Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesabaran Farid
Tidak terasa Farid pun terlelap dalam tidurnya. Siena yang tidurnya tidak bisa diam, ia terjatuh dari kursi.
bug
"Au.... "
"Ngapain aku tidur di sofa." Gerutunya
Dengan setengah kesadarannya dan mata yang terpejan Siena pindah ke tempat tidur. Ia tidak ingat jika di tempat tidurnya ada sang suami yang tidur tanpa mengenakan baju alias telanjang dada. Siena memeluk tubuh Farid bak sebuah guling.
Beberapa saat kemudian. Farid terusik karena seperti ada yang meraja tubuhnya. Ia pun membuka mata. Berapa terkejutnya Faris, saat tahu Siena memeluknya bak guling. Bukan hanya itu, tangan Siena tidak tinggal diam.
"Astaghfirullah... dia sedang tidur atau pura-pura tidur? " Batin Farid.
Dipandangnya wajah teduh istrinya. Farid mengulum senyum penuh makna. Beberapa saat kemudian, Farid kelabakan karena miliknya sudah mulai berontak. Siena semakin mengeratkan pelukannya. Ia tidak tahu betapa tersiksanya guling hidupnya itu.
"Ya Allah, dia tidur kayak kebo." Lirih Farid.
"Haccim... haccim.... " Siena tiba-tiba bersin.
Farid langsung pura-pura merem. Siena terbangun dan mulai membuka matanya.
"Perasaan guling ku tidak sebesar ini." lirihnya.
Ketika kesadarannya sudah penuh dan matanya terbuka sempurna, betapa kagetnya dia. Saking kagetnya Siena sampai ia reflek teriak dan memendorong suaminya hingga terjatuh ke lantai.
"Aaa..... "
bug
"Au... "
Siena menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Maaf maaf... nggak sengaja Pak!"
Siena membantu Farid untuk bangun. Namun tenaga Farid lebih kuat, sehingga justru tubuh Siena yang tertarik hingga ia jatuh menindih suaminya. Dan bibir Siena mengenai bibir Farid.
Dag dig dug.....
Sejenak mereka terpaku, namun akhirnya tersadar. Siena pun langsung bangun dan mengusap bibirnya. Ia merutuk dirinya sendiri. Farid dapat melihat dengan jelas dua gundukan yang sangat padat. Bahkan beberapa saat lalu gundukan itu menyentuh dadanya sehingga saat ini miliknya berontak lagi.
"Ah... bangun sendiri deh, Pak!" Siena nyelonong masuk ke kamar mandi.
Farid mengulum senyum sambil memegang bibirnya.
"Nggak papa pinggang sakit, yang penting dapat DP. Sekilas, tapi terasa." Batinnya.
Di depan kamar Siena, Mami dan Papi sedang bermusyawarah. Mereka terkejut mendengar teriakan Siena, namun mereka enggan untuk mengetuk pintu.
"Pi, apa Farid sudah... "
"Ssstttt... Jangan-jangan anak kita menolaknya."
Mereka berdua masih menduga-duga.
"Ah sudahlah, mi. Ayo kita kembali ke kamar sebelum mereka keluar."
"Ayo."
Sedangkan di kamar mandi, Siena tantrum. Ia mengomel sendiri, mencaci maki Farid.
"Huh, tadi aku menciumnya? Oh tidak, di mana harga diriku? Tapi kan, aku nggak sengaja. Semua ini gara-gara bujang lapuk yang sengaja menarik tanganku, iya kan? ck... tapi, tadi aku seperti merasa ada yang bergerak. Dua normal nggak sih? Oh no....apa yang aku pikirkan. "
Siena membersihkan diri lalu berwudhu'. Ia sudah suci dari haid tiga hari yang lalu. Setelah itu, ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono.
"Ehem, kalau mau shalat tunggu aku!" Ujar Farid.
"Kenapa?." Tanya Siena dengan malas.
Ia masih mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Antara kesal dan malu perasaannya saat ini.
"Kita jama'ah, biar lebih banyak pahalanya."
"Oh... okey."
Farid sudah mengenakan sarung dan masuk ke kamar mandi. Farid pun mandi kemudian berwudhu'. Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi. Nampak Siena sudah mengenakan mukenah dan duduk di atas sajadahnya menunggu Farid.
Farid memakai baju kokohnya lalu siap untuk shalat. Ia menjadi imam untuk istrinya. Keduanya shalat dengan khusyuk.
