyata lebih tua. Sorry ya gue panggil Lo nama tanpa embel-embel Kak," ujar Luna menyesal.
"Ck, santai aja kali Lun. Gue mah biasa aja Lo mau panggil apapun, tapi lebih enak ginian sih, kalau Lo panggil gue Kak, berasa tua banget gue," sahut Bella.
Luna terkekeh menanggapi ucapan Bella yang menurutnya cukup lucu itu.
Krek
"Ini kamar gue, Lo anggap kamar sendiri aja ya, gak usah sungkan." Bella membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
Keduanya masuk ke dalam kamar Bella. Kamar itu cukup luas, bisa dibilang lebih luas dari kamar Luna.
"Mau minum apa Lun? Biar gue ambil di bawah," tanya Bella setelah Luna duduk di sofa kamarnya.
"Air putih aja deh," jawab Luna.
Setelah itu Bella pun meninggalkan kamar, tak lama dia kembali dan menyusul Luna yang masih duduk di sofa, mengganti saluran televisi, entah apa yang gadis itu cari.
"Kalo boleh tahu, Lo kenapa gak mau pulang?" tanya Bella penasaran.
Luna menatap Bella sebentar lalu menghela napas, "Gue boleh curhat gak sama Lo? Jujur, selama ini gue gak pernah menceritakan masalah keluarga gue ke siapapun, meski akhirnya temen-temen gue tahu sendiri, tapi sekarang rasanya gue pengen banget curhat sama Lo, boleh gak?" tanyanya. Entahlah Luna merasa Bella memiliki kepribadian baik, hingga dia percaya untuk menceritakan sedikit masalah keluarganya.
"Boleh banget dong gue malah seneng, itu tandanya Lo percaya sama gue. Gue bakalan dengerin dan ngasih saran atau bantu kalau bisa," jawabnya.
"Makasih Bella!" tanpa di duga Luna langsung memeluk Bella, membuat gadis yang umurnya lebih tua darinya itu terkekeh.
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri