Jangan lupa untuk follow Ig: naendia9
Karina Zanetta, gadis remaja yang cantik namun sayangnya terkenal dengan sikap dingin dan cueknya bahkan dia dapat julukan Ice cube di sekolahan. Tapi suatu momen Karina di tembak oleh Davino Abimanyu, pria tampan yang kebetulan sangat populer di sekolahan.
"Elo mau gak jadi pacar gue?!" ucap Davin.
Dan saat itu juga seisi sekolahan dibuat heboh oleh tingkah Davin yang menyatakan rasa suka pada Karina. Namun sayangnya Karina belum menjawab iya ataupun menolak perasaan cinta Davin, karena Karina menyukai pria lain dan berharap yang menyatakan cinta itu pria itu bukan Davin.
Dan disisi lain Davin sudah dijodohkan sama kedua orang tuanya dengan Jovita, bahkan mereka setelah lulus akan segera dinikahkan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta Karina? Apakah Karina akan bisa mencintai Davin dengan tulus hati atau Karina masih berharap dengan Crush-nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naendia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyekapan
Davin langsung berlari sesaat melihat Karina dan menuju ke belakang gedung sekolah nya.
Namun, saat berada di belakang gedung sekolah, "Kok gak liat Karina lagi? Dia kemana?" gumam Davin sembari masih melihat kesana kemari lagi dan lagi berlari kecil ke arah gedung olah raga dekat kampus yang ada di belakang gedung sekolahnya.
"Tempat ini juga kosong?" ujar Davin sembari masih menatap lekat gedung olahraga. Namun, Davin tak tau sebenernya Karina berada di gudang olahraga tersebut.
Davin masih bingung dan melihat kesana kemari sembari memegangi kepala nya karena frustasi. Sementara Jovita melihat Davin dari kajahuan.
Jovita saat ini benar - benar merasa kalau perlakuan Davin ke Karina dan kepadanya sangat jomplang.
"Apa elo bener - bener suka sama Karina? Kenapa elo lakuin ini ke gue sih Vin!" keluh Jovita.
Jovita menatap sebal ke arah Davin dari kejahuan, "Pokok nya gak bisa! Gak bakalan gue lepasin elo Davin!" Jovita yang geram langsung berbalik dan kembali ke sekolahnya.
***
Sementara Karina yang masih di dalam gedung, perlahan tersadar dengan kepala yang sedikit sakit dan mata yang masih susah untuk melihat karena kabur. Namun, Karina harus bisa membuka mata nya untuk memastikan siapa yang sudah menyekapnya.
"Egh!!" suara erangan Karina yang baru tersadar sembari menahan kepalanya.
"Elo udah bagun?" ujar Wanita yamg duduk di depan Karina sembari masih menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"Ternyata lama juga nunggu elo sadar," imbuhnya lagi.
"Elo, bukannya mantannya Binta?" ujar Karina sedikit bisa melihat siapa wanita yang ada di depannya.
Sesekali Karina juga melihat dirinya sendiri, kedua tangan dan kaki nya yang sudah terikat di bangku.
"Hah! Apa elo bilang!" seru wanita itu seraya dia berdiri dan menghampiri Karina. Tangan wanita itu kemudian menarik rambut Karina kebelakang.
Karina hanya merintih kesakitan, "Gue kan udah bilang! Gue tunangannya Binta!" seru wanita itu di samping telinga Karina.
Karina hanya terdiam dan merintih kesakitan akibat rambutnya yang di tarik oleh wanita yang mengaku tunangan Binta.
"Gue Maura Anandhita! Keluarga Roy Andreas! Kalau elo gak tau nama bokap gue!" seru wanita itu lagi sambil melepas rambut Karina yang ada di tangannya dengan Kasar.
Karina hanya bisa tertunduk lemas, dengan rambutnya yang sudah acak - acakan dan seragam yang sudah lusuh.
"Terus mau elo apa dari gue?" ujar Karina, ia berusaha mendongakkan kepala nya untuk menatap Maura. Wanita itu sering di sapa dengan Maura.
"Gua udah bilang kan untuk jauhin Binta! Kenapa elo masih aja deketin dia!" seru Maura. Lagi- lagi Maura kembali menarik rambut kepala nya ke belakang.
Karina merintih kesakitan lagi pasal nya kepala yang di pukul nya menunjukkan darah keluar dari bekas pukulannya, hal itu lah yang membuat Karina tak sadar kan diri.
"Dia itu tunangan gue!" seru Maura lagi.
Karina hanya menyeringai sambil menatap Maura. Maura yang merasa di ejek oleh Karina semakin murka.
Dengan segera Maura berbalik arah dan memberikan kode untuk kedua temannya yang ada di belakangnya, lalu Maura melangkah keluar dari gudang olah raga tersebut.
***
Sementara itu, kelas sudah berganti pelajaran sampai beberapa jam sudah berlalu, sampai akhirnya pertemuan organisasi pramuka akan di laksanakan.