Setelah selesai shalat dan berdo'a, Farid berbalik ke belakang. Ia memberikan tangannya kepada istrinya. Dengan malas Siena mencium punggung tangan suaminya.
"Yang ikhlas, biar dapat pahala."
Siena mengulangnya kembali sambil memberi senyuman terpaksa.
Setelah selesai, Siena membuka mukenahnya. Kali ini ia memakai daster lengan kutungan pendek yang panjangnya selutut. Hal tersebut membuatnya terlihat imut.
"Siena... "
"Iya? "
"Aku haus."
"Oh iya, tunggu sebentar akan aku ambilkan."
Siena keluar dari kamarnya. Di ruang tengah sudah ada Mami san Papinya. Mereka memperhatikan langkah Siena.
"Pi, biasa aja tuh." Bisik Mami.
"Iya, kayaknya belum." Balas Papi.
Siena mengerutkan kening melihat kedua orang tuanya. Ia ke dapur mengambil segelas air putih, lalu masuk lagi ke kamarnya.
"Ini pak."
"Siena, aku ini suamimu. Bisa tidak panggilan itu diganti?"
"Iya iya.... Nih airnya diminum dulu. Jangan galak-galak nanti cepat tua!"
"Gini amat punya istri bocil." Batin Farid.
Farid menerima gelas dari tangan Siena dan mengucapkan terima kasih.
Malam pun tiba.
Farid dan Siena akan makan malam bersama kedua orang tua Siena di luar. Mereka makan di sebuah restoran. Siena sangat senang bisa keluar rumah setelah beberapa hari ini ia jadi dikurung di rumah.
Tadi sore, Papi dan Mami sudah berpesan kepada Siena agarsifatnya perlahan merubah sifatnya kepada, Farid. Mereka takut Siena hanya akan menyakiti Farid dan membuat Farid kehilangan kesabaran dalam menghadapinya.
Siena sudah siap dengan pakaian biasanya. Celana dan kaos oblong. Rambut sebahunya ia gerai. Farid memperhatikan istrinya dari atas sampai ke bawah.
"Kenapa melihatku seperti itu, ada yang salah?"
"Hem... tidak ada. Hanya saja nanti lenampilanmu ini akan dikritik Papi dan Mami. Coba rubah sedikit."
Siena menghela nafas panjang. Lalu ia membuka kemari mencari baju yang yang lain. Ia menemukan dres yang panjangnya semata kaki dengan model lengan Sabrina.
"Astaghfirullah... " Farid terkejut melihat Siena memakai baju itu. Karena di bagian atas cukup terbuka.
"Salah lagi?"
"Sabar Farid, perempuan itu harus dihalusi. Kalau langsung diluruskan nanti patah." Batin Farid.
Farid ingin sekali menasehati istrinya panjang lebar mengenai aurat dan kewajiban seorang wanita yang sudah menjadi istri, namun ia masih menahanbya karena tidak ingin Siena merasa tertekan.
"Ya sudah itu saja. Tapi pakai other."
"Ah ribet!"
"Sayangi dirimu. Jangan sampai tubuhmu menjadi bahan tontonan laki-laki di luar sana."
Tok tok tok
"Siena, sudah siap belum? Ayo berangkat!"
"Iya mi.... "
Siena pun mencari other di dalam lemarinya. Beruntung ada other yang senada dengan dres yang ia pakai.
Mereka pun berangkat ke restoran. Papu sudah melakukan reservasi tempat duduk tadi sore. Mereka tidak hanya makan berempat, akan tetapi saudara dan ipar beserta keponakan Siena pun ikut makan malam bersama. Hal tersebut dilakukan oleh Papi agar mereka menjadi semakin akrab dengan anggota keluarga baru mereka.
Setelah selesai makan, mereka masih bersenda gurau.
"Farid, kamu hatus sabar menghadapi adikku. Kamu tentu sudah tau konsekuensi nya dari awal kan?" Ujar Seon kakak tertua Siena yang usianya satu tahun lebih tua dari Farid.
Farid mengangguk.
"Kamu tenang saja, kak. InsyaAllah aku masih punya banyak stok kesabaran untuknya."
"Haha... bisa saja kamu ini."
Tentu saja hal tersebut dapat didengar oleh Siena dan yang lain.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf telat up kak,abumil lagi sakit kepala dan HP nya ngedrop 🙏😂
semangaatt teruuss