NovelToon NovelToon
HOT POLICE VS DOKTER MAFIA

HOT POLICE VS DOKTER MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:129.7k
Nilai: 5
Nama Author: zarin.violetta

Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan Hangat

Keesokan paginya, Ava terbangun dengan lingkaran tangan Devon di tubuhnya. Ia tidak langsung membuka mata, tetapi merasakannya terlebih dahulu.

Sebuah kehangatan menenangkan yang mengelilinginya, sebuah perlindungan yang begitu nyata hingga hampir terasa seperti mimpi baginya.

Lengan Devon terulur dengan sempurna di bawah lekuk lehernya, telapak tangannya yang kasar namun lembut tertelungkup tenang di dadanya, merasakan naik-turun napasnya yang perlahan.

Lengan yang satunya lagi melingkari pinggangnya, menariknya mendekat, menyatukan mereka dalam sebuah sandaran yang intim.

Pelukan itu sangat hangat dan menenangkan bagi Ava. Sebuah sensasi yang begitu asing, begitu langka dalam hidupnya, hingga untuk beberapa saat dia hanya diam, berkonsentrasi penuh untuk menyerap kehangatan tubuh Devon yang melingkarinya.

Ia bisa mendengar detak jantung Devon yang dalam di belakang punggungnya, sebuah irama yang tenang dan teratur, sangat berbeda dengan deru jantungnya sendiri yang seringkali berdebar dipicu ketakutan.

Napas Devon yang berhembus pelan di rambutnya terasa hangat dan menenteramkan membuat Ava ingin tinggal selamanya dalam momen ini.

Baru kali itu Ava tertidur sangat nyenyak tanpa memikirkan apa pun. Biasanya, tidurnya adalah sebuah medan perang. Sebuah tempat di mana bayangan Don Vittorio berkeliaran, di mana suara-suara ancaman bergema di lorong-lorong mimpinya, di mana dia terbangun terengah-engah, tubuh berkeringat dingin.

Tapi semalam, semuanya berbeda. Mereka tertidur di sofa semalam setelah saling membuka hati. Percakapan itu tidak direncanakan. Awalnya hanya obrolan santai setelah ciuman pertama mereka.

Devon bercerita tentang pekerjaannya yang berisiko tinggi serta menceritakan sejarah di balik beberapa tato di tubuhnya.

Ava juga mulai bercerita, mulai membuka dirinya. Kata-katanya keluar pelan-pelan pada awalnya, seperti anak sungai yang mencari jalannya.

Tentang rasa takut yang menjadi teman makan sehari-hari, tentang pandangan waspada yang harus selalu dia pancarkan setiap hari, tentang perasaan terjebak dalam sangkar yang dibuat oleh Don Vittorio.

Ia bercerita tentang isolasi, tentang ancaman yang tidak pernah diucapkan tetapi selalu terasa, tentang jiwanya yang perlahan-lahan terkikis.

Devon tidak menyela. Ia hanya mendengarkan. Matanya selalu tenang dan penuh perhatian. Ia sesekali mengangguk, atau memberikan tekanan lembut pada tangan Ava yang dia genggam, sebuah isyarat bahwa dia masih di sana, bahwa dia mendengarkan, bahwa cerita Ava aman bersamanya.

Mereka berbicara hingga larut. Lampu-lampu di ruangan itu bahkan sudah dimatikan, hanya meninggalkan cahaya remang-remang dari lampu beranda yang masuk melalui jendela.

Suara mereka perlahan-lahan berubah dari bisikan serius menjadi desahan lelah, lalu menjadi keheningan yang nyaman. Tanpa terasa, kelelahan dan kelegaan yang begitu besar akhirnya menutup mata mereka.

Ava, untuk pertama kalinya, tidak merasa takut untuk tertidur di dekat seseorang. Dan Devon, dengan naluri pelindungnya, menariknya mendekat, menjadikan tubuhnya sebagai perisai bagi Ava dari dunia luar.

*

*

Sekarang, dalam cahaya pagi yang hangat, Ava akhirnya membuka matanya. Ia memutar tubuhnya perlahan, berusaha untuk tidak membangunkan Devon. Lingkaran tangan itu mengendur sedikit, membiarkannya bergerak, tetapi tidak melepaskannya.

Devon masih tertidur pulas. Ekspresinya yang biasanya terlihat waspada kini terlihat sangat damai. Rambutnya terlihat berantakan menutupi keningnya yang sedikit berkerut.

Bibirnya yang semalam mencium Ava tampak sedikit terbuka, mengeluarkan napas yang teratur. Ava memperhatikan setiap detil wajahnya, kerutan halus di sudut matanya, janggut yang mulai tumbuh di rahangnya, bulu matanya yang panjang.

Dengan sangat hati-hati, Ava mengulurkan jarinya dan menyentuh punggung tangan Devon yang masih tergeletak di dadanya.

Kulitnya hangat. Ava merasakan tekstur kulitnya, bekas luka kecil yang tidak pernah dia ceritakan asalnya, urat-urat tangan yang menonjol yang berbicara tentang kekuatan fisik. Kekuatan yang, alih-alih digunakan untuk melukainya, digunakan untuk melindunginya.

Devon kemudian bergerak dalam tidurnya, mendekatkan hidungnya ke leher Ava dan menarik napas dalam-dalam, seolah instingnya tetap tahu bahwa Ava ada di sana bahkan dalam alam bawah sadarnya.

