Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihat sosok seperti ibu.
"Apa!" Kakek William sangat terkejut. Ia tidak menyangka wanita berpenampilan sederhana di depannya adalah Jaksa Yumi, jaksa yang selalu berusaha memenjarakan cucunya. Amarah dan ketidakpercayaan bercampur aduk dalam dirinya.
"Kenapa kamu bawa wanita ini ke mari, Dom!" suara Kakek William meninggi, tatapannya sangat mengerikan. Ia menatap tajam ke arah Dominic dan Yumi.
"Kek, mari kita pulang," Dominic berusaha menenangkan Kakeknya yang sudah mulai emosi. Ia menarik lengan Kakek William dengan lembut namun tegas.
"Hey, kamu! Kenapa kamu terus berusaha ingin menangkap cucuku!" Kakek William mengarahkan amarahnya pada Yumi.
Yumi memilih diam, tidak menjawab pertanyaan Kakek William.
"Ada hubungan apa kau dengan cucuku! Apa kalian sepasang kekasih?!" Ucapan Kakek William semakin tidak terkendali. Ia tampak kehilangan kendali atas emosinya.
"Sudah, Kek, mari kita pulang," Dominic menarik Kakek William dengan sedikit paksa. Ia menyadari bahwa situasi ini semakin tidak terkendali. Ia harus segera membawa Kakeknya pergi dari tempat ini sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Dengan sedikit paksaan, Dominic akhirnya berhasil membawa Kakek William ke mobil. Kakek William masih terlihat kesal dan marah, bergumam tentang Yumi sepanjang perjalanan turun ke lantai bawah.
Yumi masih tetap menyusul dari belakang. Saat hendak masuk mobil, ia tak sengaja melihat sesosok wanita yang sangat mirip dengan ibunya. Namun, penampilan wanita itu sangat berbeda dari apa yang ia bayangkan. Wanita itu mengenakan pakaian yang sangat mewah dan glamor, jauh berbeda dari penampilan sederhana ibunya selama ini.
Deg! Jantung Yumi berdebar kencang. Rasa terkejut dan tak percaya memenuhi hatinya.
"Ibu?" gumam Yumi, suaranya nyaris tak terdengar. Ia memperhatikan wanita itu yang pergi bersama seorang pria, naik sebuah mobil mewah. Rasa penasaran dan keraguan memenuhi pikirannya. Apakah itu benar ibunya? Dan siapa pria yang bersamanya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya.
Yumi ingin mengejar mobil yang ditumpangi wanita mirip ibunya itu, namun Dominic segera menahannya.
"Masuk," ujar Dominic, suaranya terdengar dingin dan sedikit menekan. Sepertinya ia sengaja meminta Yumi masuk ke mobil agar tidak melihat wanita itu lagi.
"Tidak, saya di sini saja. Saya bisa pulang sendiri," Yumi menolak. Ia ingin mencari tahu apakah ia hanya salah menilai atau tidak. Di pikirannya, Sebelumnya ia berpikir ibunya telah meninggal ditelan lautan api. Namun, kemunculan wanita itu telah menimbulkan keraguan besar dalam hatinya.
"Masuk!" Dominic kembali memerintah, suaranya lebih dingin dan tegas.
Yumi mulai curiga. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Dominic. Sikap Dominic yang tiba-tiba berubah dan perintahnya yang tegas membuat Yumi semakin penasaran dan curiga. Ia merasa ada hubungan antara wanita yang baru saja dilihatnya dengan Dominic.
Dengan ragu-ragu, Yumi akhirnya masuk ke dalam mobil Dominic. Suasana di dalam mobil terasa tegang.
"Kenapa kau masih membawa wanita itu?" Kakek William masih terus mengoceh, marahnya belum reda. Ia menatap Yumi melalui kaca spion dengan pandangan sinis.
Dominic memilih bungkam, tidak menjawab pertanyaan Kakeknya. Posisinya duduk di belakang, sementara Kakek William duduk di samping sopir.
"Kau dengar Kakek, Dom!" Kakek William mendesak.
"Saya cuma mengantarnya pulang, Kek," jawab Dominic singkat.
"Kakek mau kau berhenti dari pekerjaan haram mu! Segeralah cari seorang istri, dan masuk ke perusahaan!" Kakek William memberikan perintahnya dengan tatapan tajam.
"Saya bukan anak kecil, Kek," tolak Dominic mentah-mentah. Ia tampak tidak setuju dengan perintah Kakeknya. Ia ingin menjalani hidupnya sendiri, sesuai keinginannya.
"Pasti gara-gara perempuan itu lagi kan kamu tidak mau menikah? Lihat? Dia saja pasti sudah lama mati, buktinya sampai saat ini kau tidak bisa menemukannya!" Kakek William geram, suaranya meninggi. Ia menyalahkan wanita di dalam foto yang sering Dominic simpan, atas ketidakmauan Dominic untuk menikah.
Dominic tetap diam, tidak peduli dengan ocehan Kakeknya. Ia terlihat tenang dan acuh.
"Kau ingin Kakek membakar markas mu! Lihat, Liana akan pulang tiga hari lagi, Kakek akan menjodohkan mu dengannya!" Kakek William memaksa, menyatakan rencananya untuk menjodohkan Dominic dengan Liana wanita yang menyukai Dominic.
"Kenapa bukan Kakek saja yang menikahi wanita itu," jawab Dominic dengan raut wajah datar, suaranya terdengar tenang namun sedikit sarkastik. Ia membalas ucapan Kakeknya dengan sindiran.
"Kau!" Kakek William hampir kehilangan kendali. Ia terkejut dengan jawaban Dominic yang tidak terduga. Ia merasa cucunya itu semakin memberontak.
Sementara Yumi hanya diam mendengar pertengkaran Kakek dan cucu itu. Pikirannya sibuk dengan seputar wanita yang mirip Ibunya tapi berpenampilan sangat terbuka.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