NovelToon NovelToon
The Villain Wears A Crown

The Villain Wears A Crown

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: karinabukankari

Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1: The Mask and the Crown

Kereta kerajaan berguncang perlahan di atas jalan berbatu, menuju gerbang utama Istana Ravennor. Di dalamnya, duduk seorang wanita dengan punggung tegak, mata terarah ke jendela meski ia tak sungguh-sungguh melihat pemandangan. Jemarinya yang bersarung renda putih menggenggam kipas hitam keemasan, dan wajahnya tak menunjukkan sedikit pun rasa cemas.

Namun di balik tatapan tenangnya, hatinya menyimpan bara. Bara yang telah menyala selama tujuh tahun lamanya.

Lady Seraphine nama yang kini dipanggil orang padanya mengambil napas dalam. Udara pagi ini dingin, tapi tidak sebeku hatinya saat mengingat apa yang akan ia lakukan. Di sinilah semuanya dimulai lagi: di istana tempat keluarganya dihancurkan, namanya dihapus dari sejarah, dan hidupnya dipecah menjadi sebelum dan sesudah malam pengkhianatan itu.

Dan sekarang… dia kembali, bukan sebagai korban.

Tapi sebagai calon istri sang pangeran.

Para penjaga istana menunduk saat pintu kereta dibuka. Seraphine melangkah keluar dengan anggun, gaun hitam berbordir emas menjuntai di belakangnya seperti bayangan malam. Mahkota kecil bertatahkan obsidian menghiasi kepalanya perhiasan yang ia pilih sendiri, sebagai simbol: bahwa ia datang sebagai tamu, tapi dengan niat seorang ratu yang jatuh.

“Lady Seraphine,” suara pelayan pria menyambut. “Selamat datang di Istana Ravennor. Pangeran Caelum menunggu Anda di taman selatan.”

Seraphine menoleh pelan, senyumnya tipis. “Taman selatan… Ah. Sungguh tempat yang indah untuk perkenalan pertama. Bahkan burung pun bernyanyi tanpa tahu bahwa musim dingin akan kembali datang.”

Pelayan itu ragu-ragu. “Maaf, milady?”

“Tidak apa.” Ia melangkah, menyusuri koridor yang telah berubah sedikit sejak ia terakhir kali berada di sana. Lukisan-lukisan baru menggantung di dinding, wajah-wajah bangsawan yang menggantikan mereka yang dihukum. Tapi langit-langit itu masih sama. Ia pernah melihatnya saat tertelungkup di lantai batu, mendengar suara cambuk di kejauhan.

Kini ia berjalan di bawahnya, dengan kepala tegak.

Taman selatan dipenuhi bunga-bunga mawar dan anggrek putih. Angin membawa aroma manis bercampur sejuknya embun. Di tengahnya, seorang pria berdiri membelakangi danau kecil, mengenakan jas kerajaan berwarna biru tua dengan emblem singa bersayap di dadanya.

Seraphine berhenti beberapa langkah darinya.

“Yang Mulia.”

Pangeran Caelum Alistair berbalik.

Tatapan pertama mereka adalah diam. Seperti dua pedang yang saling mengukur sebelum bertarung.

Caelum lebih muda dari yang Seraphine bayangkan—meski telah berusia dua puluh lima tahun, wajahnya menyimpan kelembutan yang tidak cocok dengan istana ini. Tapi mata kelamnya menyiratkan sesuatu yang lain. Luka. Rahasia. Dan kehati-hatian.

“Lady Seraphine,” ucapnya, suaranya dalam dan tenang. “Akhirnya kita bertemu.”

“Benar, akhirnya.” Ia tersenyum. “Apakah Anda puas dengan pilihan yang dibuatkan oleh dewan pernikahan untuk Anda, Yang Mulia?”

Sebuah senyum samar muncul di wajah Caelum. “Saya lebih tertarik melihat apakah Anda puas menjadi calon ratu.”

“Menjadi ratu bukanlah tentang kepuasan,” Seraphine menjawab. “Tapi tentang bagaimana bertahan tanpa kehilangan diri sendiri.”

Caelum terdiam sejenak. “Jawaban yang bijak.”

Seraphine menunduk sedikit, membiarkan permainan kecil ini dimulai.

Beberapa jam kemudian, Seraphine berjalan di galeri istana bersama Lady Mirella, sepupu pangeran, yang ditugaskan sebagai “pendamping istana” selama dia tinggal di sana.

“Kau sungguh berbeda dari yang kudengar,” kata Mirella pelan, setelah memastikan tak ada pelayan di dekat mereka.

