Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Terakhir.
Seminggu setelah Aisha dan Rey kembali bersama, Rey tiba-tiba jatuh sakit, membuat Aisha kalang kabut dibuatnya. Ini semua salah pria itu kenapa membuat dirinya sendiri kacau selama sebulan lamanya. Sekarang, sudah tahu rasanya sakit baru menyesali perbuatannya sendiri.
"Sudah tahu rasanya sakit? Masih ingin menyiksa diri sendiri?" Ucap Aisha sambil menyuapi Rey bubur ayam buatannya.
"Tahu, sakit banget Aisha. Aku ingin muntah terus. Kamu jangan marahin aku terus!" Ucap Rey sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"Makan! Kamu nggak akan sembuh kalau tidak mau makan." Ujar Aisha seperti sedang membujuk anak kecil.
"Tapi, aku mual." Jawab Rey.
Aisha mengambil laptop yang ada di sebelah Rey dan berencana mengancam Rey menggunakan benda itu.
"Kalau tidak mau makan, aku lempar ini ke bawah agar kamu kehilangan semua pekerjaanmu itu." Ucap Aisha. Ia jadi merasa sedang berurusan dengan anak kecil saat menghadapi Rey yang seperti ini.
"Jangan!" Ujar Rey. "Baik. Aku makan." Lanjut Rey.
"Minum obat juga!" Ucap Aisha.
"Iya." Jawab Rey.
Aisha duduk sambil memegang laptop Rey sebagai jaminan bahwa Rey akan menghabiskan makanannya dan meminum obatnya. Bagaimana bisa Rey jadi semanja itu. Apakah pria yang sedang jatuh cinta memang seperti itu?
"Sayang, aku sudah selesai. Bisa kembalikan laptopku?" Tanya Rey.
"Kamu tidak boleh bekerja selama kamu belum pulih! Aku akan menyimpannya sampai kamu benar-benar pulih." Jawab Aisha.
"Aku hanya sakit biasa. Aku sudah minum obatnya, aku akan sembuh." Jawab Rey sambil memohon.
"Tidak bisa. Kamu harus istirahat." Jawab Aisha lagi.
"Kalau begitu temani aku!" Ucap Rey manja.
"Bukankah setiap hari aku disini menemani kamu?" Aisha menghela nafas kasar, sikap manja Rey sungguh berlebihan, melebihi Rafka saja.
"Tapi, kita tidak melakukan hal itu." Ucap Rey sambil menautkan jari jarinya membuat Aisha agak kesal.
"Kamu sakit. Jangan berfikir macam-macam!" Ucap Aisha.
"Tapi, aku masih sanggup." Jawab Rey.
"Berhenti bicara dan tidurlah!" Ucap Aisha.
"Apa kamu tidak ingin memiliki anak lagi? Aku rasa Rafka tidak akan keberatan jika kita memberikannya seorang adik." Kata Rey.
"Bisa diam tidak! Tidur sana!" Ujar Aisha.
"Kenapa kamu jadi galak gitu sih?" Protes Rey membuat Aisha menyadari sesuatu.
Bukankah ia terlalu berlebihan? Rey sedang sakit, ia malah mengucapkan setiap kata-katanya dengan kasar. Ini jelas bukan dia. Aisha menghela nafas sebelum akhirnya memegang tangan Rey dan mengusapnya dengan lembut.
" Setelah kamu sembuh, aku janji kamu bebas lakuin apa saja. Tapi, tidak sekarang. Kamu masih belum sembuh. Aku hanya tidak ingin kamu semakin menderita karena sakit." Ucap Aisha.
"Ini baru Aishaku yang dulu." Kata Rey kemudian memeluk Aisha dan mencium keningnya.
.......
"Aisha, kamu tidak berencana operasi wajah? Bekas luka kamu bisa hilang Lo. Ibu punya kenalan dokter yang hebat." Ucap Ibu Rey ketika mereka berempat sedang sarapan bersama.
Saat ini Rey sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia bisa pergi jalan-jalan meskipun belum diperbolehkan kembali bekerja oleh Aisha.
"Sepertinya tidak usah, Bu. Saya sudah menerima keadaan saya yang seperti ini." Jawab Aisha.
"Kamu ini cantik Lo Aisha. Kamu bahkan bisa lebih cantik dari yang sekarang." Bujuk Ibu Rey.
"Bu, jangan memaksa Aisha! Aisha yang begini saja aku sudah sangat cinta. Biar wajah cantik Aisha aku saja yang tahu." Ucap Rey.
"Alah, bilang saja kalau kamu cemburu." Cibir Ibu Rey.
"Punya istri terlalu cantik membuat hatiku tidak tenang setiap hari. Apa ibu mau, aku cepat mati karena khawatir istriku dilirik pria lain?" Ujar Rey.
"Ya ampun, Rey. Kamu tidak akan mati. Jangan berlebihan!" Tegur ibu Rey.
"Bicara seperti itu lagi, aku benar-benar akan pergi operasi wajah dan mencari ayah baru untuk Rafka." Ancam Aisha.
"Kumat lagi galaknya. Tuhan, kembalikan Aishaku yang dulu!" Ucap Rey seperti sedang berdoa.
"Jangan banyak bicara lagi, aku akan mengantar Rafka ke sekolah. Hari ini pertama ia masuk sekolah, aku harus menemaninya." Ucap Aisha.
"Aku yang akan mengantar kalian. Aku juga ingin menemani Rafka." Jawab Rey.
"Kamu masih belum pulih." Tolak Aisha.
Rey mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Dalam sepuluh menit, datang ke rumah dan antar kami ke sekolah Rafka!" Ucap Rey melalui telepon. Ia mematikan sambungannya setelah mendengar jawaban yang memuaskan.
"Beres kan?" Ucap Rey membuat Aisha menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Aisha, selama empat tahun menghilang, Rey tidak pernah sekalipun berfikir untuk mencari pengganti Aisha. Hanya Aisha yang akan ia tunggu meskipun harus menunggu sampai seumur hidup.
Dan Rey bersyukur, ia tidak perlu menyesali penantiannya selama ini karena Aisha telah kembali ke pelukannya sebelum waktunya di Dubai ini habis.
Aisha juga tidak pernah berfikir bahwa Rey dan keluarganya akan dengan senang hati menerimanya kembali setelah ia menceritakan semua yang terjadi padanya.
Masa lalu yang kelam, masa lalu yang sangat menyakitkan. Mereka tidak ingin mengingat semua itu. Mereka hanya ingin menyambut masa depan mereka dengan penuh rasa bahagia.
TAMAT.....
