NovelToon NovelToon
PELANGI DI UJUNG SENJA

PELANGI DI UJUNG SENJA

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:522.9k
Nilai: 5
Nama Author: 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒

Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?

"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri

"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Berarti yang difoto itu?

"Waalaikumsalam... aduh itu kan jam tangannya Caca, pasti lupa pakai lagi sehabis ngambil wudhu tadi, gimana ya? mana ibu enggak tau alamat rumahnya juga lupa tadi enggak nanya."

Bu Widya menjawab salam dengan raut wajah yang bingung, kemudian mengbil jam tangan yang kembali ditaruh meja sama Rian.

"Sebentar Bu, ini maksudnya Caca siapa yang mana ya? kok Ri baru dengar." tanya Rian dengan raut bingungnya juga.

Setahu Rian ibunya tidak memiliki kerabat yang bernama Caca, bahkan mendengar namanya pun baru sekarang.

"Itu Caca yang nama aslinya Nisa, Dia sama Yuli yang bantuin ibu pas belanja tadi, bahkan ibu dianterin pulang juga mereka baik-baik banget sama ibu." Dengan penuh semangat bu Widya menceritakan tentang Nisa dan Yuli pada Rian.

"Oh.. Yasudah nanti paling Dia datang lagi kesini ngambil jam tangannya, kecuali kalau ada alamatnya nanti biar Ri yang anterin tapi ibu kan enggak punya alamat rumahnya jadi tunggu Dia ambil sendiri saja" Ucap Rian yang kemudian beranjak menuju kulkas dan membukanya.

"Pudingnya abis ya bu?" Rian menunduk nyari-nyari puding yang seingatnya kemarin masih tersisa 2 cup lagi.

"Habis, kirain sudah tidak mau makanya tadi ibu kasihkan ke Caca sama Yuli, lusa ibu bikinin lagi kalau besok tidak bisa ada pesanan kue, mana bi Marni anaknya lagi sakit tadi bilang gak janji bisa datang bantuin." Jelas bu Widya dengan raut khawatir karena memikirkan pesanan yang lumayan banyak buat acara arisan ibu-ibu komplek sebelah, sedangkan bi Marni yang biasa datang ke rumahnya bantuin kalau ada acara atau ada pesanan banyak tadi sudah menghubunginya dan meminta maaf karena besok belum tentu bisa datang bantuin, anaknya yang paling kecil lagi demam.

"Sebaiknya Ibu nyari orang yang bisa stay aja di sini, biar ibu ada yang nemenin juga sama bantuin ngurus rumah, Ibu tidak usah mikirin gimana gajinya itu urusan Ri Insya Allah Ri ada rezeki dan sanggup bayar." Rian kembali meminta ibunya nyari ART yang bisa stay biar Ia lebih tenang, karena dari dulu ibunya menolak terus mau dicarikan ART yang bisa menetap dengan alasan orderannya masih jarang.

Ada orderan kalau temannya ada acara saja, dan hanya mempekerjakan bi Marni yang pulang pergi.

"Tapi kalaupun nyari sekarang juga tidak mungkin nak, nyari Art tidak semudah beli sabun di warung, sekarang hari udah sore bahkan mau Maghrib sedangkan ibu butuh tenaga bantuan besok pagi."

Bu Widya mengeluarkan kekhawatirannya.

"Ibu telepon mba Nina saja pasti mau kok." Ucap Rian pada ibunya, Ia baru ingat ada sepupunya dari Alm sang ayah yang rumahnya lumayan agak dekat dan tidak sibuk, Ia merasa kasihan melihat kekhawatiran yang jelas tergambar di wajah sang ibu, bukan masalah uang takut gak keterima namun disini yang dipertaruhkan adalah masalah kepercayaan, membatalkan pesanan secara mendadak.

"Astaghfirullah kenapa ibu gak ingat sama Nina ya, padahal dia sering wanti-wanti sama ibu surung hubungi dia kalau ibu sibuk."

Bu Widya bernafas lega.

"Itu karena ibu panik jadi pikirannya gak bisa kemana-mana, itu jam tangannya gimana bu?" Rian kembali mengingatkan ibunya soal jam tangan milik Caca yang ketinggalan.