“Oh?” Seraphine menaikkan alis.

“Mereka bilang kau… terlalu dingin. Terlalu pendiam. Bahkan beberapa mengatakan kau menyimpan niat gelap.”

Seraphine tersenyum. “Mungkin itu benar. Tapi bukankah semua wanita kerajaan menyimpan niat gelap? Kita hanya tidak selalu mengakuinya.”

Mirella terkekeh. “Aku menyukai kejujuranmu. Tapi berhati-hatilah. Di sini, kejujuran sering dianggap sebagai kelemahan.”

Seraphine menghentikan langkahnya dan memandangi lukisan besar seorang pria berjanggut lebat.

“Siapa ini?” tanyanya, meski ia tahu jawabannya dengan sangat baik.

“Itu adalah Lord Verndale. Dulu penasihat utama raja. Tapi dia… dihukum karena pengkhianatan.”

Seraphine berpura-pura mengangguk. “Oh. Aku dengar kisahnya sangat tragis.”

“Ya… putrinya menghilang. Tidak ada yang tahu ke mana dia pergi setelah keluarga itu dihancurkan.”

Seraphine memiringkan kepalanya sedikit. “Kadang yang hilang… hanya menunggu waktu untuk kembali.”

Malam itu, Seraphine berdiri di balkon kamarnya, memandangi langit yang kini dipenuhi bintang. Tangannya menggenggam liontin kecil berbentuk elips, satu-satunya peninggalan ibunya. Di dalamnya, ada potret kecil Elara muda dan adik lelakinya—Orin.

Di mana kau sekarang, Orin?

Ia telah mencari selama bertahun-tahun, tapi tak ada jejak adiknya di mana pun. Beberapa mengatakan dia dibawa ke penjara bawah tanah, beberapa lain bilang dia mati dalam pelarian. Tapi Seraphine tak percaya semuanya. Ia tahu Orin masih hidup. Dan bagian dari rencana balas dendamnya adalah menemukan bocah itu—dan membuat dunia membayar atas apa yang telah mereka lakukan.

Suara ketukan pelan di pintu membuatnya tersadar.

“Masuk,” ucapnya.

Pelayan pribadi masuk, membawa sepucuk surat.

“Untuk Anda, milady. Tanpa nama pengirim.”

Seraphine mengambilnya dengan alis mengernyit. Ia membuka surat itu perlahan.

Tulisannya tajam, tegas. Maskulin.

“I know who you are.

And I know why you came back.”

Seraphine membeku.

Matanya terpaku pada baris kalimat itu, sementara isi suratnya hanya dua kalimat sederhana tapi cukup untuk mengguncang seluruh rencana yang telah ia susun selama bertahun-tahun.

“I know who you are.

And I know why you came back.”

Surat itu tanpa tanda tangan, tanpa cap kerajaan, bahkan kertasnya bukan jenis yang biasa digunakan oleh istana. Lebih tebal, berbau samar arang dan rempah—bau khas ruang bawah tanah atau... ruang rahasia.

“Siapa yang memberimu surat ini?” tanyanya pada pelayan.

“Seorang laki-laki, milady. Ia mengenakan jubah biasa. Mengaku sebagai pengantar dari dapur istana.”

“Ciri-cirinya?”

“Tak terlihat jelas. Wajahnya sebagian tertutup tudung. Tapi—dia tahu nama Anda, meskipun saya tidak sempat memberitahunya.”

Seraphine menatap surat itu lagi. Lalu mengangguk pelan.

“Terima kasih. Kau boleh kembali.”

Saat pintu ditutup, Seraphine membakar surat itu di atas lilin yang menyala di meja kecilnya. Lembaran itu melengkung dan berubah menjadi abu, satu per satu huruf menghitam dan lenyap.

Tapi maknanya tak akan hilang.

Malam itu, ia tidak tidur.

Sebaliknya, ia menyusup ke bagian terdalam perpustakaan istana, tempat rak-rak tua menyimpan catatan sejarah yang telah disensor. Di balik rak ketiga di sisi timur—tepat di belakang lambang singa bersayap yang usang—terdapat lorong rahasia. Tempat yang hanya diketahui oleh mereka yang pernah tinggal di istana sebelum masa Raja Elric, ayah Caelum.

Dan Seraphine adalah salah satunya.

Lorong itu gelap, tapi ia mengingatnya dengan sangat baik. Ia menyusuri jalan sempit yang berdebu itu hingga tiba di sebuah ruangan batu kecil. Di dalamnya, tersisa meja tua dan tumpukan buku berlapis waktu.

