Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.
"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.
Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.
Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Setelah pertemuan nya dengan Hagia beberapa hari yang lalu, Heru menjadi lebih pendiam. Ia bahkan mengabaikan Dewi dan Radhin yang biasanya selalu hangat dan excited saat bersama. Membuat ibu satu anak itu terus-terusan mengomel akibat perubahan sikap suaminya.
"Kamu itu kenapa sih, Mas? Dari kemarin ngelamun aja, bahkan Radhin ngajak main gak kamu peduliin!" sentaknya marah, mendengar Radhin yang terus merengek.
Heru mendengus kasar mendengar Dewi mengomel, dulu di matanya Dewi wanita yang sangat manis, penurut, dan lembut. Entah mengapa sekarang Dewi menjadi wanita yang cerewet, juga banyak menuntut.
"Mas itu capek, Wi! Baru pulang kerja, mau istirahat. Memangnya kamu gak bisa bujuk Radhin biar gak merengek gitu!" sungutnya kesal. "Lama-lama aku gak betah tinggal di sini!" tukasnya pergi keluar.
Dewi mendelik mendengar nya, sebelumnya Heru tidak pernah bersikap acuh seperti ini. Mereka memang sering bertengkar, tapi itu semua karena permasalahan ekonomi. Dewi yang banyak menuntut, namun Heru tidak acuh seperti ini, sebab pria itu pasti akan mengalah.
"Mas! Mas, kamu mau kemana?" teriak Dewi mengikuti Heru yang keluar dari rumah kontrakannya.
"Aku mau kerumah ibu, males dengerin kamu yang ngoceh terus!" sahutnya sambil menyalakan mesin motornya.
Jawaban Heru membuat Dewi semakin berang, matanya melotot seakan mau keluar. "Kamu jangan egois dong, Mas! Malam ini gantian tugasmu menjaga Radhin! Aku capek mau istirahat!" serunya.
Heru menatap datar istrinya. "Kamu jaga anakmu sendiri, aku juga capek!" katanya acuh dan langsung melakukan motornya. Teriakan Dewi sama sekali tidak dipedulikan dan tidak menghentikan niatnya untuk pergi kerumah ibunya.
"Awas kamu Mas! Aku gak akan maafin kamu!" omelnya, menyimpan dendam pada sang suami.
"Mamaaaa, ayahh." suara tangisan Radhin membuat Dewi semakin emosi.
"Diam Radhin! Ayah mu yang gila itu sudah pergi!" bentaknya, membuat bocah berusia dua tahun itu langsung berhenti menangis karena takut.
BRAKKKK....
Dewi menutup kasar pintu rumahnya, hidup berumah tangga dengan Heru tidak lah seindah yang ia bayangkan. Padahal dulu saat mereka masih pacaran, Heru selalu menuruti permintaan nya, apapun itu. Sekarang, beli baju sebulan sekali saja sulit, Heru juga jarang mengajaknya makan diluar, membuatnya bekerja keras memasak, menjaga anak, dan membereskan rumah.
Jika dipikir-pikir, hidupnya lebih baik saat masih menjadi istri kedua Heru. Status nya memang istri kedua, tapi setidaknya Dewi tidak pernah bersusah payah memasak atau mencuci bajunya sendiri. Untuk makan Dewi biasanya punya langganan katering, dan kalau Heru datang, mereka pasti akan makan diluar. Masalah pakaian, Dewi selalu menggunakan jasa loundry yang ada disekitar kontrakannya.
"Aku pikir jadi satu-satunya istri mas Heru, hidupku akan jauh lebih baik. Tapi malah lebih susah begini." batin Dewi menyesal, ia melirik malas putranya yang bahkan tidak berani mendekatinya. Bocah kecil itu tahu jika ibunya sedang marah, Dewi juga termasuk orang yang yang ringan tangan pada anaknya. Karena itulah Radhin lebih dekat dengan Heru yang selalu menyayangi dan tidak pernah memarahinya.
.....
Pukul 20.35 Heru sampai di rumah Fatma, kedatangannya yang tidak biasa membuat Fatma sedikit terkejut. Sebab, selama hidup bersama Dewi, Heru jarang berkunjung kerumahnya, apalagi malam hari seperti sekarang ini.
"Tumben kamu kerumah, ibu. Sendirian?" tanya Fatma sembari membukakan pintu.
"Lagi suntuk aja, Bu." sahut Heru lesu. "Malam ini, aku nginep di sini, ya?" pintanya, dengan nada melas.