"Iya ini mau ibu telepon dulu Cacanya mau minta alamat rumahnya, besok sekalian berangkat kerja tolong anterin ya." Pinta bu Widya yang kemudian mengambil handphonenya yang Ia taruh diatas meja tv.

"Iya kalau dekat, kalau jauh nanti saja pas weekend, Ri ke kamar dulu bu mau mandi." Rian menjawab sambil melangkah menaiki tangga menuju kamarnya yang berada diatas.

🍁🍁🍁

Sementara dirumah Nisa. Bu Ratna yang sedang mencicipi kue-kue kering yang dibawa Nisa terheran-heran dengan Nisa yang dari tadi mondar-mandir ke garasi membuka bagasi motor kemudian masuk lagi kedalam rumah dan mengeluarkan isi tasnya lalu dirapikan lagi dan terus-terusan seperti itu hingga beberapa kali.

"Adek, kenapa dari tadi ibu lihatin bolak balik teeus seperti lagi mencari sesuatu?" tanya bu Ratna yang penasaran dengan anak bungsunya itu.

"Itu bu jam tangan Adek enggak ada, gak tau lupa nyimpen atau ketinggalan dirumah bu Widya soalnya tadi numpang Shalat Ashar disana." Jujur Nisa pada ibunya, Ia sudah lelah dari tadi mencari ke motor dan berkali-kali mengeluarkan isi tasnya namun nihil.

"Coba ingat-ingat lagi siapa tau lupa nyimpen, atau coba telepon bu Widya siapa tau beneran ketinggalan disana." Ucap bu Ratna pada Nisa yang sekarang duduk didepannya.

"Astaghfirullah kenapa aku gak kepikiran nelepon ibu Wid."

Nisa menepuk jidatnya sendiri, kemudian Ia mengambil handphonenya dan mencari kontak bu Widya, tapi sudah 2 kali scroll keatas dan bawah sampai habis tidak ditemukan nama Widya.

"yah sepertinya tadi lupa nomernya gak aku masukin, apes banget sih, masa besok harus kesana lagi, ada apa sih dengan kepala ini selalu saja gak konsen, huft." Nisa mengumpat dirinya sendiri dalam hati yang akhir-akhir kurang konsentrasi.

Drrttt... drrttt

Suara getar handphone yang baru saja ditaruh mengagetkan Nisa, kemudia Ia buru-buru mengambilnya dan melihat siapa peneleponnya itu.

Ternyata nomer yang tidak Ia kenal, setelah membiarkannya sejenak kemudian Ia menganggaknya sambil mengucap salam.

"Waalaikumsalam, ini benar nomernya Nissa?" Tanya si penelpon diseberang sana setelah menjawab salam Nissa.

"Iya bu ini Nisa, ini bu Wid kan?" Jawab Nisa yang kemudian balik bertanya dengan wajah berseri-seri berharap dugaannya benar bu Widya nelepon mau memberitahu kalau jam tangan kesayangannya ketinggalan disana.

📱Bu Widya : [Iya sayang ini ibu, Caca udah sampai kerumah belum?]

📱Nisa : [Alhamdulillah sudah bu, oiya bu maaf sebelumnya jam tangan Nisa kn gak ada, apakah disana ibu melihatnya?]

📱Bu Widya : [ Iya ada disini makanya ibu langsung nelepon takutnya Caca kebingungan nyari-nyari, dan biarin besok biar anak ibu yang nganterin sekalian berangkat kerja, minta alamatnya saja ya.]

📱Nisa : [Eh tidak usah bu, biar Nisa saja yang ambil pagi-pagi sekalian berangkat ke sekolah.]

📱Bu Widya: [Setadinya biar anak ibu saja yang nganterin biar Caca tidak bolak balik, tapi sebenarnya ibu seneng banget kalau Caca mau kesini lagi ibu tunggu, yasudah dulu ya sudah Maghrib, Assalamu'alaikum]

📱Nisa : [Waalaikumsalam]

Percakapan via telepon pun berakhir dan Nisa kembali menaruh hpnya dimeja, Ia mengucap syukur berkali-kali karena jam tangannya berada ditempat yang aman, tadi Ia sempat takut kalau jam tangan kesayangannya itu hilang karena jatuh dijalan dan Alhamdulillah ketakutannya tidak terjadi.