Ia menarik satu gulungan kertas tua dari dalam rak.

Peta bawah tanah Ravennor.

Titik-titik merah melambangkan ruang penyiksaan, ruang tahanan, dan… ruang penyimpanan. Ia mencari satu simbol tertentu: lingkaran bercabang—lambang milik Ordo Umbra, sekte rahasia yang menyelamatkannya tujuh tahun lalu.

Dan di sanalah letaknya. Di bawah kapel tua istana.

Keesokan harinya, saat cahaya matahari menyinari koridor istana, Seraphine berpura-pura menjalani tugas barunya: menghadiri pesta makan siang bersama para bangsawan muda. Di antara mereka, Lady Mirella hadir kembali, mengenakan gaun biru lembut.

“Kau tampak… lelah,” komentar Mirella.

“Aku tidak terbiasa dengan tempat tidur yang begitu empuk,” jawab Seraphine ringan.

Tawa kecil mengalir di antara mereka. Tapi Seraphine tahu, semua ini hanyalah lapisan—topeng-tipis yang dikenakan semua wanita di meja itu. Termasuk dirinya.

Pangeran Caelum tidak hadir. Tapi pesan darinya dikirim secara pribadi: “Kita perlu berbicara malam ini. Aku menunggumu di balkon utara setelah pesta selesai.”

Dan malam pun datang.

Seraphine mengenakan gaun berwarna merah gelap—warna darah kering. Rambutnya disanggul tinggi, memperlihatkan leher jenjang yang dulu pernah dipenuhi luka cambuk. Kini, hanya kilauan batu delima yang menggantung di sana.

Balkon utara sepi saat ia tiba. Hanya ada angin malam dan nyala lentera yang berayun lembut.

Tapi tak lama, langkah-langkah terdengar dari dalam.

Pangeran Caelum muncul, mengenakan jubah beludru hitam. Wajahnya diterangi cahaya lilin, menampakkan garis tegas dan mata yang malam itu tampak lebih gelap dari biasanya.

“Kau menerima surat itu,” katanya langsung, tanpa basa-basi.

Seraphine tidak menjawab.

“Bukan dariku,” lanjutnya. “Tapi aku tahu siapa yang menulisnya.”

Ia mendekat.

“Lady Seraphine—atau... Haruskah aku memanggilmu dengan nama yang telah dihapus dari sejarah?”

Tatapan mereka bertabrakan, dan angin malam seakan berhenti bergerak.

“Panggil aku apa pun yang kau mau, Yang Mulia,” bisiknya. “Itu tidak akan mengubah siapa aku sebenarnya.”

Caelum mendekat hingga jarak mereka hanya beberapa inci.

“Dan siapa kau sebenarnya?”

“Yang kau biarkan hidup… tujuh tahun lalu.”

Caelum menahan napas.

Ia ingat malam itu. Seorang gadis remaja yang ditarik paksa oleh penjaga. Seorang anak perempuan yang berlutut di tengah darah dan abu. Ia ingin menyelamatkannya, tapi tak bisa. Ia hanyalah putra mahkota yang tak berdaya di bawah bayang-bayang ayahnya.

“Jadi kau kembali untuk membalas dendam?” bisiknya.

“Tidak,” kata Seraphine pelan. “Aku kembali… untuk mengambil semuanya.”

Caelum tidak segera menjawab. Tangannya mengepal di balik jubah, dan pandangannya menelusuri wajah wanita di hadapannya—bukan lagi gadis ketakutan yang ia lihat bertahun-tahun lalu, tapi seorang ratu dalam bayangan.

“Kalau begitu,” katanya perlahan, “apa yang ingin kau ambil, Lady Seraphine?”

Ia tahu jawabannya, tapi ia ingin mendengarnya langsung.

Seraphine menatapnya. “Kebenaran. Tahta. Dan mungkin… jiwamu.”

Ketika ia berbalik hendak pergi, Caelum menggenggam pergelangan tangannya. Sentuhan itu panas, seperti percikan sihir yang tak terucapkan. Ia mendongak, bertemu mata Caelum yang membara dengan sesuatu—kemarahan? Ketakutan? Atau rasa bersalah?

“Aku tidak membunuh keluargamu,” kata Caelum pelan. “Aku tahu kau pikir aku pelakunya. Tapi aku bukan... seperti ayahku.”

Seraphine mengangkat dagu. “Dan kau pikir kata-kata itu bisa menghidupkan mereka kembali?”

Diam sejenak.

“Kau tidak tahu apa pun tentang siapa aku sekarang,” lanjutnya dingin. “Dan itu baik. Karena ketika waktunya tiba, kau akan tahu seperti apa rasanya kehilangan segalanya.”