"Jovita! Kemana Davin!" seru bu Indah, saat melihat Jovita berda di luar kelas nya yang sedang bersantai ria dengan kedua temannya.
"Saya gak tau bu. Lagian juga Davin dari tadi gak masuk ke kelas kok!" dusta Jovita.
Kedua teman Jovita yaitu Zea dan Alea menatap ke arah Jovita, "Kamu yakin? Kita udah mepet loh! Atau gak kamu isi deh! Acaranya! Kamu langsung kelokasi aja, kalau kamu gak mau ibu akan telfon Binta!" Bu Indah langsung meninggalkan Jovita sembari merogoh saku nya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Binta.
Saat bu Indah sudah berlalu pergi, "Elo kenapa gak bilang terus terang sih Jov?" ujar Alea penasaran.
"Apa urusan gue? Lagian Davin pergi nyariin tuh cewek tengil!" ketus Jovita sembari memancungkan bibirnya dan melipat kedua tangan di dadanya.
Bu Indah segera menelfon Binta sembari duduk di ruangannya sendiri.
"Binta!" seru Bu Indah.
"Kamu segera ke sekolah! Saya gak mau tau!" tandas Bu Indah.
"Kamu segera urus organisasi pramuka kita! Saya yang bakalan bicara sama pak Indra!" tegas Bu Indah.
"Tapi bu- sa, saya-" ucapaan Binta tertahan di sebrang telefon bu Indah. Namun, bu Indah memutus ucapan Binta begitu saja.
"Davin gak ada di sekolah sejak pergantian jam mata pelajatan tadi, Jovita yang bilang, jadi saya minta tolong untuk kamu datang ke sekolah!" tegas Bu Indah.
Bu Indah lamgsung menutup telefonnya setelah menyampaikan apa yang menjadi tujuannya untuk menelfon Binta.
Setelah menutup telefon Bu Indah langsung memijat pelipis nya yang di rasa berat, "Kenapa jadi serumit ini," ujar Bu Indah lirih sambil tertunduk.
Tanpa di ketahui Bu Indah, seseorang tiba - tiba saja memberikan minuman. Saat bu Indah mendongak kan kepalanya terlihat Jovita mengulurkan minuman itu ke pada bu Indah.
Ya! Wanita itu Jovita, sampai - sampai bu Indah tak habis pikir dengan apa yang di lakukan Jovita saat ini sangat di luar nalar menurutnya.
"Saya mau bantu ibu," ujar Jovita singkat.
Bu Indah yang mendengar nya tersenyum lega, saat Jovita baru mengatakan kata yang demikian sambil mengulurkan minuman untuk bu Indah.
"Saya juga udah hubungin Binta untuk datang ke sekolah, kamu langsung saja ke posisi."
Setelah itu Jovita menuruti kata Bu Indah walikelas dari kelas sebelas IPS.
Bu Indah langsung menuju ke ruangan BK dan Jovita juga jalan bersama barsama bu Indah.
Namun, saat akan naikke lantai dua "Davin?" ujar Jovita keheranan dan terkejut dengan apa yang di liat nya.
***
Maura pun keluar dari gedung olah raga itu, tempat di mana Karina di sekap di sana.
"Jadi elo?" ujar Davin saat melihat Maura keluar dari gudang olah raga.
Maura yang hendak menutup kembali pintu gudang itu sontak tersentak kaget saat mendengar suara seseorang di belakang nya.
Maura peelahan menutup pintu gudang lalu berbalik dan memandang siapa yang dari tadi berada di belakangnya.
"Elo apain Karina?" ujar Davin sembari melipat kedua tangannya dan berdiri bersender pada tembok.
Maura hanya tersenyum sekilas, "Jadi gadis itu Karina namanya?" ujar Maura.
"Elo apain dia!!" teriak Davin sambil berjalan ke arah Maura lalu mencengkram leher Maura dan di hantamkan nya tubuh Maura ke tembok
Maura hanya bisa mengeliat sambil memukul - mukul lengan kanan Davin yamg mencekram lehernya.
Davin yang murka pun ia sampai mencengkram kuat leher Maura dan dengan tatapan tajam sembari mengerutkan dahi nya. Semakin lama tangan Davin menegang untuk mencekram lebih dalam lagi leher Maura.
Maura juga memukul - mukul tangan Davin dengan kuat, karena oksigen kini susah masuk di persaluran pernafasan Maura.
"Le- lepas!" ujar Maura kesusahan mengeja kata demi kata.
Davin seketika tersadar lalu menghempaskan Maura begitu saja ke permukaan tanah.
Maura yang sudah tersungkur itu langsung batuk - batuk dan mengambil nafas dalam - dalam. Tak hanya itu lututnya juga lecet karena gesekan tubuhnya dengan permukaan tanah itu.
Davin dengan segera mendobrak pintu gudang olah raga tersebut, melihat kenan kiri nya sontak kedua mata nya bertemu dengan siapa yang di maksud, tanpa pikir panjang Davin langsung berlari menghampiri Karina.