"Buu, Alhamdulillah jam tangan Adek aman cuma ketinggalan dirumah bu Wid, besok adek mau lesana lagi ngambil jam tangan sekalian berangkat ke sekolah."

Nisa berteriak memberi tau ibunya yang sudah hampir masuk kamar mau melaksanakan shalat Maghrib.

"Syukur Alhamdulillah kalau aman, lain kali jangan suka ceroboh lagi, dan suaranya pelankan dek ini Maghrib, coba kalau ayah atau aa dengar pasti kena omel" bu Ratna menegur anak bungsunya yang suka kebiasaan bicaranya memakai volume yang full.

"Iya maaf bu komandan, namanya juga lupa." Jawab Nisa sambil mengatupkan kedua tangannya didada kemudian lari masuk kamar mau shalat juga, sedangkan bu Ratna yang berdiri dipintu kamar hanya menggelengkan kepalanya lalu masuk dan menutup pintunya.

Jam 6.30 pagi Nisa sudah menyelesaikan sarapannya, Arman sang kakak terheran-heran melihat adiknya yang biasa santai bahkan Ia suka paling akhir meninggalkan meja makan karena berangkat ke tempat ngajarnya jam 7 lebih, jarak rumah ke Madrasah yang tidak jauh membuat Nisa bisa bersantai ria dulu menikmati quality time bersama keluarganya, tapi tidak untuk pagi ini.

Sedangkan sang ayah biasa saja karena sudah diberi tau sang istri bahwa anak bontotnya mau ketempat orang terlebih dahulu ngambil jam tangannya yang ketinggalan, Ia tidak banyak komentar yang penting sang anak selektif dalam memilih teman dan bergaul.

"Dek, tumben jam segini sudah siap, emang mau kemana dulu?"

Akhirnya Arman bertanya karena sang adik tidak seperti biasanya.

"Adek mau ngambil jam tangan dulu a ke rumah bu Widya kemarin ketinggalan disana jadi berangkat pagi soalnya arah rumahnya sama Madrasah berlawanan." Nisa menjawab keheranan Arman.

"Bu Widya siapa?" Arman kembali bertanya, pasalnya Ia baru mendengar nama yang disebutkan sang adik.

"Itu yang semalam ibu ceritain, yang ngasih kuker itu." Bu Ratna menjawab pertanyaan Arman yang kedua kalinya.

"Oh.." Arman hanya beroh ria.

"Adek pamit dulu Yah, Bu, A.. Assalamu'alaikum." Nisa berpamita pada kedua orangtuanya juga kakaknya.

"Waalaikumsalam" ketiga orang yang masih duduk di meja makan menjawab dengan serempak.

"Hati-hati dijalan sayang, gak boleh ngebut." Pak Ahmad mewanti-wanti, tapi tidak mendapat sahutan dari Nisa karena sudah naik keatas motor dan memakai helm.

Ia cuma melambaikan tangan kedalam rumah.

Setelah 25 menit berkendara menggunakan sepeda motornya, akhirnya Nisa sampai di komplek perumahan

bu Widya, Ia mengurangi laju kecepatan motornya karena rumah Bu Widya sudah kelihatan dan tinggal beberapa meter lagi sampai depan pintu pagarnya.

"Alhamdulillah akhirnya sampai juga" Batin Nisa sambil melepaskan helmnya lalu turun dari motor kemudian Ia membenarkan kerudungnya yang sedikit acak-acakan karena kejepit helm, sambil berkaca di spion.

Ia berbalik mau menekan bel sambil bersenandung.

Brukk.

Tiba-tiba menabrak seseorang yang sepertinya daritadi berdiri disampingnya.

"Astaghfirullah, maaf Pak eh Om" Nisa meminta maaf sambil mengusap-usap mukanya yang menabrak lengan laki-laki yang sepertinya dari tadi berdiri disampingnya itu, karena kalau berdiri dibelakang pasti Ia akan melihat bayangannya juga dari kaca spion yang Ia gunakan ketika merapikan kerudungnya tadi.