Ia menarik tangannya dan melangkah pergi, meninggalkan Caelum berdiri di sana—diam dalam gemuruh jiwanya.

❖ ❖ ❖

Beberapa hari berlalu. Seraphine memainkan perannya dengan sempurna. Ia menari di pesta istana, berbicara dengan senyum tipis pada para bangsawan, dan menerima hadiah-hadiah kecil dari pelamar politik yang mencoba merebut perhatiannya.

Tapi di malam hari, ia terus menjelajah lorong-lorong tersembunyi, mencari jejak Orin—dan identitas orang misterius yang tahu siapa dirinya.

Sampai suatu malam, ia menemukan sesuatu.

Di salah satu ruang penyimpanan tua dekat kapel bawah tanah, ia menemukan ukiran simbol kuno—lingkaran bercabang tiga.

Ordo Umbra.

Dan di bawah simbol itu, tertulis sebuah kalimat dalam bahasa lama:

“Ia yang dilupakan akan bangkit bersama bayangan.”

Hatinya berdetak kencang. Ini bukan hanya ancaman. Ini pertanda bahwa seseorang—mungkin Orin, atau Ash—masih hidup dan bergerak dalam bayang-bayang. Dan lebih dari itu… seseorang sedang membangkitkan kekuatan lama yang disegel sejak Perang Berdarah berabad lalu.

❖ ❖ ❖

Pagi berikutnya, Seraphine sedang duduk di ruang baca ketika Lady Mirella masuk membawa kabar yang tak terduga.

“Seorang tamu dari Utara baru saja tiba,” katanya dengan nada gugup. “Ia mengaku utusan dari Tanah Salju. Tapi…”

“Tapi apa?”

“Ia mengenakan jubah perak tua. Seperti… ordo yang sudah tidak ada lagi.”

Seraphine membeku.

“Namanya?” desaknya.

“Lord Ashlan. Tapi ia tidak menyebut nama keluarganya.”

Ash…

Ashlan adalah nama tengah kakaknya. Nama yang hanya mereka berdua tahu. Mata Seraphine membelalak, tapi ia cepat menutupinya.

“Aku ingin bertemu dengannya. Segera.”

❖ ❖ ❖

Saat mereka bertemu di aula pribadi istana, pria itu berdiri membelakangi jendela, wajahnya separuh tersembunyi bayangan. Tapi Seraphine mengenal postur itu. Bahunya yang kokoh. Luka kecil di pelipis kiri.

“...Ash?” bisiknya.

Pria itu menoleh. Matanya berwarna abu seperti dirinya. Hanya sedikit lebih gelap. Lebih matang. Lebih dingin.

“Elara,” katanya.

Dan untuk pertama kalinya sejak malam pengkhianatan itu… Seraphine menangis.

1
karinabukankari
🎙️“Capek? Lelah? Butuh hiburan?”

Cobalah:

RA-VEN-NOR™

➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi

PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.

Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
karinabukankari
“Kamu gak baca Novel jam 11?”

Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...

➤ Tiap hari. Jam 11.

Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
karinabukankari
“Halo, aku kari rasa ayam...
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”

➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?

Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:

❝ Aku Telat Baca Novel ❞

#AyamMenyerah
karinabukankari
Ash (versi ngelantur):
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”

Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”

Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”

📅 Jam 11. Tiap hari.

Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
karinabukankari
“Lucu…
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”

Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.

➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.

Jangan salah pilih sisi.
– Orin
karinabukankari
“Aku tidak banyak bicara…
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”

Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?

Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.

– Orin.
karinabukankari
“Oh. Kamu lupa baca hari ini?”

Menarik.

Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...

➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.

Aku sudah memperingatkanmu.

– Ash.
karinabukankari
📮 Dari: Caelum
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku

"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"

🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.

💙 – C.
karinabukankari
🐾 Meong Alert!

Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!

🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !

Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush

Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!

😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.

#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
karinabukankari
🐓 Jam 11 bukan jam ayam berkokok.
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis

Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG

📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
karinabukankari
🕚 JAM 11 SIANG ITU JAM SUCI 😤

Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!

Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”

Jadi yuk… BACA. SEKARANG.

🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
karinabukankari
⚠️ PENGUMUMAN PENTING DARI KERAJAAN RAVENNOR ⚠️

📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!

Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.

Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!

❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
karinabukankari
📢 HALOOO PARA PEMBACA TERSAYANG!!
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.

⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB

🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.

➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~
Luna_UwU
Ditambahin sekuel dong, plis! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!