Fatma mengerutkan keningnya, sepertinya Heru sedang punya masalah. "Anak dan istri kamu di mana? Mereka gak kamu ajak?" meskipun ia masih tidak menyukai Dewi, namun Fatma bukan orang yang tidak berperasaan. Ia tetap memikirkan menantu dan cucunya.
"Ngapain mikirin Dewi, sih! Bukannya ibu gak suka sama Dewi?" sahutnya malas, niatnya ingin melupakan Dewi sejenak, tapi malah dibahas oleh ibunya.
"Kamu kenapa? Lagi ada masalah sama Dewi?" tebaknya, kembali menutup pintu.
Heru menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di sofa yang ada diruang tamu. Pikiran nya melayang mengingat sikap Dewi yang sangat jauh berbeda dengan Hagia. "Setiap hubungan pasti punya masalah, Bu. Tidak ada hubungan yang baik-baik saja." katanya pelan.
Fatma ikut mendudukkan tubuhnya di sofa sebelah Heru. "Itu kamu tahu. Jadi, kenapa kamu malah melarikan diri? Bukannya menyelesaikan masalahmu sama Dewi." tegurnya.
Heru membuang napas kasar dan memutar bola matanya malas. "Aku tidak melarikan diri, Bu. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri, Dewi itu semakin cerewet, kalau aku tanggepi, nanti malah ribut." katanya. "Beda sama Hagia yang selalu tenang dan tidak banyak menuntut." katanya tanpa sadar membandingkan istri dan mantan istrinya.
Fatma berdecak mendengar keluhan putranya. "Dari nada bicaramu, sepertinya kamu menyesal sudah meninggalkan istri sebaik Hagia." sindirnya, dulu ia sering kali mengingatkan Heru, jika Dewi bukan wanita yang cocok untuk dijadikan istri. Tapi Heru terlalu mengagungkan cintanya pada Dewi, hingga nasehat ibunya dianggap angin lalu.
"Sebenarnya..." Heru menggantung kalimatnya, ingatannya menerawang jauh kebelakang, menyesali perbuatannya yang tidak akan pernah bisa diulang lagi.
Fatma membuang napas kasar melihat sikap putranya, ia tahu jika Heru kini mulai menyesal dan merasa bersalah atas sikapnya pada Hagia. Sekuat apapun dulu ia mengingatkan agar putranya tidak merasakan hari ini, hari dimana penyesalan itu datang. Namun, seseorang memang harus terjatuh dan mengalami penyesalan, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.
"Kamu sudah memilih Dewi sebagai istrimu, ibu harap kamu tidak menyesali pilihanmu. Ibu memang tidak suka dengan Dewi, bahkan sampai detik ini." Heru menahan napas mendengar penuturan ibunya. "Tapi beda dengan kamu yang menyukai dan mencintai Dewi. Jangan berbuat sesuatu yang nantinya akan kamu sesali, jadilah suami yang baik dan bertanggung jawab."
Haru hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar nasehat sang ibu, seandainya sejak dulu ia meresapi dan mendengarkan nasehat ibunya, mungkin penyesalan yang tengah ia rasakan tidak akan datang. Namun, semua sudah terjadi, penyesalan memang datang di akhir sebuah kisah.
"Iya, Bu. Aku akan belajar untuk menjadi suami yang penuh baik lagi." tidak ada batahan, namun suaranya terdengar berat.
"Satu lagi, jangan pernah meninggalkan istrimu saat kalian sedang bertengkar atau ada masalah. Selesaikan dan cari jalan keluarnya. Karena dengan kamu melarikan diri seperti ini, masalah bukannya akan selesai, tapi malah menjadi lebih besar." Fatma tidak ingin putranya menjadi pengecut dan suami yang tidak bertanggung jawab. Cukup sekali Heru gagal berumah tangga, ia tidak ingin Heru mengalami kegagalan untuk kedua kalinya, meskipun ia belum sepenuhnya menerima Dewi sebagai menantu.
"Aku gak melarikan diri, Bu. Aku cuma butuh waktu untuk menenangkan diri, tidak ada alasan lainya." elaknya, namun Fatma mendengus tidak percaya. Tapi ia membiarkan Heru menginap di rumahnya.
*
*
*
*
*
TBC
Ditunggu kritik dan saran nya yaaaa....,
Maaf kalau ada salah kalimat atau kata, maaf juga kalau masih banyak typo.
Sehat-sehat untuk para readers semuaaaa, panjang umur murah rezeki dan punya banyak uang 💰💰💰💸💸💸💸
Sarangeeee sekebon jagung tetangga 🫰🏻🫰🏻🫰🏻