NovelToon NovelToon
Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Roh Supernatural / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan

Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.

Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.

“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.

Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Pesan Kematian Iblis.

***

Lanang berusaha menahan tubuh Bryan yang hampir terjatuh, tetapi tangannya tiba-tiba tak bisa menahan lagi, hanya melayang menembus udara. Jiwa yang tak lagi menyatu dengan raga membuatnya tak mampu menyentuh sahabatnya itu.

"Apa-apaan ini?" gumamnya, kebingungan bercampur frustrasi. Ia mencari jawaban dari sang Entitas, namun tak mendapat respons.

Rupanya, sang Entitas telah keluar sepenuhnya dari jiwa Lanang.

Sosok gelap berkaki buntung itu melayang di udara, mengejar Iblis yang berusaha kabur. Dengan gerakan gesit dan penuh keyakinan, ia berhasil mengejar mahluk jahat itu.

Crash!

Hanya dengan sekali tebasan ekor runcingnya, Iblis itu berhasil ia tangkap. Ekornya yang tajam dan mematikan menjulur seperti tombak, siap menghunjam. Tanpa ragu, dengan gerakan cepat dan pasti, ekor itu menukik tajam, menembus tepat ke jantung Iblis yang sudah terjebak dalam cengkeramannya.

Ceplashhh!

"WARGKKKK!!!"

Teriakan menyakitkan dari si Iblis menggema di udara, keluar dari mulut Iblis yang tertusuk. Suaranya penuh penderitaan dan kemarahan.

"Musnahlah, Iblis laknat! Berhenti mengganggu orang-orangku!" ucap sang Entitas dengan suara lantang, dipenuhi amarah yang sepertinya lama terpendam.

"Wargkkkk... Dasar biadab! Kau pikir siapa dirimu sampai berani membunuhku?" sahut Iblis itu dengan suara melengking, penuh kebencian dan keputusasaan. Setiap katanya seperti pisau yang mencoba melukai harga diri sang Entitas.

"Aku memang bukan siapa-siapa," jawab sang Entitas, suaranya tiba-tiba tenang, seolah telah menerima sepenuhnya posisinya.

"Aku hanya sahaya hina, yang bahkan lebih rendah daripada manusia fana. Tapi setidaknya, aku menerima takdirku untuk melayani tuanku." Kata-katanya jujur, tanpa embel-embel kebanggaan, hanya pengakuan polos tentang keberadaannya.

"Dasar makhluk rendah! Kau bahkan sudi mengakui mereka sebagai tuanmu? Kau memang sampah! Kau bukan bagian dari kami!" teriak Iblis itu lagi, mencoba melepaskan diri dengan sisa-sisa kekuatannya. Ego dan kesombongannya masih menyala, bahkan di ambang kekalahan.

"Ya. Sekarang kau jelas tahu," balas sang Entitas, tak bergeming sedikit pun. "Aku tak pernah ingin menjadi bagian dari kalian. Karena itu... ENYAHLAH!"

Dengan kekuatan penuh, ia mendorong ekor runcingnya semakin dalam ke jantung Iblis itu. Kilatan cahaya merah menyambar liar di sekeliling mereka, mengiris kegelapan yang menyelimuti tempat itu. Cahaya itu bukan hanya membutuhkan mata, tetapi juga seolah membersihkan udara dari energi jahat yang selama ini mengendap.

"WARGKKKK!!!"

Iblis itu meraung kesakitan untuk terakhir kalinya. Suaranya bukan lagi kemarahan, melainkan jeritan murni seorang makhluk yang menyadari ajalnya benar-benar tiba.

"Awas, kalian semua, makhluk hina! Tuanku pasti akan datang menuntut balas! Kami tak pernah kalah... WARGKKKK!!!"

TAR!

Ledakan keras menggelegar, disusul oleh teriakan terakhir Iblis itu sebelum akhirnya musnah sama sekali, menyisakan keheningan yang tiba-tiba dan sangat berat.

Meski wujud Iblis telah sirna, gema pesan kematiannya masih menggantung di udara—mengerikan, dan penuh firasat buruk. Setiap kata ancamannya seperti terpatri dalam pikiran Lanang, menjadi beban baru yang ia harus tanggung.

"Cepat bangunkan dia. Sekarang waktunya kita pergi dari sini," desak sang Entitas, yang dalam sekejap sudah menyatu kembali dengan jiwa Lanang. Suaranya mendesak, berbeda dari biasanya.