Senyum kecil merekah di bibir Ava, namun juga ada debar kencang di dadanya. Ini terasa damai tapi juga mendebarkan. Ini adalah sebuah kemewahan baginya yang tidak pernah bisa dibayarkan dengan uang.

Perlahan, Devon mulai terbangun. Ava bisa merasakan perubahan irama napasnya, tubuhnya yang mulai meregang pelan di belakangnya.

Lengan yang melingkarinya mengencang sedikit, memberikan sebuah pelukan singkat yang membuat hati Ava berdesir.

“Morning,” suara Devon terdengar serak dan berat karena baru bangun, berbisik tepat di telinganya.

“Pagi,” balas Ava sambil mengusap telinganya dengan bahunya karena merasa sedikit geli akibat bibir Devon yang menyentuh telinganya.

Devon diam sebentar, seolah juga sedang mencerna situasi. “Kita tertidur di sofa rupanya.”

“Hmm ...,” jawab Ava sambil sedikit memutar tubuhnya lagi untuk bisa melihat wajah Devon dengan lebih jelas.

Matanya yang tajam sudah terbuka, namun masih sedikit mengantuk, tetapi pria itu memandangnya dengan kelembutan yang membuat dada Ava terasa hangat.

“Leherku sakit,” keluh Devon sambil mengerutkan kening, namun senyum kecil tetap menghias bibirnya.

Ava tidak bisa menahan tawa kecil. “Leherku juga. Tapi …”

“Tapi apa?” tanya Devon, menyibak rambut dari wajah Ava dengan lembut.

“Tapi ini menenangkan,” ucap Ava jujur. “Aku … tidak ingat kapan terakhir kali aku tidur nyenyak seperti ini.”

Devon mendekatkan keningnya ke kening Ava. “Kalau begitu, kita bisa tidur bersama setiap hari," sahutnya sambil tersenyum nakal.

Ava tertawa kecil. Namun kemudian mereka terdiam sebentar, menikmati kedekatan itu.

“Ava,” panggil Devon dengan suara yang lebih serius.

"Hmm?”

“Apa yang kaukatakan semalam …tentang merasa aman bersamaku. Itu berarti segalanya bagiku.”

Ava mengangguk pelan.

Lengan Devon menariknya lebih dekat lagi, seolah ingin menyatukan mereka menjadi satu. “Dengarkan aku,” katanya, suaranya rendah namun begitu yakin. “Jangan pernah pergi atau menghilang dariku lagi, oke?"

“Kau akan selalu bersamaku?” bisik Ava.

“Selamanya,” tambah Devon, dan kali ini, dia tidak terdengar seperti sedang membuat janji kosong. Itu terdengar seperti sebuah fakta.

"Jika kau ingin kita menikah, aku akan menikahimu," lanjut Devon yang membuat Ava terperangah lalu tertawa pelan.

"Kau sedang melamarku?" sahutnya.

"Ya, semacam itu, hanya saja aku belum membeli cincinnya."

Ava tertawa lagi dan Devon sungguh bahagia melihat Ava yang kini sering tertawa.

"Cincinnya bisa menyusul." Ava tersenyum dan menangkup wajah Devon.

Devon pun ikut tersenyum lalu menarik pinggang Ava dan kembali mencium bibirnya seperti semalam.

*

JANGAN LUPA KOMEN DAN LIKE YAAA

1
Matthew Keane
kok digital banget ya Thor update isi bab nya... lagi Thor semangat 😁
Matthew Keane
batal deh hahaha
Una_awa
yahhh Gatot(gagal total)😅🤭
HR_junior
mng km hanya tau Devon polisi ya va..trs orang kaya doang..kaya raya 10 turunan lebih kekayaan kakek buyutnya gak bakalan habis habis
HR_junior
haaaaaaaaaaa gagal ya von...makane matiin hp km dah tau km orng sibuk Lo ya...gagal kan dah di ujung tanduk padhl Lo ya
HR_junior: duh kasihan banget ya devonnnnn
total 1 replies
isni afif
perjalanan cinta....perlu ujian...
isni afif
lanjut....
isni afif
next.....
isni afif
mengganggu......kesenangan.......🤪🤪🤪🤪🤭🤭🤭😛
Lia siti marlia
demi sebuah tanggung jawab dan kewajiban cinta pun harus bersabar
Lia siti marlia
hahaha gatot gatot sabar yah babang devon suruh junior mu buat tenang nanti kalau sudah waktunya pasti akan masuk goa juga 😁😁😁
enur 🍀⚘
sabar Dev ,, alam.semesta belum mengizin kan mu untuk m3nc4bik2 Ava sekarang ,, nanti juga ada giliran ny 😂
Nonie Hlm
gw jg bakal sabar nunggu update lg ,
Nonie Hlm
sabar berbuah manis
diah nursanti
tenang ava,,,semoga misi Devon cepat selesai dan kalian akan bertemu lagi
diah nursanti
😄😄 gagal mau unboxing ,sabar Dev nanti bisa dilanjut
happy oktavia
ujian Devon ga kaleng2
mery harwati
Jangan sampai pesawat itu dibajak oleh musuh² Devon hingga Ava tidak bisa bertemu Alex 🥹
happy oktavia
gagal komendàaaannggg
zara74
duuhh. kentang deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!