"Tidak apa-apa, silahkan masuk ibu saya sudah menunggu didalam, kamu Caca kan?"

Tanya laki-laki yang berperawakan tinggi dan kalem itu sambil mempersilahkan masuk, sedangkan Ia beralih menuju motor yang terparkir depan teras kemudian menyalakannya untuk dipanasin, karena akan dipakainya berangkat kerja.

Bukannya masuk seperti yang dipersilahkan tuan rumah,

Nisa malah bengong sambil ngusap dada karena kaget dan tidak tau kenapa jantungnya tiba-tiba berdegup tak beraturan, Ia jadi mengingat foto yang kemarin Ia pandangi kemudian mencocokkannya dengan laki-laki yang sedang anteng manasin mesin motor didepannya itu.

"Hey pagi-pagi sudah bengong saja kayak orang kesambet, tadi sebelum berangkat baca do'a dulu enggak? dan lain kali jangan panggil saya pak, karena belum setua itu untuk dipanggil pak, dan jangan panggil om juga karena saya tidak merasa pernah menikahi tantemu." Lagi-lagi Rian membuyarkan pemikiran Nisa yang memorinya sedang sibuk menyambungkan foto yang Ia lihat kemarin dengan orang yang ada dihadapannya.

Ya laki-laki itu Rian Abdul Wahab laki-laki yang Nisa temui diacara tasyakuran khitan Adit dan yang membuatnya terpesona.

"I iya mas eh kak" Nisa mengangguk gugup dengan muka merah seperti tomat.

"Eh ternyata udah datang, ayo masuk kita sarapan bersama dulu, kapan lagi bisa sarapan ada temennya, Ri udah dulu manasin motornya ayo cepetan sarapan dulu keburu siang nanti telat."

Bu Widya datang menyelamatkan Nisa dari rasa malu dan kegugupannya, mengajak masuk Nisa dan Rian anaknya untuk sarapan bersama.

"Yasallam orang yang waktu itu aku tertawain ternyata anaknya Bu Wid, aduhh gimana ini mau dikemanakan mukaku, apa aku pura-pura tidak kenal saja ya, iya benar lebih baik aku pura-pura tidak kenal saja biar aman,

Berarti yang difoto itu benar omnya Adit lagi wisuda, pantesan seperti pernah lihat, dan sekarang lebih matang dan gantengnya bertambah pula."

Sambil jalan menuju ruang makan Nisa yang tangannya digandeng Bu Widya tidak berhenti berbicara sendiri dan berniat pura-pura tidak mengenal Rian.

🍁🍁🍁🍁

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
☠@AngguN
wkwkekek saking diem dieman dalam mobil😄
☠@AngguN
memang lebih baik berpisah drpd banyak hati yg terluka
☠@AngguN
astaghfirullah
lucky gril
awalnya ngintip kok jadi keterusan sampai tamat❤❤❤
lucky gril
ternyata mak baca expresss tau2 udah tamat,makasih karya nya teh nei🙏🙏🙏
lucky gril: sama2 kk'yg mau nuangin karyanya di NT dan waktunya untuk menghibur mak yg kegabutannya ruaaarrr biasa😅
total 2 replies
lucky gril
kok perasaan mak ngga enak😔

jagain fahri atuhhh
lucky gril
SAH
lucky gril
si mm risa mau menodai pikiran kotor ke caca🤣🤣
lucky gril
guling nis itu🤣🤣🤣
lucky gril
bintang utamanya siapa y...kok tau2 fahri datang tanpa kejelasan hubungan siapa ....

masih membanggongkan ceritanya😯
lucky gril
loh kok rian ngga pamit sama orang tuanya nisa😟
lucky gril
wa'alaikum salam salam kenal dr mak di brebes😍
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Semoga berhasil ya bu
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Bener banget makanya dibilang cinta itu buta, tapi harus pake logika yah😂😂😂
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwkwwk pada senyum2 sendiri
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwwk males amndi ternyata bukan cuman di novel, kenyataan juga begitu harus pada diomelin dulu padahal handuk udh dipegang dr tadi
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Nisa gak sadar dengan tingkah abstrudnya
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Ketahuan hayooo saling baperrr
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Kejedot bener dirasa in sama nisa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!