Masjid Berhantu

Daud sudah tidak lagi menulis untuk waktu yang cukup lama. Semenjak perusahaan surat kabar dahulu tempat nya bekerja tutup. Surat kabar yang sudah belasan tahun beredar itu terpaksa gulung tikar karena sudah tidak lagi bisa menghasilkan keuntungan.

Daud adalah seorang wartawan media cetak selama lebih dari sepuluh tahun. Setelah berhenti dari kantor nya yang lama sekitar lima tahun yang lalu arah hidup Daud tidak menentu. Belum ada yang ia gemari dengan benar-benar.

Awalnya setelah berhenti jadi wartawan Daud ingin rehat sejenak sebelum melamar kerja lagi di lingkungan kerja yang tidak jauh berbeda. Tapi pada kenyataan nya wacana itu tidak pernah terjadi. Setelah selesai dari koran yang namanya besar itu Daud tidak pernah menulis lagi. Pria empat puluh tahun itu lebih memilih bekerja serabutan atau yang ada dan dia bisa saja. Itu juga kalau Daud sedang mau.

Kehidupan pribadi Daud juga bisa dibilang tidak terlalu beruntung. Ia sekarang adalah seorang duda anak satu yang tinggal di rumah kecilnya sendirian. Putri Daud yang diberi nama Desember karena lahir di bulan yang sama tinggal bersama ibunya yang sudah menikah lagi dengan teman kerjanya.

Daud tinggal di sebuah kabupaten yang bernama sebut saja kota W. Belakangan ini ia sedang menyibukkan diri dengan kegiatan memancing mengikuti hobi teman-teman dekat rumah yang juga bekerjanya tidak menentu.

"Kamu tidak berangkat Daud?",

"Kawan-kawan mau memancing di sungai besar",

"Ikannya pasti banyak kemarin baru turun hujan",

"Aku libur dulu",

Hari ini Daud tidak pergi memancing karena ia sudah ada janji untuk bertemu dengan seseorang. Seseorang yang akan datang ke rumah nya setelah semalam bertukar kabar melalui WA.

"Assalamualaikum",

"Walaikumsalam",

"Mas Daud?",

"Ya iya ini aku Do",

Seseorang yang bertamu itu adalah Edo. Teman Daud yang masih muda yang dulu bekerja di tempat yang sama.

"Aku pangling mas sekarang tambah kurus jenggot nya tambah panjang",

"Kalau kurus karena rajin puasa bukan jarang makan atau banyak pikiran",

"Kalau jenggot panjang karena sunnah tanda cinta kepada nabi bukan karena malas cukur ya Do",

Biarpun pernyataan itu terdengar benar. Tapi maksud Daud bukan untuk sombong melainkan sekedar untuk bercanda. Edo pun yang sudah kenal dengan perangai orang yang yang umurnya jauh lebih tua darinya itu tertawa.

"Duduk dulu Do",

"Nggih mas Daud terimakasih",

Edo juga bekerja di tempat dahulu Daud bekerja. Bedanya jika Daud adalah seorang wartawan maka Edo adalah seorang desainer grafis.

Pekerjaan Edo di perusahaan surat kabar adalah merancang tampilan visual surat kabar supaya menarik dan mudah dibaca. Seperti mengatur tata letak halaman, memilih font yang tepat, membuat ilustrasi, infografis, dan desain sampul. Edo juga harus memastikan pesan yang disampaikan melalui gambar dan teks sesuai dengan apa yang diberitakan.

Sedangkan Daud sebagai seorang wartawan tugasnya adalah mencari, mengumpulkan, menulis, dan menyajikan berita yang akurat dan faktual kepada publik melalui publikasi cetak.

Seorang jurnalis bertanggung jawab untuk melaporkan peristiwa terkini, melakukan wawancara, melakukan investigasi, dan menjaga komunikasi dengan narasumber untuk mendapatkan informasi yang komprehensif.

"Minuman nya Do",

"Terimakasih mas jadi merepotkan",

"Cuma air panas",

"Dari rumah jam berapa Do?",

Edo tinggal di ibu kota yang sudah baru lagi. Untuk ke kota W sampai di rumah kawan lamanya Edo cukup naik travel selama satu jam.

Di kota kelahiran Edo itulah dahulu Daud membanting tulang dengan keras untuk bekerja sebagai seorang wartawan. Di kota yang telah Daud tinggalkan bersama berjuta-juta indah dan pahit kenangan.