Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.
Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?
Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Malam Pertama
Sean melihat semua anak buahnya mempersiapkan apa yang ia perintahkan tadi.
Pandangannya lurus kedepan, aura yang di keluarkan semakin kuat jika sudah seperti ini.
"Lapor tuan, semua sudah selesai." Lapor anak
buahnya pada Sean.
"Seret orang-orang itu. ikat dia di tengah-tengah."
Perintah Sean. Anak buah Sean menunduk hormat lalu menyeret paksa tawanan yang berada di ruang bawah tanah.
Mereka memberontak minta ampun untuk di lepaskan. Telinga sean dan semua anak buahnya menjadi tuli seketika tidak mendengarkan teriakan kedua orang itu.
Anak buah Sean mulai menuangkan semua bahan bakar lalu menyalahkan api setelah itu.
Buushh..
Api langsung saja membesar dan menyebar karena banyaknya bahan bakar yang di gunakan. Keduanya berteriak meraung-raung tidak ada hentinya.
"Itu balasan buat kalian." Ucap Sean memandang nyala api yang begitu besar.
"Ayo kita pulang." Ajak sang mami pada Sean.
"Kita ke mall dulu, mi. Sean mau mencari sesuatu untuk Ana." Ujar Sean.
"Ayo kita pulang." Ajak sang mami pada Sean.
"Kita ke mall dulu, mi. Sean mau mencari sesuatu
untuk Ana." Ujar Sean.
"Yasudah ayo. Sekali-kali mami juga main kesana."
Sean menuju kearah mobilnya bersama sang mami. la segera melajukan mobilnya menuju mall.
.
.
.
Sedangkan di kediaman Sean...
"Mami dan Sean kemana, pi? Kenapa papi sendirian ?" Tanya Ana saat melihat papi mertuanya sendirian di ruang berkumpul.
"Mereka keluar sebentar mencari sesuatu katanya." Bohong sang papi. Tidak mungkin papi Sean mengatakan jika keduanya ke markas. Tapi apa yang di katakan oleh sang papi juga tidak sepenuhnya bohong. Saat ini Sean dan sang mami pergi ke mall mencari sesuatu.
Ana menganggukkan kepalanya faham dan tidak bertanya lagi.
"Diva, jangan terlalu banyak memakan ice cream." Ucap papi Sean melihat Diva yang setiap saat memakan ice cream.
"Ini enak sekali grandpa. Apa grandpa tidak mau mencobanya?" Diva mengarahkan ice cream nya kearah sang grandpa.
"Tidak, untuk Diva saja." Tolak grandpa.
"Bagaimana keadaanmu, Ana?"
"Sudah membaik kok, pi." Jawab Ana lembut.
"Istirahatlah, agar tubuhmu cepat pulih." Ucap papi Sean dengan penuh perhatian.
Tidak lama kemudian, Sean dan sang mami sudah sampai di mension Sean.
"Kemana saja kalian? Kenapa lama sekali?" Gerutu papi Ssan kesal menunggu sang istri yang tidak kunjung pulang.
"Tadi kita mampir ke mall."
"Uncle bawa apa itu?" Tanya Diva penasaran dengan paper bag yang di bawa oleh Sean.
"Ini hadiah untuk aunty." Jawab Sean.
"Untukku?" Sean menganggukkan kepala dan menyuruh Ana membukanya. Diva yang penasaran ikut mendekat kearah Ana melihat apa isi paper bag itu.
"Handphone?" Tanya Ana membolak-balikkan benda pipih itu.
"Iya. Itu untukmu, aku ganti yang baru lagi. Semua isi ponsel lamamu sudah aku taruh di dalam sini." Terang Sean. Ia memberikan ponsel keluaran terbaru pada Ana.
"Kenapa hanya aunty yang di belikan? Untuk Diva mana?" Diva menjulurkan tangannya pada Sean.
"Diva belum saatnya memegang ponsel." Jawab Sean lembut. Diva mengerucutkan bibir mungilnya.
.
.
Malam harinya...
"Istirahatlah, Ana. Hari sudah malam." Tegur Sean yang melihat Ana masih asik dengan ponsel barunya. "Sebentar, 5 menit lagi, oke." Tawar Ana. Entah apa yang ia lihat di ponselnya, ia begitu asik dan menikmati.
"Sudah, ayo tidur." Sean mengambil paksa ponsel Ana dan menaruhnya di atas nakas. Ana menghembuskan nafasnya kasar.
"Sean."
"Hmmm.." Sean menyahuti dengan deheman.
"Terima kasih banyak." Ucap Ana.
"Untuk apa?" Sean menaikkan sebelah alisnya.
