Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya Wawancara
Bening keluar dari dalam mobil. Berdiri menatap kantor perusahaan pencakar langit di depannya. Ia membulatkan matanya menatap kemegahan bangunan itu.
Dia membetulkan rambutnya, Bening bahkan mengambil cermin kecil di tasnya lagi dan menatap wajahnya di pantulan cermin. Ia tersenyum kecil, melihat riasannya masih sempurna. Walau dadanya berdegup tidak karuan, tapi semangat lebih berkobar.
Bening kembali memantapkan tubuhnya dengan tegap. Memandang bangunan tinggi itu sekali lagi. Sungguh tidak menyangka, ia bahkan menjadi istri pemilik perusahaan sebesar ini.
“Wuhaaaa!! Jadi ingat kata orang, uang suami adalah uang istri juga, itu artinya uang gue banyak,” kata Bening bermonolog lalu tersenyum dengan leluconnya sendiri.
Bening melanjutkan langkahnya, mulai memasuki kedalaman kantor yang kemewahan semakin terasa. Ia menggigit bibir bawahnya, melihat semua orang yang terlihat formal bahkan teramat formal di sana.
Di kejauhan, Shaka melihat kedatangan Bening. Ia sudah menunggu istri dari Boss itu sudah cukup lama. Bukan Segara yang menyuruhnya. Itu adalah inisiatifnya sendiri yang sudah mendapat izin dari Segara. Karena takut Bening mengalami hal tidak menyenangkan di wawancara pertamanya.
Shaka cukup prihatin dengan keadaan Bening, yang ia pikir, Segara pasti memperlakukannya mungkin tidak seperti suami pada umumnya. Pasti. Itulah pikirnya. Jadi, paling tidak ia harus membantunya dengan cara seperti ini.
“Nona Bening, anda hanya punya waktu sedikit lagi. Apa ada masalah di perjalanan?” kata Shaka yang datang menghampirinya.
“Pak Shaka, maafkan saya, ada masalah yang terjadi di kantor saya.”
“Baiklah, kalau begitu mari saya antar ke ruangan pak Segara.”
“Baiklah,” balas Bening.
Mereka berdua memasuki lift. Shaka memencet tombol di angka 8. Bening merasakan bagian basah bajunya mulai terasa dingin karena suhu AC yang rendah. Perlahan rasa dingin itu mulai berjalan di seluruh tubuhnya. Kakinya bahkan mulai terasa ngilu. Mungkin penyempitan pembuluh darah dan kekakuan ototnya yang sedang bereaksi karenanya.
“Nona Bening, semangat bertugas!” kata Shaka setelah beberapa detik mereka hanya berdiam masing - masing.
“Terima kasih, Pak Shaka. Saya pasti semangat,” balas Bening.
“Ini ruangannya,” kata Shaka. Bening merasakan jantung berdebar.
‘Hei jantung, kenapa lo deg - deg an, sih! Orang yang akan lo hadapi adalah suami lo sendiri. Santai aja, dong!’ batin Bening.
Bening menelan salivanya, melihat sosok laki - laki yang tengah duduk dengan wajah serius sembari menatap berkas di tangannya. Sungguh tampan, seperti sedang melihat tokoh di drama Korea saja.
Jantungnya kembali bereaksi, lebih kencang. Tidak bisa ia kendalikan lagi. Benar - benar debaran ini sudah menjalar sempurna. Bening menghela nafasnya, masih berusaha meredakan ketegangannya.
“Pak Segara, Nona Laut Bening dari Citra Media sudah di sini,” kata Shaka membuat Segara menghentikan aktivitasnya.
“Selamat siang, Pak Segara,” sapa Bening.
Segara menatap Bening dengan intens. Riasan dan baju yang dikenakan Bening tampak berbeda dari biasanya. Membuat laki - laki itu terpana.
“Ya, siang,” kata Segara akhirnya, setelah seperkian detik yang lalu hanya memandang istrinya saja.
“Silakan, Nona Bening. Saya akan keluar,” kata Shaka.
“Terima kasih,” balas Bening.
Bening berjalan mendekati meja Segara. Ia menarik kursi dan duduk dengan hati - hati. Matanya membulat ketika melihat kotak bekal berisi masakannya ada di meja Segara dan sepertinya sudah dimakan oleh Suaminya itu. Bening dapat melihatnya dari balik tutup tempat bekal yang transparan.
Bening mengulum senyumannya. Entah mengapa, ada rasa senang melihat kotak bekal itu di sana. Ia merasa lebih dekat sekarang. Maka seharusnya dia bisa mengendalikan wawancara ini dengan baik pada suaminya sendiri.
“Pak Segara, kita langsung mulai saja,” kata Bening sembari mengeluarkan peralatan kerjanya.
“Untuk melakukan wawancara, kamu seharusnya melakukan obrolan awalan yang akan membuat komunikasi ke depannya menjadi lebih baik,” ujar Segara.
“Maaf, Pak Segara dan terima kasih atas masukan anda. Kalau begitu, kita bisa mulai dengan obrolan santai.”
“Perkenalkan diri masing - masing saja,” kata Segara. Bening menatapnya dengan heran.
‘Sialan! Dia mau memperlambat waktu gue dengan main - main ini! Gue bini lo, ngapain harus gue perkenalan diri lagi. Gue juga nggak butuh perkenalan diri dari lo! Mana dingin banget lagi. Dasar ni cowok!’ hardik Bening tentu hanya di dalam batinnya.
“Baiklah, saya Laut Bening Xhabiru, berusia 22 tahun dan berprofesi sebagai jurnalis Citra Media. Saya merasa sangat terhormat dapat mewawancarai anda hari ini,” kata Bening dengan terpaksa memulainya.
“Aku Bumi Segara, 30 tahun, CEO Karya Finansia.”
“Pak Segara, anda masih muda dan yang muda memang menjanjikan,” kata Bening sembari memberi senyumnya yang terpaksa.
“Tentu,” balas Segara.
‘Sombong sekali!’ batin Bening lagi.
“Melihat dari kepercayaan diri anda saat ini, menggambarkan perusahaan Karya Finansia yang semakin menjulang berkat kepemimpinan anda. Masa depan Karya Finansia juga memang sangat menjanjikan. Tema utama wawancara kali ini fokus pada rencana pengembangan dan persiapan yang diperlukan perusahaan Karya Finansia di masa mendatang, serta perannya di bawah perusahaan induk. Dari itu, hal pertama tentu saya akan menanyakan apa visi dan misi anda untuk Karya Finansia selanjutnya?”
“Visi dan misi tentu berfokus pada menjadi yang terdepan dalam industri investasi, memberikan solusi investasi yang berkualitas, menjadi perusahaan investasi yang aktif dan selektif dalam berinvestasi, serta memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Perusahaan juga menekankan …,” jelas Segara.
Segara mendengarkan serta menatap Bening saat berbicara membuatnya tidak sadar ia sudah tersenyum kecil. Ia mengagumi kemampuan Bening.
Sementara, Bening pun demikian. Semakin ia mendengarkan setiap jawaban dari Segara, ia semakin kagum olehnya. Semua argumen mengenai perusahaan, menunjukkan betapa bertalenta nya laki - laki itu di bidangnya saat ini.
‘Pantas saja ia bisa menjadi seorang CEO yang mampu mengembangkan perusahaannya,’ batin Bening.
...🍋🟩🍋🟩🍋🟩...