"Kenapa kau harus membunuhnya? Apa kau tidak dengar ancamannya? Pemimpin mereka akan datang menuntut balas!" geram Lanang sambil berusaha mengangkat tubuh Bryan yang pingsan. Rasa khawatir dan kesal bercampur jadi satu.

"Huh... Dibunuh atau tidak, mereka tetap akan datang. Jangan pernah percaya pada mulut setan yang penuh tipu daya," sang Entitas menjawab dengan nada datar, seolah itu hal biasa yang sudah dia ketahui sejak lama.

"Apa maksudmu?" tanya Lanang, bingung. Sejauh ini, dia selalu menghindari konflik dengan iblis mana pun. Urusan dengan satu Entitas ini saja, sudah membuatnya kewalahan dan berujung pada kematian. Mustahil baginya sengaja mencari masalah dengan iblis lain.

"Dasar makhluk fana yang tolol! Sekarang bukan waktunya membicarakan mereka. Cepat bawa temanmu pergi dari sini. Kau sudah kehabisan waktu!" sanggah sang Entitas, kali ini terdengar cemas dan tidak sabar.

Lanang tidak membuang waktu lagi. Dengan sisa tenaga, ia membuka portal untuk kembali. Namun, jarak yang harus ditempuh kali ini dua kali lipat lebih jauh. Waktunya benar-benar mepet.

"Hwasuk!!!"

"Bagaimana ini? Gerbang Limbo sudah terbuka!" seru Lanang panik, saat melihat ke belakang. Pintu menuju ruang hampa tanpa waktu itu, sudah mulai membesar dan mengejar mereka dengan cepat.

"Tunggu apa lagi? Cepat lari!!!" teriak sang Entitas, suaranya nyaris hilang tertelan kepanikan. Ia melemparkan kumpulan energi gelap ke arah gerbang Limbo, berharap bisa memperlambatnya. Namun, alih-alih hancur, energi itu justru disedot masuk ke dalam gerbang, seolah-olah Limbo itu justru dilahap olehnya.

"Oh, bodohnya aku! Kukira itu bisa menahannya, malah jadi makanannya. Dasar sialan!" sang Entitas menggerutu, frustrasi. Dengan cepat, ia mengalihkan strategi, mengerahkan sisa energinya untuk mendorong Lanang yang sedang menggandeng tubuh Bryan. "Percepat langkahmu! Lari!"

Langkah Lanang memang semakin kencang, bagai ditiup angin. Tapi gerbang Limbo tak kalah cepat. Lubang kegelapan itu semakin membesar, menyedot segala energi di sekitarnya, seperti raksasa yang tak pernah kenyang.

"Sialan... Seandainya temanmu itu tidak pingsan, aku bisa keluar dari jiwamu dan masuk ke dalam gerbang Limbo. Biar aku yang mereka kejar, bukan kalian," gumam sang Entitas, suaranya rendah dan jarang terdengar begitu serius.

"Jangan gila! Untuk apa kau masuk ke sana? Mau tersesat selamanya?" geram Lanang, tidak mau mendengarnya.

"Kalaupun aku tersesat, kau bisa memanggilku lagi..." jawab sang Entitas, tapi perkataannya terputus ketika cahaya putih tiba-tiba muncul di depan mereka.

"Itu gerbang portal! CEPAT! LEBIH CEPAT LAGI!" teriaknya menggelegar, seketika memompa seluruh energi terakhirnya. Ledakan energi mendorong Lanang dan Bryan terlempar ke depan, hampir mendekati pintu portal.

Tapi...

Zap!

Tiba-tiba, Jiwa Lanang berhenti, seperti menabrak dinding kaca yang tak terlihat dan terpental kembali. Ternyata ada sebuah tabir tak kasat mata menghalangi jalan mereka.

"Duh Gusti..." bisik Lanang, wajahnya pucat seketika. "Sepertinya tadi... aku salah merapal mantra membuka portal."

Kebodohannya sendiri membuatnya ingin menjerit. Di detik-detik terakhir, justru kesalahan kecil itu bisa membawa mereka pada bencana.

"APA MAKSUD MU? BAGAIMANA BISA KAU SALAH BACA MANTRA?" sang Entitas meraung marah. Di saat genting seperti ini, kenapa Lanang justru melakukan kesalahan yang begitu bodoh?

"Mantra yang kurapal tadi membuat gerbang ini hanya bisa dilewati manusia dalam wujud fisik! Sementara kita sedang dalam bentuk jiwa! Ini gara-gara kau belum mengajariku mantra untuk menggabungkan portal jiwa dan raga!" teriak Lanang membela diri, suaranya terdengar frustrasi dan panik.