"Untuk semuanya yang sudah kau lakukan untukku. Aku mengira jika aku sudah tiada kemarin." Jawab Ana sendu mengingat kejadian dirinya ditengah-tengah kobaran api kemarin.
"Bukankah aku sudah bilang padamu, semua akan baik-bak saja selama ada aku. Aku tidak akan membiarkanmu kenapa-napa." Terang Sean. Ana di buat terharu olehnya.
"Kau memang suami yang baik. Tapi aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu. Hikss... hikss.." Ana terisak.
"Hapus air matamu, aku tidak suka melihatmu menangis. Sudah tugasku untuk menjagamu di sisiku." Jelas Sean. Hatinya ikut merasakan sakit melihat air mata Ana jatuh..
"Aku... menyayangimu." Ucap Ana pelan. Namun, sayang Sean masih bisa mendengarnya.
"Apa? Kau bilang apa tadi? Coba ulangi sekali lagi." Ujar Sean pura-pura tidak mendengarnya.
"Tidak... tidak jadi." Ujar Ana malu.
Secepat kilat, Sean sudah beradah di atas tubuh Ana. Pergerakan yang cepat membuat Ana terkejut melihat wajah Sean yang berada tepat di depan matanya.
"Aku mendengarnya, Ana." Ucap Sean dengan tatapan penuh cinta. Ana melihat sorot mata dari Sean yang penuh akan cinta untuk dirinya.
"Se - an... apa yang ingin kau lakukan?" Ana terbata saat Sean mencoba mendekatkan wajahnya kearah Ana.
"Aku menginginkamu, Ana." Bisik Sean di telinga Ana. Ana di buat merinding dengan ucapan dari Sean.
"Apa kau tidak mendengar permintaan papi dan mami. Mereka sudah menginginkan cucu dari kita. Aku juga ingin segera ada Sean junior." Ucap Sean. la mencium lembut leher jenjang milik Ana.
Ana ingin menolak karena takut, tapi tubuhnya bereaksi beda. Ia menerima sentuhan lembut dari Sean.
"Aku melihatmu tidak menolaknya." Ucap Sean lalu kembali mencium leher jenjang Ana.
Ana tidak bisa menolak lagi. Toh, dirinya juga sudah menjadi istri dari seorang Sean. Kapanpun juga, dia pasti akan menyerahkan dirinya pada suaminya.
Ana juga melihat ketulusan dari dalam diri Sean selama ini. jadi, Ana tidak akan ragu lagi untuk memberikan haknya pada Sean.
"Apa boleh?" Ana menganggukkan kepalanya tanpa ragu-ragu.
Sean yang mendapat persetujuan dari Ana pun merasa senang. Sean mencium bibir Ana secara lembut. Ana memejamkan kedua matanya dan mengikuti apa yang di lakukan oleh Sean.
Ana mengalungkan kedua tangannya ke leher milik Sean. Sean semakin bersemangat karena Ana tidak menolaknya sama sekali.
Tangan nakal Sean mulai menelisik ke dalam baju milik Ana. Ana menikmati sentuhan sentuhan lembut yang di berikan oleh Sean.
Suara merdu itu akhirnya keluar dari bibir Ana. Sean yang mendengarnya menjadi lebih gencar.
la mencoba membuka pakaian milik Ana dan miliknya lalu membuangnya ke sembarang arah. Akhirnya, keduanya tidak memakai sehelai benangpun.
Deru nafas Sean terdengar sampai di telinga Ana.
"Aku akan menjadikanmu milikku sepenuhnya." Bisik Sean pada Ana.
"Aku adalah istrimu. Aku milikmu." Jawab Ana yang mengakui perasaannya secara tidak langsung.
Sean sangat senang mendengar jawaban dari Ana. Inilah yang di tunggu-tunggu oleh Sean. Ana mengungkapkan perasaannya padanya.
Tanpa perlu berlama-lama, Sean segera melancarkan aksinya pada Ana. Ana mencoba menahan rasa sakitnya sebisa mungkin.
Dan pada akhirnya, malam itu menjadi saksi akan bersatunya cinta mereka berdua. Malam itu mereka lewati dengan syahdu tanpa ada gangguan apapun.
Sean sudah berhasil membuat Ana menjadi miliknya seutuhnya. Ia akan terus melindungi Ana selama berada di sisinya. Ia tidak akan melepaskan Ana bagaimanapun nanti.
Ana juga merasa bahagia saat ini, ia akan menjadi istri yang baik untuk Sean. Dia juga berjanji tidak akan meninggalkan Sean bagaimanapun nanti.
la juga akan menerima semua yang ada pada Sean. Entah hal terkecil, maupun yang terbesar.