Tentu saja benak Davin langsung tertuju Karina saat Karina sudah ada di depannya, ia berlari sambil menyibak kan beberapa wanita yang merundung Karina.
Kondisi Karina terlihat lemas dan terlihat sedikit luka lebam dan rambut yang acak - acakan tak hanya itu seragam nya menjadi lusuh dan basah entah air apa yang di guyur ke arah Karina. Bahkan setelah di sadari Davin tangannya memegang kepala Karina, yang ternyata sudah mengeluarkan darah segar berwarna merah itu.
Davin dengan segera membuka ikatan yang melilit di tubuh Karina dan di kedua tangan dan kaki nya.
Karina hanya lemas rertunduk mata nya sedikit terbuka namun tak bisa melihat pasti siapa yang menolongnya, pandangan nya sangat kabur tak lama Karina pun pingsan.
Davin segera mengangkat tubuh Karina. Tapi, sebelum Davin pergi, "Gue akan cari elo semua!" tegas Davin dengan tatapan tajamnya.
Pikiran Davin panik saat melihat Karina dalam kondisi yang memperihatinkan. Tanpa pikir panjang Davin langsung menuju ke sekolahan sembari masih membopong Karina.
Saat Davin datang sontak saja guru - guru pada heboh terutama bu Indah yang tadi ada di ruangan BK barsama Jovita.
"Davin!" seru Jovita ia juga terkejut saat Davin membopong Karina yang lemas tak berdaya dengan ke adaan yang kurang baik.
Anak - anak lain juga ikut mengerubungi juga di depan ruangan BK. Binta yang baru saja datang melihat keramaian dari gerbang sekolah dimana gerbang yang sering di buat anak - anak SMA Bintang keluar masuk untuk pulang dan masuk ke sekolah.
Binta tanpa pikir panjang langsung membawa motornya masuk ke dalam halaman sekolah dan di parkirkannya di lapangan basket itu. Lapangan basket juga berhadapan langsung dari ruangan BK yang ada di lantai dasar.
"Davin! Karina kenapa!" seru bu Indah.
Anak - anak lain sibuk bergerombol melihat kejadian Davin. Jovita hanya bisa berdiri kebingungan dengan sikon yang terlalu cepat ini. Sampai - sampai kepala Jovita susah mencerna.
"Saya bakalan bawa Karina ke rumah sakit deket sekolahan kita bu!" seru Davin saking panik nya.
Binta yang baru saja tiba di sekolah langsung menyibak kan siswa lain. Binta pun langsung menerobos kerumunan tersebut dan menyibak mereka semua untuk melihat apa yang terjadi.
"Karina?"
"Gue pinjem mobil elo Jov!" teriak Davin.
Jovita yang masih berdiri kebigungan hanya bisa terdiam dan sedikit bengong dan ia juga melihat kesekitar banyak anak - anak berkumpul dan guru.
"Jovita!" seru Davin.
Binta dengam segera ingin mengendong Karina. Namun, Davin segera mendorong Binta. Sampai anak - anak lain yang berkerumun pun menjauh akibat dorongan Davin.
Davin segera bangkit sembari masi membopong Karina, "Elo liat! Sekarang!! Liat Binta!" ucap Davin dengan mata yang melotot yang akan lepas dari tempat nya dan dengan rambut yang basah akibat keringat. Davin pun sampai - sampai tak sadar dengan keringatnya yang keluar dari tubuhnya itu.
"Jovita!" seru Davin lalu berbalik menatap Jovita sembari masih membopong Karina.
"Gu- gue bakalan anterin elo." Jovita segera berjalan keluar dari kerumunan lalu mempersiapkan mobil nya.
Davin pun mengikuti langkah Jovita dari belakang sambil masih membopong Karina.
Binta sempat terdiam sejenak mencerna pikirannya apa yang terjadi . Namun, saat tersadar dengan segera Binta mengikuti Davin dan Jovita.
"Kalian lekas masuk ke kelas kalian!" seru pak Indra selaku guru BK.
Bu Indah kemudian masuk ke dalam runangan BK, "Ya tuhan!" teriak bu Indah frustasi sembari mengusak - usak rambutnya dan berjalan seperti gosokan setrikaan.
"Duduk dulu bu," ujar Pak Indra sambil membuat minuman kopi yang ada di ruangannya.
Nessa hanya melihat Karina dari balkon tepat di depan kelasnya, ia hanya bisa menghela nafas panjang yang melolos dari mulutnya.
"Keren banget elo rin! Bisa - bisanya elo bikin satu sekolah heboh karena perlakuan elo ini! Bahkan, dua orang yang terkenal di sekokah ini berhasil akan perhatian yang elo bikin."
***
"Gimana udah elo beresin ?" ujar Maura.
Beberapa temannya hanya bisa tersenyum puas walaupun sedikit mengalami sakit di badannya akibat beberapa pukulan yang Davin layang kan ke mereka sebelum Davin pergi.
semoga semangatnya juga terus panjang ya. salam dari Aira dan Zayyan di 'aku akan mencintaimu, suamiku' jgn lupa mampir 😉