Mendengar jawaban itu, sang Entitas terperangah sejenak, seolah terkena pukulan telak. Kalau bisa di lihat, mungkin wujudnya sedang mengedip bodoh lantaran terlalu terkejut.

"Yah... Yah... semua salahku, kalau begitu. Kau bisa menyalahkanku," ujarnya tiba-tiba dengan nada pasrah.

Perlahan, ia membalikkan badan memisahkan diri dari jiwa Lanang, dan berjalan mendekati gerbang Limbo yang semakin mendekat. Mungkin ia merasa malu pernah memiliki "murid" yang begitu ceroboh seperti Lanang.

Bruk!

Seketika itu juga, tubuh Bryan terjatuh dari gendongan Lanang karena jiwanya taklagi bisa menyentuh wujud padat Bryan. Dan sang Entitas langsung memanfaatkan momen itu. Dengan sisa energinya, ia melontarkan tubuh Bryan langsung melewati gerbang portal.

'Gubrak!'

Dari balik portal, ia menyaksikan tubuh Bryan mendarat tepat di samping Dokter Elibrech.

Lanang hanya bisa ternganga, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di luar, ia melihat wajah pak tua itu berubah dari terkejut menjadi panik, lalu segera memeriksa keadaan Bryan yang masih pingsan.

Lanang hanya bisa melihat, tak bisa mendengar atau berinteraksi. Pikirannya segera kembali pada sang Entitas. Ia membalikkan badan dengan cepat, dan jantungnya seketika jantungnya berdebar kencang.

"Hei, kau sudah gila ya?" teriaknya saat melihat sang Entitas sedang terkekeh mengerikan, sambil menjilati energi di depan gerbang Limbo dengan ekspresinya yang seperti orang gila.

"Cepat kemari, bocah bodoh. Kita harus menyatu sebelum masuk ke gerbang Limbo. Aku tidak mau kesulitan mencarimu di sana nanti," ucap sang Entitas dengan nada datar, namun terdengar pasrah setelah puas menjilati energi itu.

Tanpa punya pilihan lain, Lanang akhirnya menyerah. Dengan wajah takut-takut, ia melompat mendekati sang Entitas.

"Hoh... Sang Maha Pencipta memang adil. Dia menciptakan tubuh yang kuat untuk jiwa ini, tapi mengurangi sedikit kadar otaknya. Makanya jadi bodoh begini," ujar sang Entitas sambil melompat dengan gagah berani ke dalam jalur Limbo.

Mereka berdua terlempar masuk, tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di dalam ruang hampa tanpa waktu itu. Nasib mereka kini digantungkan pada ketidakpastian.

***

1
Maulana Alfauzi
Tegang banget bacanya
tapi cuma dikit
Nana Colen
kenapa kau bodoh sekali lanang.... aduuuh sekarang lawan mu adalah kawanmu sendiri
Yuni_Hasibuan: Sabar kakak... sabar... /Applaud/

Lanjutannya masih OTW. Masih di review editor... /Kiss/
total 1 replies
Maulana Alfauzi
LANJUT THOR
Yuni_Hasibuan: Yuk, Lanjut Bang!
total 1 replies
Maulana Alfauzi
setiap episodenya menegangkan Thor
Maulana Alfauzi
Ok Thor.👍
Thor ada nggak mantra yang bisa bikin cepat kaya???🤣🤣
Yuni_Hasibuan: Kalau beneran ada, Othor juga mau bang..… /Facepalm/
total 1 replies
Maulana Alfauzi
Wow amazing
Nana Colen
lanjut thooooor aku suka 😍😍😍😍😍
Yuni_Hasibuan: Sabar kakak...
OTW... Bruuummmmm...
total 1 replies
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤🥰🥰
Yuni_Hasibuan: Terimakasih udah mau mampir kakak 🥰🥰🥰
total 1 replies
Maulana Alfauzi
Belanda memang licik
Yuni_Hasibuan: Liciknya kebangetan Bang.
total 1 replies
Maulana Alfauzi
hmm...
seru dan menyeramkan.
tapi suka
Maulana Alfauzi
Aku suka aja sama novel fantasi begini.
Maulana Alfauzi
Makasih up nya Thor.
semakin seru ceritanya
Yuni_Hasibuan: Makasih udah Mampir Bag.../Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!